diperlukan berbagai data geografis dan datainformasi lainnya serta prosedur dalam analisisnya.
2.2. Penginderaan Jauh
Lillesand dan Kiefer 1990 menyatakan penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena
melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji. Penginderaan jauh
didefinisikan sebagai ilmu dan seni pengukuran untuk mendapatkan informasi suatu obyek atau fenomena, menggunakan suatu alat perekaman dari suatu
kejauhan, dimana pengukuran dilakukan tanpa melakukan kontak langsung secara fisik dengan obyek atau fenomena yang diukurdiamati American Society of
Photogrammetry 1983 dalam Jaya 2010. Pengumpulan data penginderaan jarak jauh dilakukan dengan menggunakan
alat pengindera atau alat pengumpul data yang disebut sensor. Obyek yang diindera adalah obyek yang terletak di permukaan bumi, di atmosfer dirgantara
dan di antariksa. Pengumpulan data dari jarak jauh tersebut dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, sesuai dengan tenaga yang digunakan. Tenaga yang digunakan
dapat berupa variasi distribusi distribution daya, distribusi gelombang bunyi, atau distribusi energi elektromagnetik. Data penginderaan jauh dapat berupa citra
imaginery, grafik, dan data numerik. Data tersebut dapat dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang objek, daerah, atau fenomena yang diindera atau
diteliti. Proses penerjemahan data menjadi informasi disebut analisis atau interpretasi data. Apabila proses penerjemahan tersebut dilakukan secara digital
dengan bantuan komputer disebut interpretasi digital Purwadhi 2001. Menurut Sarbini dan Santoso 2009 penggunaan data penginderaan jauh
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan penggunaan potret udara atau peta biasa. Pertama, liputan coverage, citra penginderaan jauh biasanya mencakup
areal cukup luas. Kedua, data digital: citra penginderaan jauh dapat diperoleh dalam bentuk digital sehingga data tersebut dapat diolah secara digital dengan
menggunakan komputer. Hal ini akan memberikan hasil yang lebih konsisten dan proses yang lebih efisien. Ketiga, periode tersedianya data, data citra dapat
diperoleh secara periodik dengan teratur misalnya: setiap 16 hari untuk Landsat TM, sehingga tersedianya data pada setiap periode dapat terjamin. Disamping itu,
dengan tersedianya data secara periodik tersebut, gejala perubahan alam pola perubahan hutan, terjadinya kerusakan hutan, pertumbuhan hutan, dan
sebagainya dapat dipelajari. Keempat, murah cost effective, dengan cakupan wilayah yang luas, maka biaya pengadaan citra per satuan luas menjadi lebih
murah.
2.3. Citra Landsat