IV. BAHAN DAN METODE
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelompok Tani Babakti Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor pada LL-SLPTT Lahan Laboratorium-
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu seluas satu hektaryang dibagi kedalam 4 blok berdasarkan lokasi untuk keperluan analisis tanah, yaitu blok A,
B, C, dan D, dan petak PTTC Pengelolaan Tanaman Terpadu secara Cermatserta petani yang terdapat pada blok C. Lahan Laboratorium-SLPTT seluas 1 hektar
yang dilakukan di lahan kelompok Babakti merupakan lahan sawah yang dimiliki oleh beberapa orang petani yang terdiri dari 24 petak yang dibagi ke dalam
beberapa orang pengepak dan satu pengepak dapat memegang lebih dari satu petakan sawah.
Kegiatan di lapang dilakukan dari bulan Juni hingga bulan Nopember 2011, meliputi: 1. pengambilan contoh tanah sebelum tanam dan sesudah panen,
2. Penanaman padi sawah dengan tiga perlakuan pengelolaan yang berbeda. Analisis contoh tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB dan laboratorium BPT Bogor sampai dengan bulan Mei 2012, dan pengujian organoleptik dilakukan di Laboratorium
SEAFAST Center IPB.
4.2 Bahan dan Alat
Dalam penelitian ini bahan yang digunakan meliputi: benih padi varietas Ciherang berlabel biru, pupuk kandang, pupuk Urea, SP36, KCl, Phonska pupuk
majemuk, pupuk cair lengkap GDP, serta pestisida jika diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya hama dan penyakit.
Alat yang digunakan adalah: alat-alat pertanian untuk di sawah, dan berbagai alat yang digunakan untuk analisis di laboratorium.
4.3 Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan uji variansi satu arah atau One Way ANOVA dengan asumsi contoh yang diambil acak dan tidak berhubungan satu dengan yang
lainnya, populasi darimana contoh diambil memiliki sebaran normal, dan varians
dari populasi-populasi memiliki ragam yang sama dan diuji lanjut dengan uji Duncan untuk membandingkan tiga pengelolaan yang berbeda yaitu petak
pengelolaan PTTC, pengelolaan menurut petani, dan petak SLPTT. Pada setiap pengelolaan diambil 5 ubinan yang masing-masing berukuran 2,5 x 2,5 m
2
dari petak seluas ± 500 m
2
Gambar 5. PTTC
Petani SLPTT
Keterangan : U = ubinan ukuran 2,5 x 2,5 m = pengambilan 5 rumpun contoh
Gambar 5. Skema Pengambilan Contoh pada Ketiga Pengelolaan Komponen teknologi yang diterapkan dalam PTT menurut Zaini et al.
2010 dikelompokkan ke dalam teknologi dasar dan pilihan. Komponen dasar sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi sawah, sedangkan untuk
komponen pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan petani setempat.
Komponen dasar : 1. Varietas unggul.
2. Benih bermutu dan berlabel. Pada penelitian dipilih varietas Ciherang berlabel biru karena lebih banyak
petani yang menyukai varietas ini dari rasa nasinya. Menurut Sumarno dan
Sutisna 2010 tanaman padi varietas Ciherang cocok pada musim kering
dengan hasil 6,6 tha, sedangkan pada musim hujan menghasilkan 4,41 tha.
U
U
U U
U U
U
U U
U U
U
U U
U
3. Penambahan bahan organik saat pengolahan tanah. 4. Pengaturan populasi tanaman secara optimum.
Pada penelitian ini penanaman padi dilakukan dengan sistem legowo 2:1 yang ditunjukkan pada Gambar 6, yaitu dengan caplak ukuran 25 cm dan 50 cm
digunakan untuk jarak barisan tanaman dan ukuran 12,5 cm untuk jarak dalam barisan tanaman. Jarak tanam yang digunakan pada sistem legowo adalah 12,5
cm x 25 cm x 50 cm. Berdasarkan hasil penelitian Pahruddinet al. 2004 ditunjukkan bahwa cara tanam legowo mampu menghasilkan gabah kering
panen lebih tinggi dan pemeliharaan tanaman lebih mudah dibanding cara tanam tegel.
Gambar 6. Penanaman Padi Jajar Legowo 5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah.
Pada penelitian jumlah pupuk yang digunakan untuk SLPTT berdasarkan rekomendasi umum yaitu 100 kg ureaha dan 300 kg phonskaha, sedangkan
untuk PTTC digunakan pupuk urea 257 kgha, SP36 182 kgha, KCl 220 kgha, dan pupuk GDP pupuk lengkap 1,5kgha dengan komposisi: N 13;
P
2
O
5
6; K
2
O 11; MgO 0,5; B 0,1; Fe 2; Mn 0,7; Cu 0,8; Zn 1,9yang dilakukan tiga kali penyemprotan yaitu 2 kali sebelum pembungaan
dan 1 kali setelahnya. 6. Pengendalian organisme pengganggu tanaman OPT dengan pendekatan
pengendalianhamaterpadu PHT. Komponen pilihan:
1. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam 2. Penggunaan bibit muda umur kurang dari 21 hari setelah semai HSS dengan
1-3 bibitrumpun. 3. Pengairan secara efektif dan efisien.
4. Penyiangan dengan landak atau gasrok. 5. Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok.
12,5 cm
25 cm 50 cm 25 cm 50 cm
25 cm 50 cm 25 cm
Adapun perbedaan perlakuan pada ketiga pengelolaan yaitu SLPTT, pengelolaan petani, dan PTTC terdapat pada Tabel 2. Pada penelitian ini terutama
untuk PTTC berusaha untuk mengadopsi komponen dasar dan pilihan pada PTT tetapi tetap menyesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan petani
setempat. Tabel 2. Perbedaan Perlakuan pada Ketiga Pengelolaan
Komponen teknologi Petani
SLPTT PTTC
Varietas padi unggul dan bersertifikat
Ciherang Ciherang
Ciherang Jarak tanam
Tanpa caplak ± 20 x 20 cm
Jajar legowo 2 : 1
12,5 cm x 25 cm x 50 cm
Jajar legowo 2 : 1 12,5 cm x 25 cm x 50 cm
Umur bibit ≤ 21 hari
≤ 21 hari ≤ 21 hari
Jumlah bibit lubang 3 – 6 bibit
2 - 3 bibit 2 - 3 bibit
Pemupukan Pupuk kandang
1 tonha Urea 80 kgha
Phonska 80 kgha
Pupuk kandang 1 tonha
Urea 100 kgha Phonska 300
kgha Pupuk kandang 1 tonha
Urea 257 kgha SP36 182 kgha
KCl 220 kgha Pupuk GDP 1,5kgha
Penyiangan berdasarkan kepadatan
gulma dengan landakgasrok
Tidak dilakukan karena
kekeringan Tidak dilakukan
karena kekeringan
Dilakukan secara manual tanpa menggunakan
landakgasrok karena kekeringan
Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok
Panen pada waktu yang
tepat 125 HST Panen pada
waktu yang tepat 125 HST
Panen pada waktu yang tepat 118 HST
4.4 Parameter yang Diamati