Tanaman Terpadu PTT. Menurut tim penyusun Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi Abdulrachmanet al., 2007, PTT pada dasarnya merupakan
pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu dan bukan merupakan suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau strategi, bahkan filosofi
bagi peningkatan produksi melalui cara mengelola tanaman, tanah, air dan unsur hara serta organisme pengganggu tanaman secara holistik dan berkelanjutan.
Pengelolaan Tanaman Terpadu menurut Zaini et al. 2010 adalah suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan
pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani. Pendekatan yang ditempuh dalam penerapan komponen PTT
bersifat: 1 partisipatif, 2 dinamis, 3 spesifik lokasi, 4 keterpaduan, dan 5 sinergis antar komponen.
Ishaq 2011, menyatakan pemerintah dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas padi telah menggulirkan progam P2BN Peningkatan Produksi
Beras Nasional yang salah satunya melalui SLPTT. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu dilakukan dengan cara membagi setiap satuan unit SLPTT
seluas 25 ha ke dalam Laboratorium Lapangan LL seluas ± 1 ha dan wilayah hamparan SLPTT seluas ± 24 ha.
Menurut Pramono et al. 2005, pendekatan PTT pada padi sawah dengan menerapkan komponen-komponen teknologi budidaya sinergis mampu
meningkatkan produktivitas usahatani berupa peningkatan hasil panen GKG Gabah Kering Giling yang rata-rata lebih tinggi dibandingkan pola petani. Selain
itu juga mampu meningkatkan keuntungan usaha tani berkisar antara 25 – 58.Begitu pula menurut Haryani 2009, sebagian besar petani progam PTT
telah mencapai efisiensi teknis dan lebih tinggi dibandingkan dengan petani bukan progam PTT.
2.3 Karakteristik Padi Varietas Ciherang
Menurut Ismunadji dan Roechan 1988 padi adalah tanaman unik karena dapat tumbuh dalam keadaan tergenang maupun pada tanah kering. Dinamika
hara pada kedua ekosistem tersebut berbeda. Ketersediaan air yang cukup merupakan keuntungan padi sawah. Produksi yang tidak stabil pada padi sawah
tadah hujan dan gogo seringkali disebabkan oleh masalah kekurangan air.
Padi varietas Ciherang adalah hasil persilangan antara varietas IR64 dengan varietasgalur lain. Sebagian sifat IR64 juga dimiliki oleh Ciherang,
termasuk hasil dan mutu berasnya yang tinggi, sehingga varietas Ciherang lebih disukai oleh banyak orang Hermanto, 2006.Menurut Ruskandar et al. 2008
pada preferensi uji varietas ditunjukkan bahwa selain varietas Ciherang lebih dikenal oleh petani dibandingkan varietas lainnya juga disukai mulai dari tampilan
tanaman saat vegetatif, jumlah anakan dan panjang malai, bentuk dan warna gabah serta beras, dan penerimaan umum terhadap organoleptik nasi.
Berdasarkan uji organoleptik yang telah dilakukan untuk mengevaluasi mutu rasa nasi Ciherang menurut Dewi 2011 dengan melibatkan 30 panelis,
maka berdasarkan uji hedonik, jumlah panelis yang menyatakan suka dan sangat suka pada beras varietas Ciherang berdasarkan atributwarna, kilap, aroma,
kepulenan, dan rasa nasinya masing-masing 90, 70,5, 40,5, 65, dan 64. Berdasarkan uji peringkat,yang menempatkannasi Ciherang pada urutan pertama
dari empat macam nasi dari beras yang banyak beredar di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan
Sulawesi Selatan berdasarkan atribut warna, kilap, aroma, kepulenan, dan rasa masing-masing adalah 74,3, 53, 46,2, 53,8, dan 57,6.Oleh karena itu
mutu beras varietas Ciherang tidak diragukan dan kebanyakan konsumen menyukai rasanya.
Deskripsi Varietas Ciherang Padi Modern menurut Suprihatno et al.2010 adalah sebagai berikut :
Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1
Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-32IR19661-131-3-1-34IR64 Cere
Umur tanaman : 116-125 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 107-115 cm
Anakan produktif : 14-17 batang Warna kaki
: Hijau Warna batang
: Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar pada sebelah bawah
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 23
Bobot 1.000 butir : 28 g
Rata-rata hasil : 6.0 tonha GKG
Potensi hasil : 8.5 tonha GKG
Ketahanan terhadap Hama
: Tahan terhadap wereng cokelat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3
Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV
2.4 Pengelolaan Hara