II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pertanian Cermat
Konsep baru pertanian cermat yang berbasis masyarakat merupakan pertanian yang mempertimbangkan kearifan petani yang terorganisir dengan baik
disertai platform teknologi. Kearifan dari suatu kelompok petani dapat memperbaiki sistem pertanian konvensional melalui pengelolaan keragaman
secara hirarkis: keragaman antara petani dalam hal motivasi dan jenis tanaman sebagaimana dengan keragaman di dalam lahan within-field dan antar lahan
between-field. Keragaman ini harus dikelola dengan baik agar dapat meningkatkan ekonomi secara menyeluruh disertai pertimbangan untuk
mengurangi dampak terhadap lingkungan. Platform teknologi yang terorganisasi melalui inovasi dari pengembangan perusahaan dengan tiga kunci teknologi yaitu:
teknik pemetaan, teknik variable–rate dan sistem pendukung keputusan yang mempertimbangkan kondisi pedesaan. Pertanian cermat di dalam usaha tani skala
kecil dapat dipahami sebagai suatu strategi dalam pengelolaan variabilitas antar lahan. Keterkaitan yang baik antara kearifan petani dan platform teknologi akan
menghasilkan informasi yang berorientasi pada bidang informasi dan produk tambah yang mendorong multifungsi pertanian untuk menciptakan suatu rantai
bernilai yang baru dalam sistem agro-produksi-konsumsi Shibusawa, 2003. Rains dan Thomas 2009 menyatakanbahwa pertanian cermat muncul
sebagai suatu praktek pengelolaan dengan potensi untuk meningkatkan keuntungan dengan memanfaatkan informasi yang lebih akurat tentang sumber
daya pertanian. Sementara itu Sutono 2009 menyatakan bahwa tujuan dari pertanian cermat adalah memperoleh keuntungan yang optimal. Keuntungan
tersebut dapat dicapai dari pertanian cermat yang menggunakan peralatan serba otomatis dan dapat juga dicapai oleh pertanian cermat yang belum memasang
peralatan serba otomatis.
2.2 Pengelolaan Tanaman Terpadu
Di Indonesia salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan produktivitas padi sawah yaitu dengan pendekatan Pengelolaan
Tanaman Terpadu PTT. Menurut tim penyusun Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi Abdulrachmanet al., 2007, PTT pada dasarnya merupakan
pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu dan bukan merupakan suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau strategi, bahkan filosofi
bagi peningkatan produksi melalui cara mengelola tanaman, tanah, air dan unsur hara serta organisme pengganggu tanaman secara holistik dan berkelanjutan.
Pengelolaan Tanaman Terpadu menurut Zaini et al. 2010 adalah suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan
pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani. Pendekatan yang ditempuh dalam penerapan komponen PTT
bersifat: 1 partisipatif, 2 dinamis, 3 spesifik lokasi, 4 keterpaduan, dan 5 sinergis antar komponen.
Ishaq 2011, menyatakan pemerintah dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas padi telah menggulirkan progam P2BN Peningkatan Produksi
Beras Nasional yang salah satunya melalui SLPTT. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu dilakukan dengan cara membagi setiap satuan unit SLPTT
seluas 25 ha ke dalam Laboratorium Lapangan LL seluas ± 1 ha dan wilayah hamparan SLPTT seluas ± 24 ha.
Menurut Pramono et al. 2005, pendekatan PTT pada padi sawah dengan menerapkan komponen-komponen teknologi budidaya sinergis mampu
meningkatkan produktivitas usahatani berupa peningkatan hasil panen GKG Gabah Kering Giling yang rata-rata lebih tinggi dibandingkan pola petani. Selain
itu juga mampu meningkatkan keuntungan usaha tani berkisar antara 25 – 58.Begitu pula menurut Haryani 2009, sebagian besar petani progam PTT
telah mencapai efisiensi teknis dan lebih tinggi dibandingkan dengan petani bukan progam PTT.
2.3 Karakteristik Padi Varietas Ciherang