3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Pemilihan Citra
Citra yang digunakan adalah Citra Landsat antara path 102 row 62, path 103 row 61 dan path 103 row 62 multiwaktu dari tahun 2000 hingga 2012. Data Citra
Landsat di koreksi terlebih dahulu dengan menggunakan koreksi Geometri Ortho Orthorektifikasi. Kondisi riil data citra satelit tidak memungkinkan adanya
pencitraan secara tegak pada setiap piksel citra, sehingga diperlukan transformasi koordinat atau koreksi geometri dari perekaman non-ortho menjadi ortho.
Pergeseran koordinat dari transformasi ortho selain dipengaruhi oleh sudut pengambilan objek juga dipengaruhi oleh tinggi objek yang ada di permukaan
bumi Kustiyo 2010. Data yang dibutuhkan dalam koreksi geometri ortho adalah citra ortho referensi GLS 2000, titik Ground Control Point GCP, dan Digital
Elevation Model DEM. Proses koreksi geometri ortho ini dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LAPAN. Perbedaan citra yang
terkoreksi geometri ortho dan citra yang belum terkoreksi geometri ortho dapat dilihat pada Gambar 1.
a b
Gambar 1 Citra terkoreksi geometri ortho a dan Citra belum terkoreksi geometri Ortho b.
Citra yang terkoreksi geometri ortho digunakan karena mempunyai kualitas geometri yang akurat dengan mempunyai absis sumbu x, ordinat sumbu y dan
proyeksi koordinat tegak sumbu z. Berbeda dengan koreksi geometri biasa yang hanya mempunyai absis sumbu x dan ordinat sumbu y. PT. Mamberamo
Alasmandiri didominasi oleh kelerengan yang agak curam seluas 215.920 Ha atau
sekitar 31,9 dari luas keseluruhan areal. Kelerengan yang agak curam membuat pergeseran posisi pada citra dapat terjadi akibat pengaruh ketinggian. Koordinat
tegak yang terkoreksi akan membantu dalam mengurangi adanya pergeseran posisi pada daerah yang berlereng agak curam dan curam atau daerah bergunung.
3.3.2. Pengolahan Citra
Citra yang terpilih selanjutnya di-reproject pada setiap scene yang digunakan. Reproject dilakukan untuk menyamakan proyeksi peta yang
digunakan. Sistem proyeksi yang digunakan untuk kawasan PT. MAM adalah UTM zone 53 di bagian selatan khatulistiwa dan sistem koordinat Datum WGS 84
WGS_1984_UTM_Zone_53S. Setelah citra di-reproject langkah selanjutnya adalah melakukan Layer stacking. Menurut Jaya 2010 Layer stacking dilakukan
untuk membuat citra komposit berwarna, karena dengan hanya satu band saluran yang umumnya ditampilkan dengan ”grayscalehitam putih”, identifikasi obyek
pada citra umumnya lebih sulit jika dibandingkan dengan intepretasi pada citra berwarna. Band yang digunakan pada proses ini adalah kombinasi band yang
merupakan standar Departemen Kehutanan. Kombinasi band tersebut adalah RGB 5-4-3. Kombinasi band ini menampilkan kombinasi warna yang mendekati warna
alami dan mempunyai informasi lebih banyak. Citra yang telah di-layer stack kemudian di mosaik. Mosaik citra adalah
proses menggabungkan tumpang tindih overlapping dua citra atau lebih sehingga menghasilkan citra representatif dan kontinu Purwadhi dan Santoso
2010. Menurut Jaya 2010 proses mosaik adalah proses menggabungkan citra secara bersama membentuk satu kesatuan satu lembar peta atau citra yang
kohesif. Citra yang dimosaik terdiri dari path 102 row 62, path 103 row 61 dan path 103 row 62 dari setiap tahun. Setelah dilakukan mosaik kemudian dilakukan
pemotongan citra sesuai batas areal PT. Mamberamo alasmandiri. Pemotongan citra ditujukan untuk menunjukkan areal yang menjadi fokus penelitian. Hasil dari
Citra Landsat mosaik dan Citra Landsat hasil croping dapat dilihat pada Gambar 2.
a b
Gambar 2 Citra Landsat hasil mosaik a dan Citra Landsat hasil croping b.
3.3.3. Identifikasi Areal Non Produksi