Waktu dan Lokasi Penelitian Letak dan Luas IUPHHK Kondisi Topografi dan Kelerengan

13 BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alasmandiri PT. MAM, Papua pada bulan Juni – Juli 2012 untuk mendapatkan data lapangan dan data atribut lainnya. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Fisik Remote Sensing dan GIS, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Alat dan Data

Alat yang digunakan adalah alat tulis, kamera digital, seperangkat komputer dengan kelengkapan Microsoft Word 2007, Microsoft Excel 2007, ArcView GIS

3.2., ArcMap 9.3., dan ERDAS Imagine 9.1.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Citra Landsat TM multiwaktu path 102 row 62, path 103 row 61 dan path 103 row 62 yang telah terkoreksi ortho tahun perekaman 2000-2012, diperoleh dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LAPAN. 2. Data hasil Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan ITSP berupa Laporan Hasil Cruising LHC tahun 2009 - 2012, data Laporan Hasil Produksi LHP tahun 2009 - 2012, dari Bagian Perencanaan PT. MAM. 3. Data pembinaan hutan seperti Inventarisasi Tegakan Tinggal ITT tahun 2009 - 2012, pemeliharaan, penanaman dan perapihan, dari Bagian Pembinaan Hutan PT. MAM. 4. Data ekologi, dari Bagian Ekologi, Penelitian dan Pengembangan PT. MAM. 5. Peta tematik berupa peta Rencana Kerja Usaha RKU, peta iklim, peta jenis tanah, peta kelas lereng, peta penutupan lahan, jaringan jalan, jaringan sungai, batas wilayah pengelolaan, blok RKT, petak kerja, Danau Bira, buffer zone danau dan hutan lindung, daerah larangan dan daerah perkampungan penduduk dari Bagian Perencanaan PT. MAM. 6. Peta kawasan hutan dan perairan dari Bagian Perencanaan PT.MAM.

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Pemilihan Citra

Citra yang digunakan adalah Citra Landsat antara path 102 row 62, path 103 row 61 dan path 103 row 62 multiwaktu dari tahun 2000 hingga 2012. Data Citra Landsat di koreksi terlebih dahulu dengan menggunakan koreksi Geometri Ortho Orthorektifikasi. Kondisi riil data citra satelit tidak memungkinkan adanya pencitraan secara tegak pada setiap piksel citra, sehingga diperlukan transformasi koordinat atau koreksi geometri dari perekaman non-ortho menjadi ortho. Pergeseran koordinat dari transformasi ortho selain dipengaruhi oleh sudut pengambilan objek juga dipengaruhi oleh tinggi objek yang ada di permukaan bumi Kustiyo 2010. Data yang dibutuhkan dalam koreksi geometri ortho adalah citra ortho referensi GLS 2000, titik Ground Control Point GCP, dan Digital Elevation Model DEM. Proses koreksi geometri ortho ini dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LAPAN. Perbedaan citra yang terkoreksi geometri ortho dan citra yang belum terkoreksi geometri ortho dapat dilihat pada Gambar 1. a b Gambar 1 Citra terkoreksi geometri ortho a dan Citra belum terkoreksi geometri Ortho b. Citra yang terkoreksi geometri ortho digunakan karena mempunyai kualitas geometri yang akurat dengan mempunyai absis sumbu x, ordinat sumbu y dan proyeksi koordinat tegak sumbu z. Berbeda dengan koreksi geometri biasa yang hanya mempunyai absis sumbu x dan ordinat sumbu y. PT. Mamberamo Alasmandiri didominasi oleh kelerengan yang agak curam seluas 215.920 Ha atau sekitar 31,9 dari luas keseluruhan areal. Kelerengan yang agak curam membuat pergeseran posisi pada citra dapat terjadi akibat pengaruh ketinggian. Koordinat tegak yang terkoreksi akan membantu dalam mengurangi adanya pergeseran posisi pada daerah yang berlereng agak curam dan curam atau daerah bergunung.

3.3.2. Pengolahan Citra

Citra yang terpilih selanjutnya di-reproject pada setiap scene yang digunakan. Reproject dilakukan untuk menyamakan proyeksi peta yang digunakan. Sistem proyeksi yang digunakan untuk kawasan PT. MAM adalah UTM zone 53 di bagian selatan khatulistiwa dan sistem koordinat Datum WGS 84 WGS_1984_UTM_Zone_53S. Setelah citra di-reproject langkah selanjutnya adalah melakukan Layer stacking. Menurut Jaya 2010 Layer stacking dilakukan untuk membuat citra komposit berwarna, karena dengan hanya satu band saluran yang umumnya ditampilkan dengan ”grayscalehitam putih”, identifikasi obyek pada citra umumnya lebih sulit jika dibandingkan dengan intepretasi pada citra berwarna. Band yang digunakan pada proses ini adalah kombinasi band yang merupakan standar Departemen Kehutanan. Kombinasi band tersebut adalah RGB 5-4-3. Kombinasi band ini menampilkan kombinasi warna yang mendekati warna alami dan mempunyai informasi lebih banyak. Citra yang telah di-layer stack kemudian di mosaik. Mosaik citra adalah proses menggabungkan tumpang tindih overlapping dua citra atau lebih sehingga menghasilkan citra representatif dan kontinu Purwadhi dan Santoso 2010. Menurut Jaya 2010 proses mosaik adalah proses menggabungkan citra secara bersama membentuk satu kesatuan satu lembar peta atau citra yang kohesif. Citra yang dimosaik terdiri dari path 102 row 62, path 103 row 61 dan path 103 row 62 dari setiap tahun. Setelah dilakukan mosaik kemudian dilakukan pemotongan citra sesuai batas areal PT. Mamberamo alasmandiri. Pemotongan citra ditujukan untuk menunjukkan areal yang menjadi fokus penelitian. Hasil dari Citra Landsat mosaik dan Citra Landsat hasil croping dapat dilihat pada Gambar 2. a b Gambar 2 Citra Landsat hasil mosaik a dan Citra Landsat hasil croping b.

3.3.3. Identifikasi Areal Non Produksi

3.3.3.1. Kawasan Lindung

Jenis kawasan lindung yang ada di areal hutan produksi PT. Mamberamo Alasmandiri ditentukan berdasarkan buku Pedoman Penyusunan Dokumen AMDAL Bidang Kehutanan yang diterbitkan oleh Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan yang sesuai dengan Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.3Menhut-II2008 tentang Deliniasi Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman dalam Hutan Tanaman. Jenis kawasan lindung tersebut adalah hutan lindung, kawasan hutan dengan skoring faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah dan curah hujan 175 SK Mentan No. 837KptsUm111980, dengan lereng lapangan 40, dengan ketinggian 2000 m, dan dengan lereng lapangan 15 untuk jenis tanah sangat peka erosi, kawasan bergambut di hulu sungai dan rawa, kawasan resapan air, sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danauwaduk, kawasan sekitar mata air, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, buffer zone hutan lindung, buffer zone kawasan suaka alamkawasan pelestarian alam, kawasan pelestarian plasma nutfah KPPN, kawasan pengungsianperlindungan satwa liar, kawasan pantai berhutan mangrove, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, kawasan rawan bencana alam dan hutan produksi alam yang masih tetap dipertahankan keberadaannya dalam areal kerja. Kawasan lindung ini di deliniasi sesuai kriteria dan data yang diperoleh dari perusahaan.

3.3.3.2. Pembuatan Skoring

Skoring dilakukan untuk mengetahui penetapan fungsi hutan. Sesuai SK Mentan No. 837KptsUm111980 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung skor untuk hutan lindung adalah ≥175 . Skor tersebut diperoleh dari penjumlahan nilai skor dari tiga kriteria yakni kelas lereng, kelas jenis tanah dan kelas intensitas hujan dengan nilai timbangan 20 untuk lereng, 15 untuk jenis tanah dan 10 untuk intensitas curah hujan.

3.3.3.3. Overlay Kawasan Infrastruktur Pengelolaan

Kawasan infrastruktur pengelolaan yang di-overlay adalah jaringan jalan, base camp, log pond, dan persemaian. Overlay adalah pertampalan atau tumpang tindih pada citra atau foto udara. Kawasan infrastruktur pengelolaan ini di-overlay pada Citra Landsat yang digunakan. Overlay dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan mengenai jaringan jalan, base camp, log pond, dan persemaian.

3.3.3.4. Overlay Daerah Larangan dan Perkampungan Penduduk

Daerah larangan dan perkampungan penduduk merupakan areal non produksi yang ada di PT. Mamberamo Alasmandiri. Kawasan ini di-overlay pada Citra Landsat yang digunakan. Overlay dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan mengenai daerah larangan dan perkampungan penduduk.

3.3.4. Penataan Areal

Penataan areal adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatur areal kerja tahunan ke dalam petak – petak kerja guna memudahkan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam setiap kegiatan pengusahaan yang dilakukan. Dalam penataan areal terlebih dahulu dilakukan pembagian blok rencana kerja lima tahunan RKL. Setelah dilakukan pembagian blok RKL, dilakukan pembagian blok rencana kerja tahunan RKT yang lokasinya sesuai dengan blok RKL. Data pembagian blok RKT yang digunakan diperoleh dari perusahaan, blok RKT tersebut di-overlay-kan pada citra. Setelah blok RKT terbagi selanjutnya dilakukan pembagian petak kerja per blok RKT. Petak kerja yang dipakai adalah petak kerja yang diperoleh dari data perusahaan dan di-overlay-kan juga pada citra. Dari pembagian petak diteruskan ke pembagian anak petak. Pembagian anak petak di delineasi berdasarkan kawasan produksi dan non produksi pada setiap petak kerja.

3.3.5. Pembuatan Model Database

Database merupakan himpunan kelompok data filearsip yang saling berhubungan dan disimpan bersama sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah Fathan 1999 dalam Prahasta 2009. Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model data relasional. Menurut Jaya 2009 terdapat beberapa kelebihan model data relasional diantaranya lebih fleksibel, mempunyai landasan teori yang baik untuk teori matematik, organisasi data mudah dimengerti dan dikomunikasikan, database yang sama dapat disajikan dengan mengurangi redudancy, search atribut tabel lain dapat dilakukan dengan link atribut dari dua atau lebih tabel yang disebit Join operation. Setelah petak dan anak petak dideliniasi berdasarkan areal produksi dan non produksi dilakukan penginputan data. Data yang dimasukkan adalah data-data penting yang dapat memberikan informasi tentang setiap petak kerja. Data tersebut adalah data yang merupakan hasil identifikasi, LHC tahun 2009 - 2012, data LHP tahun 2009 - 2012, dan data pembinaan hutan. Sesuai model relasional, tabel-tabel data relasional harus ditetapkan strukturnya yakni nama kolom, tipe data, lebar kolom dan yang terpenting adalah adanya relasi antar tabel. Contoh model database relasional dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Model Database Relasional No. Petak No. Blok Thn Tebangan Kelas Potensi ID Petak No. Petak Masukkan atributnya Masukkan atributnya Join Tabel 19 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak dan Luas IUPHHK

Areal kerja IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri termasuk ke dalam kelompok hutan sungai Mamberamo – sungai Gesa. Berdasarkan pembagian wilayah administrasi pemerintahan, areal kerja IUPHHK-HA terletak di dalam wilayah distrik Mamberamo Hulu, Mamberamo Tengah, dan Mamberamo Hilir, serta distrik Waropen Atas, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Batas dari areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alasmandiri dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Batas Areal Kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alasmandiri No Arah lokasi Batas areal 1 Utara Batas buatan belum ditata batas 2 Timur Sungai Mamberamo, Hutan Suaka Alam Wisata Pegunungan Foja, dan Hutan Lindung 3 Selatan Hutan Suaka Alam dan Habitat Buaya 4 Barat PT. Semey Matoa Timber, PT. Kayu Ekaria, dan Hutan Lindung Berdasarkan status fungsi hutan, areal kerja IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri seluas 677.310 ha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 910Kpts-IV1999 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 1071Kpts-II92 Tanggal 12 Nopember 1992 terdiri atas Hutan Produksi HPK dengan luas: Hutan Produksi Bebas HP : ± 117.010 ha ±17,30 Hutan Produksi Terbatas HPT : ± 513.570 ha ±75,80 Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi : ± 46.730 ha ± 6,90 Jumlah : ± 677. 310 ha

4.2. Kondisi Topografi dan Kelerengan

Menurut peta garis bentuk areal kerja IUPHHK PT. Mamberamo Alasmandiri 1:50.000 yang dibuat secara fotogrametris dari potret udara skala 1:50.000 hasil pemotretan tahun 1986 dan 1987, menginformasikan bahwa hamparan areal kerja IUPHHK PT. Mamberamo Alasmandiri bervariasi dari datar sampai bergelombang dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar 100-648 mdpl. Kelas kelerengan sesuai dengan ketentuan dalam keputusan dalam Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 dan keputusan Menteri Pertanian Nomor 837KptsUmII1980 kelas lereng di areal kerja IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri terdiri atas kelas lereng A 8 sampai kelas lereng E 40. Luas kelas di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alasmandiri dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Kelas lereng di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alasmandiri Kelerengan Kelas lereng Luas ha 8 datar A 202.658 8 - 15 landai B 185.784 15 - 25 agak curam C 215.920 25 - 40 curam D 60.106 40 sangat curam E 12.843 Jumlah 677.310

4.3. Kondisi Tanah