3.3.3.2. Pembuatan Skoring
Skoring dilakukan untuk mengetahui penetapan fungsi hutan. Sesuai SK
Mentan No. 837KptsUm111980 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung skor untuk hutan lindung adalah ≥175
. Skor tersebut diperoleh dari penjumlahan nilai skor dari tiga kriteria yakni kelas lereng, kelas jenis tanah dan
kelas intensitas hujan dengan nilai timbangan 20 untuk lereng, 15 untuk jenis tanah dan 10 untuk intensitas curah hujan.
3.3.3.3. Overlay Kawasan Infrastruktur Pengelolaan
Kawasan infrastruktur pengelolaan yang di-overlay adalah jaringan jalan, base camp, log pond, dan persemaian. Overlay adalah pertampalan atau tumpang
tindih pada citra atau foto udara. Kawasan infrastruktur pengelolaan ini di-overlay pada Citra Landsat yang digunakan. Overlay dilakukan berdasarkan data yang
diperoleh dari perusahaan mengenai jaringan jalan, base camp, log pond, dan persemaian.
3.3.3.4. Overlay Daerah Larangan dan Perkampungan Penduduk
Daerah larangan dan perkampungan penduduk merupakan areal non produksi yang ada di PT. Mamberamo Alasmandiri. Kawasan ini di-overlay pada
Citra Landsat yang digunakan. Overlay dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan mengenai daerah larangan dan perkampungan
penduduk.
3.3.4. Penataan Areal
Penataan areal adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatur areal kerja tahunan ke dalam petak
– petak kerja guna memudahkan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam setiap kegiatan pengusahaan yang dilakukan.
Dalam penataan areal terlebih dahulu dilakukan pembagian blok rencana kerja lima tahunan RKL. Setelah dilakukan pembagian blok RKL, dilakukan
pembagian blok rencana kerja tahunan RKT yang lokasinya sesuai dengan blok RKL. Data pembagian blok RKT yang digunakan diperoleh dari perusahaan, blok
RKT tersebut di-overlay-kan pada citra. Setelah blok RKT terbagi selanjutnya dilakukan pembagian petak kerja per blok RKT. Petak kerja yang dipakai adalah
petak kerja yang diperoleh dari data perusahaan dan di-overlay-kan juga pada citra. Dari pembagian petak diteruskan ke pembagian anak petak. Pembagian anak
petak di delineasi berdasarkan kawasan produksi dan non produksi pada setiap petak kerja.
3.3.5. Pembuatan Model Database
Database merupakan himpunan kelompok data filearsip yang saling berhubungan dan disimpan bersama sedemikian rupa agar kelak dapat
dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah Fathan 1999 dalam Prahasta 2009. Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model data
relasional. Menurut Jaya 2009 terdapat beberapa kelebihan model data relasional diantaranya lebih fleksibel, mempunyai landasan teori yang baik untuk teori
matematik, organisasi data mudah dimengerti dan dikomunikasikan, database yang sama dapat disajikan dengan mengurangi redudancy, search atribut tabel
lain dapat dilakukan dengan link atribut dari dua atau lebih tabel yang disebit Join operation.
Setelah petak dan anak petak dideliniasi berdasarkan areal produksi dan non produksi dilakukan penginputan data. Data yang dimasukkan adalah data-data
penting yang dapat memberikan informasi tentang setiap petak kerja. Data tersebut adalah data yang merupakan hasil identifikasi, LHC tahun 2009 - 2012,
data LHP tahun 2009 - 2012, dan data pembinaan hutan. Sesuai model relasional, tabel-tabel data relasional harus ditetapkan strukturnya yakni nama kolom, tipe
data, lebar kolom dan yang terpenting adalah adanya relasi antar tabel. Contoh model database relasional dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Model Database Relasional No.
Petak No.
Blok Thn
Tebangan Kelas
Potensi
ID Petak
No. Petak
Masukkan atributnya Masukkan atributnya
Join Tabel
19
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak dan Luas IUPHHK
Areal kerja IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri termasuk ke dalam kelompok hutan sungai Mamberamo
– sungai Gesa. Berdasarkan pembagian wilayah administrasi pemerintahan, areal kerja IUPHHK-HA terletak di dalam
wilayah distrik Mamberamo Hulu, Mamberamo Tengah, dan Mamberamo Hilir, serta distrik Waropen Atas, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Batas
dari areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alasmandiri dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Batas Areal Kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alasmandiri No
Arah lokasi Batas areal
1 Utara
Batas buatan belum ditata batas 2
Timur Sungai Mamberamo, Hutan Suaka Alam Wisata
Pegunungan Foja, dan Hutan Lindung 3
Selatan Hutan Suaka Alam dan Habitat Buaya
4 Barat
PT. Semey Matoa Timber, PT. Kayu Ekaria, dan Hutan Lindung
Berdasarkan status fungsi hutan, areal kerja IUPHHK PT Mamberamo Alasmandiri seluas 677.310 ha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Kehutanan dan Perkebunan Nomor 910Kpts-IV1999 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 1071Kpts-II92 Tanggal 12 Nopember
1992 terdiri atas Hutan Produksi HPK dengan luas: Hutan Produksi Bebas HP
: ± 117.010 ha ±17,30 Hutan Produksi Terbatas HPT
: ± 513.570 ha ±75,80 Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi
: ± 46.730 ha ± 6,90 Jumlah
: ± 677. 310 ha
4.2. Kondisi Topografi dan Kelerengan
Menurut peta garis bentuk areal kerja IUPHHK PT. Mamberamo Alasmandiri 1:50.000 yang dibuat secara fotogrametris dari potret udara skala
1:50.000 hasil pemotretan tahun 1986 dan 1987, menginformasikan bahwa