Tabel 6 Penutupan vegetasi pada fungsi hutan PT Mamberamo Alasmandiri No
Penutupan lahan Fungsi hutan ha
BZ Jumlah
Persen HPT
HP HPK
1. Hutan primer 287.203
66.966 6.176 12.230 372.575
55,00 2.
Hutan bekas Tebangan
105.825 40.100 30.651
1.948 178.524 26,40
3. Non hutan 6.209
5.169 592
127 12.097
1,80 4. Hutan rawa primer
- 1.890 10.951
- 12.841
1,90 5. Hutan rawa bekas
tebangan 8.268
783 -
- 9.051
1,30 6. Non hutan rawa
- 71
1.111 -
1.182 0,20
7. Tubuh airdanau -
636 -
12 648
0,10 8. Tertutup awan
74.295 10.511
- 5.586
90.392 13,30
Jumlah 481.800 126.126 49.481 19.903 677.310 100,00
Sumber : Pengesahan Citra Landsat Nomor S.35VIIPusin-12006 tanggal 22 Januari 2007. PT.MAM 2009
4.6. Sosial dan Ekonomi Masyarakat
Penduduk asli disekitar kelompok hutan Sungai Mamberamo – Sungai Gesa
adalah suku Baudi Bira, Kerema, Obogui Dai, Kapso Apawer, Birara Noso, Bodo dan suku Haya. Hubungan suku-suku yang berbeda wilayah masih bersifat
tradisional dan masing-masing suku masih memegang kuat adat istiadatnya, hal ini ditunjukkan oleh adanya bahasa yang cukup mencolok diantara suku-suku asli
yang ada dan masing-masing suku berkembang sendiri-sendiri tanpa saling mengganggu.
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh penduduk di sekitar kelompok hutan ini adalah bahasa sukunya masing-masing sedangkan bahasa Indonesia
hanya dimengerti oleh sebagian kecil saja dari mereka. Agama dan kepercayaan yang dianut adalah Kristen Protestan, Katolik dan Islam. Total 20.494 jiwa terbagi
dalam empat distrik sekitar areal kerja IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri tercatat sebanyak 19.449 jiwa 94,90 penganut agama resmi
dengan rincian 7.795 jiwa 38,03 beragama Kristen Protestan, 361 jiwa 1,76 beragama Islam, dan 11.293 jiwa 55,10 beragama Kristen Katolik.
Budaya masyarakat di dalam dan di sekitar areal IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri merupakan gambaran kecil dari budaya Papua.
Kebudayaan di Papua menunjukkan gejala aneka warna yang ekstrim. Hal ini disebabkan oleh suku-sukubangsa-bangsa yang berdatangan dari berbagai daerah
menduduki pulau-pulau yang ada secara terpisah satu dari yang lainnya karena isolasi geografis.
Proses sosial yang ada di kawasan areal kerja IUPHHK berupa proses asosiatif keserasian dan proses disosiatif pertentangan. Proses asosiatif dapat
dikaji dari proses akomodasi diawali dengan kegiatan kerjasama, gotong royong, dalam kegiatan perkawinan, membangun rumah ibadah, dan lain-lain. Kegiatan
akomodasi juga terlihat dalam kegiatan meramu, dimana masyarakat saling membantu dalam mencari sumber sagu dan hewan buruan.
Mata pencaharian penduduk yang berada di sekitar areal kerja IUPHHK PT. Mamberamo Alasmandiri dapat diklasifikasikan menurut keadaaan alam tempat
penduduk menetap. Umumnya penduduk yang tinggal di sepanjang Sungai Mamberamo dan Danau Bira memiliki mata pencaharian sebagai pencari ikan
untuk memenuhi kebutuhan protein hewani sehari-hari dan jika ada kelebihan dari hasil tangkapan, dipertukarkan barter dengan bahan makanan seperti umbi-
umbian, jagung dan talas. Bahan makanan ini dihasilkan oleh penduduk yang tinggal di pedalaman yang umumnya hidup dari ladang berpindah. Sistem barter
dilakukan pada setiap kesempatan, karena di kawasan ini belum berkembang sistem pasar dan perekonomian uang. Disamping mencari ikan dan bercocok
tanam dengan berladang berpindah, ada sebagian masyarakat yang melakukan kegiatan “meramu” mencari sagu, umbi dan berburu. Sedangkan masyarakat
yang tinggal di pusat-pusat pemerintah Distrik dan Kabupaten yang umumnya sebagai pendatang berprofesi sebagai pegawai negeri dan buruh harian.
24
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identifikasi dan Analisis Areal Non Produksi