Kawasan Infrastruktur Pengelolaan Daerah Larangan dan Perkampungan Penduduk

Kawasan lindung yang tercantum pada buku Pedoman Penyusunan Dokumen AMDAL Bidang Kehutanan yang diterbitkan oleh Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan yang sesuai dengan Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung tidak terdapat di PT. Mamberamo Alasmandiri adalah kawasan bergambut di hulu sungai dan rawa, kawasan resapan air, sempadan pantai, kawasan pantai berhutan mangrove, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, kawasan rawan bencana alam. Kawasan bergambut, sempadan pantai dan kawasan pantai berhutan mangrove tidak terdapat di areal PT. Mamberamo Alasmandiri karena areal pengelolaan merupakan areal hutan lahan kering dan tidak berada disekitar pantai. Kriteria kawasan resapan air adalah curah hujan yang tinggi, struktur tanah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran. Curah hujan di areal PT. Mamberamo Alasmandiri cukup tinggi sehingga diperlukan adanya kawasan resapan air untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir. Kriteria kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah tempat serta ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu tidak terdapat di areal PT. Mamberamo Alasmandiri, sehingga areal pengelolaan ini tidak memiliki kawasan lindung berupa kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan alam. Potensi terjadinya bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi dan tanah longsor diareal PT. Mamberamo Alasmandiri sangat kecil sehingga PT. Mamberamo Alasmandiri tidak menetapkan kawasan rawan bencana alam.

5.1.2. Kawasan Infrastruktur Pengelolaan

Infrastruktur pengelolaan merupakan sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan demi menunjang kegiatan pengelolaan hutan. Terdapat beberapa infrastrukur pengelolaan di PT. Mamberamo Alasmandiri, yaitu base camp, log pond, Tempat Pengumpulan Kayu TPn, quary, jaringan jalan dan persemaian. Infrastruktur tersebut diidentifikasi menggunakan data sekunder yang diperoleh dari perusahaan. Data yang diperoleh hanya terdapat informasi mengenai base camp, persemaian, jaringan jalan dan log pond, sementara untuk TPn dan quary tidak diidentifikasi karena perusahaan tidak mempunyai data keseluruhan letak TPn dan quary. Perusahaan perlu melakukan pengumpulan data mengenai TPn dan quary untuk mengetahui letak dan luas seluruh TPn dan quary karena akan berpengaruh terhadap luas kawasan non produksi di areal pengelolaan. Berdasarkan data yang diperoleh luas log pond yang terletak di lokasi bagian hutan Aja seluas 7 ha dan luas persemaiannya 2 ha. Data yang diperoleh berupa polygon, point dan garis yang menunjukkan letak base camp, persemaian, jaringan jalan dan log pond. Data tersebut di- overlay ke Citra Landsat yang digunakan untuk kemudian dilakukan proses selanjutnya. Kondisi infrastruktur pengelolaan sebenarnya di lapangan dapat dilihat pada Gambar 9. a b c Gambar 9 Jaringan jalan a, Logpond b dan Base camp induk lokasi Aja c.

5.1.3. Daerah Larangan dan Perkampungan Penduduk

Daerah larangan merupakan suatu daerah yang berada di dalam kawasan PT. Mamberamo Alasmandiri yang dianggap masyarakat sebagai kawasan yang sakral dan keramat oleh masyarakat setempat, sehingga daerah larangan tersebut tidak dapat di produksi atau dijamah oleh perusahaan maupun pihak lain. Beberapa daerah terlarang di areal PT. Mamberamo Alasmandiri antara lain tanah adat Towao, Kuburan Marga Meop Tanjung, Gunung Keramat Tiwang, kuburan tua, Dusun Lama Saire, Hutan Keramat Enghwarasit, Hutan Agathis dan beberapa daerah larangan lainnya. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, pohon agathis dianggap sebagai nenek moyang masyarakat sehingga daerah tempat tumbuh pohon agathis sama sekali tidak boleh dijamah maupun ditebang. Lokasi hutan keramat dan tegakan pohon agathis dapat dilihat pada Gambar 10. a b Gambar 10 Lokasi Hutan Keramat a dan Tegakan Pohon Agathis b. Perkampungan penduduk merupakan daerah non produksi yang ada areal kerja PT. Mamberamo Alasmandiri. Perkampungan penduduk yang terletak di dalam wilayah kerja kawasan ini terdiri dari Distrik Kasonaweja, Kampung Batiwa, Kampung Baudi dan Kampung Burmeso. Perkampungan penduduk ini dideliniasi berupa point yang menunjukkan letak perkampungan penduduk di citra. Perkampungan penduduk Distrik Kasonaweja di PT. Mamberamo Alasmandiri dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 Perkampungan Penduduk Distrik Kasonaweja. Peta areal non produksi yang terdapat di PT. Mamberamo Alasmandiri yang telah diidentifikasi dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12 Peta Areal Non Produksi IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alasmandiri.

5.2. Penataan Areal Hutan

Menurut Rahmawati 2006 penataan areal hutan adalah penataan ruang hutan sebagaimana dipersyaratkan oleh prinsip pengelolaan hutan lestari didasarkan atas identifikasi areal dan kualitas lahan dari suatu areal kerja pengusahaan hutan agar terselenggara kegiatan pengelolaan hutan yang lestari, efisien dan berwawasan lingkungan. Kegiatan Penataan areal hutan produksi bertujuan memperoleh gambaran jelas tentang potensi dan keadaan hutan serta cara pengaturan pemanfaatan dan pembinaannya agar terjamin azas kelestarian dan hasil yang optimal. Pembagian hutan ke dalam unit-unit pengelolaan yang