Landsat 7 memiliki sensor ETM+ Enhanced Thematic Mapper Plus, yang terdiri bari 8 band. Karakteristik band pada Landsat 7 ETM+ dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2 Karakteristik Band pada Landsat 7 ETM+ Band
Panjang gelombang µm
Resolusi spasial m
Aplikasi 1
0,450 - 0,515 30 x 30
Untuk pemetaan perairan pantai, pembedaan tanah dan vegetasi,
analisa tanah
dan air,
dan pembedaan
tumbuhan berdaun
lebar dengan konifer. 2
0,525 - 0,605 30 x 30
Untuk inventarisasi vegetasi dan penilaian kesuburan.
3 0,630 - 0,690
30 x 30 Untuk pemisahan kelas vegetasi,
dan memperkuat kontras antara penampakan vegetasi dengan non
vegetasi.
4 0,750 - 0,900
30 x 30 Untuk deteksi akumulasi biomassa
vegetasi, identifikasi jenis tanaman, dan memudahkan pembedaan tanah
dan tanaman, serta lahan dan air.
5 1,550 - 1,750
30 x 30 Untuk menunjukkan kandungan air
pada tanaman, kondisi kelembaban tanah
dan berguna
untuk membedakan awan dengan salju.
6 10,400 - 12,500
60 x 60 Untuk analisa stress vegetasi,
pembedaan kelembaban
tanah, klasifikasi
vegetasi, analisis
gangguan vegetasi dan pemetaan suhu.
7 2,090 - 2,35
30 x 30 Untuk pemetaan formasi geologi
dan pemetaan hidrothermal. 8
0,520 - 0,900 15 x 15
Untuk peningkatan resolusi spasial.
Sumber : Humaidi 2005
2.4. Penataan Areal Hutan
Penataan areal hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe
ekosistem dan potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari Sarbini dan
Santoso 2009. Menurut Rahmawati 2006 penataan areal hutan adalah kegiatan
penataan ruang hutan sebagaimana dipersyaratkan oleh prinsip pengelolaan hutan lestari didasarkan atas identifikasi areal dan kualitas lahan dari suatu areal kerja
pengusahaan hutan agar terselenggara kegiatan pengelolaan hutan yang lestari, efisien dan berwawasan lingkungan. Tujuan Penataan areal hutan adalah untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang potensi dan keadaan hutan serta menentukan cara pengaturan pemanfaatan dan pembinaannya untuk menjamin
azas kelestarian dan hasil optimum. Pasal 12 PP No. 6 tahun 2007 menyatakan bahwa kegiatan penataan areal
hutan pada suatu KPH mencakup : a. Tata batas, b. Inventarisasi hutan, c. Pembagian ke dalam blok atau zona, d. Pembagian petak dan anak petak, e.
Pemetaan. Hasil kegiatan-kegiatan tersebut adalah kesatuan pengelolaan hutan yang sudah tertata dengan ciri-ciri Tim Penyusun Manual Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi KPHP 1997 dalam Sarbini dan Santoso 2009 : 1. Memiliki batas-batas luar yang jelas dan permanen
2. Terbagi ke dalam petak-petak dengan batas permanen 3. Mempunyai sarana dan prasarana pengelolaan hutan yang memadai
4. Setiap petak memiliki identitas dan informasi yang jelas di peta dan di lapangan 5. Seluruh batas, fasilitas dan hal-hal lain yang diperlukan dalam pengelolaan
hutan telah dipetakan. Menurut Sarbini dan Santoso 2009 batas-batas dalam satu KPHP terdiri
atas batas luar dan batas dalam. Batas luar KPHP memisahkan areal kerja KPHK dengan areal di luarnya yang berupa kawasan hutan produksi yang termasuk
KPHP lain, kawasan hutan fungsi lain selain kawasan hutan produksi yaitu kawasan hutan lindung dan atau kawasan hutan konservasi, dan lahan bukan
kawasan hutan yang dapat berupa pemukiman, pertanian, perkebunan dan lain- lain. Batas dalam KPHP terdiri atas batas-batas antar petak compartment dalam
KPHP, dan batas-batas dengan kawasan hutan dengan fungsi lain konservasi dan lindung yang ada di dalam KPHP.
KPHP dibagi menjadi kesatuan pengelolaan yang lebih kecil yang disebut blok, kemudian blok dibagi-bagi lagi menjadi petak compartment, kemudian
petak dibagi-bagi lagi menjadi anak petak sub compartment. Blok adalah bagian dari KPHP yang merupakan satu kesatuan eksploitasi dimana arah pengeluaran
kayu baik melalui jalan dan atau sungai merupakan satu kesatuan yang hampir sama, dengan batas-batas berupa DAS atau Sub DAS dan topografi lapangan yang
umumnya seragam. Petak adalah bagian terkecil dari KPHP yang bersifat permanen, berfungsi sebagai suatu kesatuan pengelolaan dan satu kesatuan
administrasi dan memiliki luas minimal tertentu yang ditetapkan. Petak merupakan kesatuan terkecil yang dipergunakan bagi kegiatan-kegiatan
pembuatan catatan-catatan register tentang sifat-sifat dan karakter hutan dalam basis data petak, penggunaan model-model pertumbuhan pada blok hutan yang
heterogen, perkiraan potensi produksi untuk masa yang akan datang dan tahun kapan penebangan dapat dilaksanakan, serta perencanaan dan pengawasan
pemanenan, pemeliharaan dan kegiatan-kegiatan perbaikan rehabilitasi lainnya. Anak petak adalah bagian dari petak yang bersifat sementara yang akan dibuat
apabila karena berbagai faktor, terutama yang berupa gangguan terhadap tumbuhan, terjadi perubahan dalam bagian tertentu dari petak sehingga keadaan
bagian ini berbeda dari keadaan umum dari petaknya yang dapat diukur oleh ciri- ciri fisik, ciri vegetasi dan ciri fasilitas pengembangan Sarbini dan Santoso
2009.
2.5. Basis Data