2 Tidak melakukan perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang jasa dan perdagangan dengan penawaran dan
permintaan palsu. 3 Tidak melebihi rasio keuangan sebagai berikut:
a Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 82 hutang yang berbasis bunga
dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 45:55. b Total bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan
dengan total pendapatan revenue tidak lebih dari 10.
D. FTSE Bursa Malaysia
Pada tahun 2006 FTSE Group dan Bursa Malaysia bekerja sama untuk menyediakan berbagai indeks untuk pasar modal Malaysia. FTSE Bursa
Malaysia Index Series berisi berbagai indeks yang real-time, mencakup semua perusahaan yang memenuhi syarat serta terdaftar di Bursa Malaysia
dan ACE Pasar. Indeks ini terdiri dari beberapa bagian dari yang terbesar, menengah, kecil dan syariah. Saat ini FTSE Bursa Malaysia memiliki
beberapa indeks antara lain: 1. FTSE Bursa Malaysia EMAS Index FBMEMAS, konstituen dari
100 indeks teratas FTSE Bursa Malaysia dan FTSE Bursa Malaysia Small Cap Index
. 2. FTSE Bursa Malaysia EMAS Industry Indices yaitu, indeks yang
terdiri dari 10 Industri, 19 super sektors dan 39 Sektor.
3. FTSE Bursa Malaysia Small Cap Index, yaitu indeks yang terdiri dari 98 konstituen Bursa Malaysia yang termasuk konstituen
FTSE Bursa Malaysia 100 indeks teratas. 4. FTSE Bursa Malaysia EMAS Shariah Index yaitu konstituen
syariah dari FBMEMAS yang memenuhi persyaratan SAC. 5. FTSE Bursa Malaysia Small Cap Shariah Index, yaitu indeks
syariah yang menjadi konstituen small cap index dari FBMEMAS yang memenuhi persyaratan SAC
.
11
6. Dan lain-lain.
E. Inflasi
Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang atau komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu.
Inflasi dapat dianggap sebagai fenemona moneter kerena terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas.
12
Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan harga dari barang atau komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deplasi.
Dalam perekonomian moderen sekarang ini masalah dan penyebab inflasi adalah sangat kompleks. Inflasi bukan hanya disebabkan oleh
penawaran uang yang berlebih tetapi juga oleh banyak faktor seperti kenaikan gaji, ketidakstabilan politik, pengaruh inflasi di luar negeri dan
11
FTSE, http:www.ftse.comproductsindicesbursa-malaysia, diakses pada 29 agustus
2016
12
Adiwarman A.Karim, Ekonomi Makro Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2010, h.135.
kemerosotan mata uang.
13
Inflasi dapat digolongkan karena penyebab- penyebabnya yaitu sebagai berikut:
14
1. Natural Inflation dan Human Error Inflation. Sesuai dengan namanya Natural Inflation adalah inflasi yang terjadi karena sebab-
sebab alamiah yang manusia tidak mempuyai kuasa dalam mencegahnya. Human Error Inflation adalah inflasi yang terjadi
karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri. 2. Actual Anticipated Expected Inflation dan Unanticipated
Unexpected Inflation. Pada Expected Inflation tingkat suku bunga
pinjaman riil akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi, sedangkan pada Unexpected Inflation
tingkat suku bunga pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi.
3. Demand Pull dan Cost Push Inflation. Demand Pull Inflation diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi
Permintaan dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. Cost Push Inflation
adalah inflasi yang terjadi karena adanya perubahan- perubahan pada sisi penawaran dari barang dan jasa pada suatu
perekonomian. 4. Spiralling Inflation. Inflasi jenis ini adalah inflasi yang diakibatkan
oleh inflasi yang terjadi sebelumnya yang mana inflasi yang
13
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Moderen Perkembangan Pemikiran dari Klasik Hingga Keynesian Baru
, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007, h.10.
14
Adiwarman A.Karim, Ekonomi Makro Islam, h.138-139.
sebelumnya terjadi sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya.
5. Imported Inflation dan Dosmetic Inflation. Imported Inflation bisa dikatakan adalah inflasi di negara lain yang ikut dialami oleh suatu
negara karena harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan internasional. Dosmetic Inflation bisa dikatakan inflasi yang hanya
terjadi di dalam negeri suatu negara yang tidak mempengaruhi negara-negara lain.
Adapun inflasi diukur dengan tingkat inflasi rate of inflation tingkat perubahan dari harga secara umum. Persamaanya adalah
sebagai berikut: tingkat harga
t
– tingkat harga
t-1
X 100 tingkat harga
t-1
F. Suku Bunga The Fed
Federal Funds Rate FFR adalah suku bunga antarbank sebagai biaya pinjam-meminjam cadangan bank bank reserves yang ditempatkan
oleh perbankan umum pada bank sentral Amerika dalam durasi semalam overnight. Proses pinjam-meminjam ini dilakukan tanpa agunan non-
collateralized . Biasanya, lembaga keuangan dengan saldo berlebih
surplus meminjamkan saldo rekening mereka kepada lembaga yang kekurangan deficit. Pelaku di pasar federal funds adalah bank-bank
dengan candangan berlebih memberikan pinjaman dan bank-bank yang membutuhkan cadangan menelpon kas dan menegosiasikan tingkat suku
bunga. Fed funds rate merupakan tingkat suku bunga yang dikontrol paling ketat oleh the fed melalui operasi pasar terbuka.
15
Pergerakan fed funds rate sering dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Hal tersebut berpengaruh karena apabila suku bunga
fed funds rate mengalami kenaikan maka ada dampak jangka pendek dan
panjang terkait kenaikan suku bunga bank sentral AS tersebut. Pertama, akan terjadi aliran dana investor asing keluar dari negara berkembang
termasuk Indonesia. Kedua, terjadi tekanan terhadap mata uang negara berkembang di Asia termasuk rupiah dan ringgit. Ketiga, dolar AS akan
menguat signifikan. Sehingga kenaikan fed funds rate akan mempengaruhi investasi dalam negeri.
G. Suku Bunga Domestik
Bunga adalah biaya yang dibayar oleh peminjam kepada pemberi pinjaman atas penggunaan dananya.
16
Dalam penelitian ini suku bunga yang digunakan adalah suku bunga domestik, yaitu BI rate dan suku
bunga negara Malaysia. BI rate adalah suku bunga acuan kebijakan moneter yang
diimplementasikan melalui sasaran operasioanal di pasar uang. Operasional moneter diarahkan untuk mengatur jumlah likuidatas di pasar
15
Karl E. Case dan Ray C. Fair, Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro, Klaten : PT INDEKS, Kelompok Gramedia, 2004, h.171.
16
Ibid,h.153.
sehingga suku bunga PUAB ON diarahkan berada disekitar BI rate.
17
Pergerakan suku bunga Pasar Uang Antar Bank ON diharapkan akan diikuti oleh oleh perkembangan suku bunga deposito, dan suku bunga
kredit perbankan. Bank Indonesia akan menaikan BI rate apabila inflasi melampaui sasaran yang telah ditetapkan, dan Bank Indonesia akan
menurunkan BI rate bila inflasi di bawah sasaran.
H. Nilai Tukar Kurs
Nilai tukar atau yang dikenal dengan kurs didefinisikan sebagai berapa banyak jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk
memperoleh satu unit mata uang lain.
18
Pada umumnya permintaan valuta asing untuk : 1. Impor
2. Bayar hutang luar negeri 3. Bayar jasa dari luar negeri dan ;
4. Kegiatan spekulasi Sedangkan penawaran valuta asing dari :
1. Ekspor 2. Penanaman modal asing
3. Utang luar negeri dan ; 4. Kegiatan spekulasi
17
Darwin Nasution, Bank Sentarl Itu Harus Membumi, Yogyakarta: Galang Pustaka, 2013, h.88
18
Pratama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Ekonomi dan MakroEkonomi
, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008, h. 307.
Ada beberapa macam sistem penetapan kurs valuta asing, yakni sebagai berikut :
1. Kurs tetap Dapat terdiri karena dua hal, yakni :
a. Kurs tetap dengan standar emas, yaitu dengan mengkaitkan nilai suatu mata uang dengan emas.
b. Kurs tetap dengan standar kertas, yaitu mengkaitkan nilai mata uang suatu negara dengan mata uang negara lainnya.
2. Kurs bebas, yaitu nilai mata uang suatu negara ditentukan secara bebas oleh kekuatan permintaan dan penawaran terhadap mata
uang tersebut. kurs bebas sering juga disebut kurs mengambang. 3. Kurs mengambang terkendali, yaitu adanya campur tangan negara
pemerintah untuk menstabilkan kurs pada tingkat tertentu.
19
I. Jumlah Uang Beredar
Uang Beredar dapat didefinisikan dalam arti sempit M1 dan dalam arti luas M2. Jumlah uang beredar dalam arti sempit M1 adalah jumlah
uang beredar yang terdiri atas uang katral dan uang giral.
20
Sedangkan jumlah uang beredar dalam arti luas M2 meliputi M1 ditambah uang
kuasai mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta giro dalam valuta asing, dan surat berharga yang diterbitkan oleh
19
Jimmy Hasoloan, Ekonomi Moneter, Yogyakarta: PENERBIT DEEP PUBLISH, 2014, h.197-198.
20
Pramta Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Ekonomi dan MakroEkonomi
, h, 324.
sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
Perkembangan jumlah uang beredar mencerminkan perkembangan ekonomi suatu negara. Biasanya bila perekenomian suatu negara
bertumbuh dan berkembang jumlah uang beredar juga bertambah, sedangkan komposisinya berubah. Bila perekonomian makin maju, porsi
penggunaan uang katral kertas dan logam akan berkurang, digantikan oleh uang giral atau near money. Biasanya juga bila perekonomian
meningkat, komposisi M1 dalam peredaran uang akan menurun, sebab porsi uang kuasai makin besar.
J. Keterkaitan Variabel
1. Inflasi dengan Harga Saham
Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang berlebihan dapat merugikan
perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham dipasar, sementara inflasi yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi akan
sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban.
21
Inflasi pun dapat berpengaruh positif, terutama jika yang terjadi adalah inflasi yang ringan, yaitu inflasi yang berada di bawah 10 . Inflasi yang
21
Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Protofolio, Jakarta: Erlangga, 2008, h.201.
ringan akan mendorong pertumbuhan ekonomi, hal ini karena inflasi yang ringan akan mampu memberikan semangat kepada pengusaha, untuk lebih
meningkatkan produksinya. Pengusaha semangat meningkatkan produksi karena dengan kenaikan harga yang terjadi pengusaha akan mendapat
lebih banyak keuntungan
.
Namun, untuk menciptkan tingkat inflasi yang membuat dunia usaha menjadi hidup, perusahaan mendapat keuntungan
yang memadai, pertumbuhan ekonomi dapat menutupi pengangguran dan harga di pasar bergerak normal merupakan pekerjaan yang sulit.
2. Suku Bunga The Fed dengan Harga Saham
Investasi suatu negara juga tidak luput dari pengaruh suku bunga luar negeri, seperti suku bunga acuan Amerika Serikat the fed. Berdasarkan
teori interest rate parity dan teori portofolio adjustment menyebutkan bahwa perubahan tingkat suku bunga luar negeri akan mempengaruhi
terhadap keputusan investasi investor. Tingkat suku bunga luar negeri yang lebih tinggi dibanding tingkat suku bunga domestik akan
menyebabkan capital
outflow karena
investor menilai
lebih menguntungkan berinvestasi di luar negeri dibandingkan berinvestasi
dalam negeri. Oleh sebab itu, kenaikan tingkat suku bunga luar negeri yang dibarengi dengan penurunan tingkat suku bunga domestik akan
berdampak negatif bagi kondisi pasar modal domestik.
22
22
Muhammad Syafi’i Antonio, dkk, “ The Islamic Capital Market Volatility: A Compa
rative Study Between In Indonesia And Malaysia”, Buliten Ekonomi Moneter dan Perbankan, April 2013, h.394
3. Suku Bunga Domestik dengan Harga Saham
Tingkat suku bunga menentukan minat masyarakat dalam menentukan pilihannya. Apabila suku bunga semakin tinggi, maka pilihan investor
dalam melakukan investasi akan semakin rendah. Alasannya adalah karena investor akan menambah pengeluaran investasinya apabila ingin
mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari tingkat suku bunga untuk biaya investasi yang dikeluarkannya. Selain itu kenaikan suku bunga acuan
sepeti BI rate akan membuat investor lebih memilih menanamkan dananya pada deposito.
Dengan demikian perubahan BI rate berpengaruh secara berlawanan terhadap harga saham. Artinya kalau BI rate meningkat, maka harga
saham akan turun dan sebaliknya jika BI rate turun, maka harga saham akan naik
.
23
4. Nilai Tukar Kurs dengan Harga Saham
Pengaruh variabel makro tidak selalu sama terhadap harga saham. Misalnya, kenaikan kurs US terhadap mata uang negara lain berdampak
positif terhadap harga saham emiten yang berusaha di bidang ekspor, tetapi berdampak negatif terhadap harga saham emiten yang memiliki
utang valuta asing. Emiten yang bergerak dalam bidang impor atau yang bahan baku untuk produksinya masih didatangkan dari luar negeri, akan
terkena dampak negatif dari kenaikan kurs US. Para investor yang menggunakan analisis fundamental dalam proses pengembalian keputusan
23
Sarwo Edy Handoyo dan Herlin Tundjung Setijaningsih, “Pengaruh Harga Emas, Kurs, BI Rate dan Volume Perdagangan Terhadap Harga Saham ANTM”, Jurnal Ekonomi Vol.18,
No.02 Juli 2013, h.167.
jual-beli saham harus memperhatikan variabel-variabel yang diduga mempunyai pengaruh kuat terhadap harga saham.
24
5. Jumlah Uang Beredar dengan Harga Saham
Jika jumlah uang beredar meningkat, maka harga saham naik. Hal ini dikarenakan masyarakat mendapatkan dirinya mempunyai lebih dari yang
diinginkan dan menggunakannya untuk konsumsi. Satu tempat untuk mengkonsumsikan uang tersebut adalah pasar modal, yang meningkatkan
permintaan atas saham.
25
Ketika para investor menyimpan uang mereka dalam bentuk investasi saham, maka harga saham perusahaan akan
mengalami peningkatan yang berdampak pada meningkatnya indeks harga saham.
Namun, jika meningkatnya jumlah uang beredar diikuti dengan kenaikan tingktat suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia guna
menekan peredaran jumlah uang beredar di masyarakat, hal ini akan mendorong investor untuk memindahkan investasinya pada instrumen
yang dapat memberikan keuntungan yang lebih besar yaitu investasi pada perbankan dalam bentuk deposito.
24
Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, h.335.
25
Frederic S. Mishkin, Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan, Jakarta:Penerbit Salemba Empat, 2009, h. 321.