Produktivitas Padi pada Ketiga Pengelolaan

penyianganpemeliharaan tanaman dikarenakan kekeringan. Dalam hal ini gulma dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan tanaman padi itu sendiri. Oleh karena itu pada PTTC walaupun pada pertumbuhan awal terhambat, tetapi tinggi tanaman setelah 96 HST mendekati tinggi tanaman varietas Ciherang secara umum seperti yang dinyatakan oleh Suprihatno et al. 2010 bahwa tinggi tanaman varietas Ciherang berkisar antara 107 – 115 cm.

5.3 Produktivitas Padi pada Ketiga Pengelolaan

Berdasarkan uji ANOVA produktivitas padi Tabel 7, GKP Sig 0,000,GKG Sig 0,000, dan beras Sig 0,000 pada ketiga pengelolaan yaitu petani, SLPTT maupun PTTC secara signifikan berbeda nyata dengan nilai signifikan 0,05. Tabel 7. Uji ANOVA Produktivitas Padi pada Ketiga Pengelolaan Petani, SLPTT, dan PTTC Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F Sig. GKP ton Antar pengelolaan 45,182 2 22,591 50,024 ,000 Dalam pengelolaan 5,419 12 ,452 Total 50,602 14 GKG ton Antar pengelolaan 30,480 2 15,240 58,397 ,000 Dalam pengelolaan 3,132 12 ,261 Total 33,611 14 Beras ton Antar pengelolaan 8,339 2 4,169 47,581 ,000 Dalam pengelolaan 1,052 12 ,088 Total 9,390 14 Berdasarkan uji Duncan GKP, GKG, dan beras pada ketiga pengelolaan berbeda nyata, yang mana produktivitas padi pada PTTC lebih tinggi dan pada petani lebih rendah yang disajikan pada Gambar 8.Pada PTTC produktivitas padi mencapai 6,57 ton GKGha hampir mendekati target hasil yaitu 7 ton GKGha, SLPTT menghasilkan 4,60 ton GKGha, dan pengelolaan petani 3,08 ton GKGha. Hal ini disebabkan karena adanya bulan kering pada awal penanaman yaitu pada bulan Agustus yang hanya mencapai 28,1 mm Gambar 3, sehingga pada awal pertumbuhan tanaman terhambat akibat kekurangan air. Gambar 8. Produktivitas Padi pada Tiga Pengelolaan yang Berbeda Berdasarkan produktivitas pada tiga pengelolaan Gambar 8, diperoleh persentase peningkatan produktivitas di antara ketiga pengelolaan Gambar 9, yang manaPTTC mampu untuk meningkatkan produktivitas dari pengelolaan petani maupun dari SLPTT pada GKP, GKG, dan beras. Gambar 9. Persentase Peningkatan Produktivitas Padi 4,14 5,84 8,37 3,08 4,60 6,57 1,87 2,70 3,70 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 Petani SLPTT PTTC P rod u k tivit a s ton h a GKP GKG Beras 41.06 102.17 43.32 49.35 113.31 42.83 44.39 97.33 36.67 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 Pet ani ke SLPTT Pet ani ke PTTC SLPTT ke PTTC p e rs e n GKP GKG Beras Hal ini juga dapat dilihat dari uji ANOVA pada komponen produksi padi Tabel 8, bahwa pada semua komponen kecuali pada rendemen sig 0,320 0,05 dan berat hamparumpun sig 0,06 0,05 adalah berbeda nyata pada ketiga pengelolaan yaitu petani, SLPTT maupun PTTC dengan nilai signifikan 0,05, sehingga dapat diuji lanjut dengan uji Duncan. Tabel 8. Uji ANOVA pada Komponen Produksi Padi pada Ketiga Pengelolaan Petani, SLPTT, dan PTTC Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F Sig. Jumlah Antar pengelolaan 2.649.088.000,000 2 1.324.544.000,000 8,730 ,005 rumpun ha Dalam pengelolaan 1.820.672.000,000 12 151.722.666,667 Total 4.469.760.000,000 14 Berat seribu Antar pengelolaan 20,016 2 10,008 9,670 ,003 butir Dalam pengelolaan 12,420 12 1,035 Total 32,436 14 Rendemen Antar pengelolaan 71,905 2 35,953 1,253 ,320 Dalam pengelolaan 344,211 12 28,684 Total 416,116 14 Persentase Antar pengelolaan 52,703 2 26,352 8,739 ,005 GKP ke GKG Dalam pengelolaan 36,184 12 3,015 Total 88,887 14 Persentase Antar pengelolaan 52,703 2 26,352 8,739 ,005 bobot susut Dalam pengelolaan 36,184 12 3,015 Total 88,887 14 GKG rumpun Antar pengelolaan 954.410 2 477.205 48.420 .000 Dalam pengelolaan 118.265 12 9.855 Total 1072.675 14 GKPrumpun Antar pengelolaan 1220.134 2 610.067 42.170 .000 Dalam pengelolaan 173.602 12 14.467 Total 1393.737 14 Berathampa Antar pengelolaan 72.822 2 36.411 3.588 .060 rumpun Dalam pengelolaan 121.765 12 10.147 Total 194.587 14 Jumlahmalai Antar pengelolaan 52.069 2 26.035 8.398 .005 rumpun Dalam pengelolaan 37.200 12 3.100 Total 89.269 14 Persentase Antar pengelolaan 857.638 2 428.819 7.504 .008 hampa rumpun Dalam pengelolaan 685.740 12 57.145 Total 1543.378 14 Berdasarkan Tabel 9, walaupun jumlah rumpun per hektar pada pengelolaan petani berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan SLPTT dan PTTC, namun pada komponen produksi lainnya menunjukkan bahwa pada PTTC lebih tinggi dibandingkan yang lainnya.Jumlah rumpun yang banyak pada petani menunjukkan kurangnya efisiensi, karena jarak tanam yang tidak teratur dan terlalu rapat dapat menyulitkan dalam pemeliharaan tanaman dan dapat memicu timbulnya hama dan penyakit. Persentase GKP ke GKG Tabel 9 pada pengelolaan petani berbeda nyata lebih rendah daripada SLPTT dan PTTC, sehingga bobot susut pada pengelolaan petani berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Pada berat 1.000 butir gabah pada PTTC berbeda nyata lebih berat dibandingkan petani maupun SLPTT.Jumlah malai per rumpun pada SLPTT berbeda nyata lebih banyak dibandingkan pengelolaan petani dan PTTC. Produksi GKG per rumpun dan gabah berisi per rumpun pada PTTC berbeda nyata lebih tinggi dari yang lainnya, sedangkan pada produksi gabah berisi menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara petani dan SLPTT.Pada berat hampa per rumpun pada ketiga pengelolaan tidak berbeda nyata, namun demikian nilai persentase hampa per rumpun pada PTTC lebih kecil dibandingkan pengelolaan petani dan SLPTT. Tabel 9. Data Komponen Produksi Padi pada Ketiga Pengelolaan Petani, SLPTT, dan PTTC Pengelolaan Petani SLPTT PTTC Jumlah rumpunha 241.280 a 208.960 b 221.760 b Rendemen beras 61,63 58,80 56,27 GKP ke GKG 74,64 b 78,74 a 78,47 a Bobot susut 25,36 a 21,26 b 21,53 b 1.000 butir g 25,34 b 26,18 b 28,10 a Jumlah malairumpun 16 b 21 a 18 b Produksirumpun g GKG 20,51 c 29,24 b 42,45 a Gabah Berisi 13,84 b 17,27 b 32,22 a Hamparumpun g 6,67 11,97 10,23 Persentase hamparumpun 34,46 a 42.25 a 23,81 b Keterangan: Angka-angka yang diikuti perbedaan huruf dalam satu baris menunjukkan perbedaan nyata pada uji Duncan 5 Secara keseluruhan dilihat dari komponen produksi, PTTC merupakan pengelolaan yang baik dibandingkan dengan pengelolaan petani dan SLPTT pada budidaya padi sawah di Desa Mekarjaya untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi.Dalam hal ini PTTC merupakan perbaikan dari SLPTT di mana pemupukan dilakukan berdasarkan target hasil dengan menyesuaikan kondisi dan lingkungan setempat, dan juga waktu panen yang lebih awal dibandingkan dengan pengelolaan lainnya.

5.4 Kadar Hara pada Daun Padi