Teknik Analisis Pengaruh variabel makro ekonomi terhadap harga saham syariah di Indonesia dan Malaysia periode Mei 2011 – Desember 2015

2 Tidak melakukan perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang jasa dan perdagangan dengan penawaran dan permintaan palsu. 3 Tidak melebihi rasio keuangan sebagai berikut: a Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 82 hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 45:55. b Total bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan revenue tidak lebih dari 10.

D. FTSE Bursa Malaysia

Pada tahun 2006 FTSE Group dan Bursa Malaysia bekerja sama untuk menyediakan berbagai indeks untuk pasar modal Malaysia. FTSE Bursa Malaysia Index Series berisi berbagai indeks yang real-time, mencakup semua perusahaan yang memenuhi syarat serta terdaftar di Bursa Malaysia dan ACE Pasar. Indeks ini terdiri dari beberapa bagian dari yang terbesar, menengah, kecil dan syariah. Saat ini FTSE Bursa Malaysia memiliki beberapa indeks antara lain: 1. FTSE Bursa Malaysia EMAS Index FBMEMAS, konstituen dari 100 indeks teratas FTSE Bursa Malaysia dan FTSE Bursa Malaysia Small Cap Index . 2. FTSE Bursa Malaysia EMAS Industry Indices yaitu, indeks yang terdiri dari 10 Industri, 19 super sektors dan 39 Sektor. 3. FTSE Bursa Malaysia Small Cap Index, yaitu indeks yang terdiri dari 98 konstituen Bursa Malaysia yang termasuk konstituen FTSE Bursa Malaysia 100 indeks teratas. 4. FTSE Bursa Malaysia EMAS Shariah Index yaitu konstituen syariah dari FBMEMAS yang memenuhi persyaratan SAC. 5. FTSE Bursa Malaysia Small Cap Shariah Index, yaitu indeks syariah yang menjadi konstituen small cap index dari FBMEMAS yang memenuhi persyaratan SAC . 11 6. Dan lain-lain.

E. Inflasi

Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang atau komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai fenemona moneter kerena terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas. 12 Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan harga dari barang atau komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deplasi. Dalam perekonomian moderen sekarang ini masalah dan penyebab inflasi adalah sangat kompleks. Inflasi bukan hanya disebabkan oleh penawaran uang yang berlebih tetapi juga oleh banyak faktor seperti kenaikan gaji, ketidakstabilan politik, pengaruh inflasi di luar negeri dan 11 FTSE, http:www.ftse.comproductsindicesbursa-malaysia, diakses pada 29 agustus 2016 12 Adiwarman A.Karim, Ekonomi Makro Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2010, h.135. kemerosotan mata uang. 13 Inflasi dapat digolongkan karena penyebab- penyebabnya yaitu sebagai berikut: 14 1. Natural Inflation dan Human Error Inflation. Sesuai dengan namanya Natural Inflation adalah inflasi yang terjadi karena sebab- sebab alamiah yang manusia tidak mempuyai kuasa dalam mencegahnya. Human Error Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri. 2. Actual Anticipated Expected Inflation dan Unanticipated Unexpected Inflation. Pada Expected Inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi, sedangkan pada Unexpected Inflation tingkat suku bunga pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi. 3. Demand Pull dan Cost Push Inflation. Demand Pull Inflation diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi Permintaan dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. Cost Push Inflation adalah inflasi yang terjadi karena adanya perubahan- perubahan pada sisi penawaran dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. 4. Spiralling Inflation. Inflasi jenis ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya yang mana inflasi yang 13 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Moderen Perkembangan Pemikiran dari Klasik Hingga Keynesian Baru , Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007, h.10. 14 Adiwarman A.Karim, Ekonomi Makro Islam, h.138-139. sebelumnya terjadi sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya. 5. Imported Inflation dan Dosmetic Inflation. Imported Inflation bisa dikatakan adalah inflasi di negara lain yang ikut dialami oleh suatu negara karena harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan internasional. Dosmetic Inflation bisa dikatakan inflasi yang hanya terjadi di dalam negeri suatu negara yang tidak mempengaruhi negara-negara lain. Adapun inflasi diukur dengan tingkat inflasi rate of inflation tingkat perubahan dari harga secara umum. Persamaanya adalah sebagai berikut: tingkat harga t – tingkat harga t-1 X 100 tingkat harga t-1

F. Suku Bunga The Fed

Federal Funds Rate FFR adalah suku bunga antarbank sebagai biaya pinjam-meminjam cadangan bank bank reserves yang ditempatkan oleh perbankan umum pada bank sentral Amerika dalam durasi semalam overnight. Proses pinjam-meminjam ini dilakukan tanpa agunan non- collateralized . Biasanya, lembaga keuangan dengan saldo berlebih surplus meminjamkan saldo rekening mereka kepada lembaga yang kekurangan deficit. Pelaku di pasar federal funds adalah bank-bank dengan candangan berlebih memberikan pinjaman dan bank-bank yang membutuhkan cadangan menelpon kas dan menegosiasikan tingkat suku bunga. Fed funds rate merupakan tingkat suku bunga yang dikontrol paling ketat oleh the fed melalui operasi pasar terbuka. 15 Pergerakan fed funds rate sering dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Hal tersebut berpengaruh karena apabila suku bunga fed funds rate mengalami kenaikan maka ada dampak jangka pendek dan panjang terkait kenaikan suku bunga bank sentral AS tersebut. Pertama, akan terjadi aliran dana investor asing keluar dari negara berkembang termasuk Indonesia. Kedua, terjadi tekanan terhadap mata uang negara berkembang di Asia termasuk rupiah dan ringgit. Ketiga, dolar AS akan menguat signifikan. Sehingga kenaikan fed funds rate akan mempengaruhi investasi dalam negeri.

G. Suku Bunga Domestik

Bunga adalah biaya yang dibayar oleh peminjam kepada pemberi pinjaman atas penggunaan dananya. 16 Dalam penelitian ini suku bunga yang digunakan adalah suku bunga domestik, yaitu BI rate dan suku bunga negara Malaysia. BI rate adalah suku bunga acuan kebijakan moneter yang diimplementasikan melalui sasaran operasioanal di pasar uang. Operasional moneter diarahkan untuk mengatur jumlah likuidatas di pasar 15 Karl E. Case dan Ray C. Fair, Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro, Klaten : PT INDEKS, Kelompok Gramedia, 2004, h.171. 16 Ibid,h.153. sehingga suku bunga PUAB ON diarahkan berada disekitar BI rate. 17 Pergerakan suku bunga Pasar Uang Antar Bank ON diharapkan akan diikuti oleh oleh perkembangan suku bunga deposito, dan suku bunga kredit perbankan. Bank Indonesia akan menaikan BI rate apabila inflasi melampaui sasaran yang telah ditetapkan, dan Bank Indonesia akan menurunkan BI rate bila inflasi di bawah sasaran.

H. Nilai Tukar Kurs

Nilai tukar atau yang dikenal dengan kurs didefinisikan sebagai berapa banyak jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang lain. 18 Pada umumnya permintaan valuta asing untuk : 1. Impor 2. Bayar hutang luar negeri 3. Bayar jasa dari luar negeri dan ; 4. Kegiatan spekulasi Sedangkan penawaran valuta asing dari : 1. Ekspor 2. Penanaman modal asing 3. Utang luar negeri dan ; 4. Kegiatan spekulasi 17 Darwin Nasution, Bank Sentarl Itu Harus Membumi, Yogyakarta: Galang Pustaka, 2013, h.88 18 Pratama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Ekonomi dan MakroEkonomi , Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008, h. 307. Ada beberapa macam sistem penetapan kurs valuta asing, yakni sebagai berikut : 1. Kurs tetap Dapat terdiri karena dua hal, yakni : a. Kurs tetap dengan standar emas, yaitu dengan mengkaitkan nilai suatu mata uang dengan emas. b. Kurs tetap dengan standar kertas, yaitu mengkaitkan nilai mata uang suatu negara dengan mata uang negara lainnya. 2. Kurs bebas, yaitu nilai mata uang suatu negara ditentukan secara bebas oleh kekuatan permintaan dan penawaran terhadap mata uang tersebut. kurs bebas sering juga disebut kurs mengambang. 3. Kurs mengambang terkendali, yaitu adanya campur tangan negara pemerintah untuk menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. 19

I. Jumlah Uang Beredar

Uang Beredar dapat didefinisikan dalam arti sempit M1 dan dalam arti luas M2. Jumlah uang beredar dalam arti sempit M1 adalah jumlah uang beredar yang terdiri atas uang katral dan uang giral. 20 Sedangkan jumlah uang beredar dalam arti luas M2 meliputi M1 ditambah uang kuasai mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta giro dalam valuta asing, dan surat berharga yang diterbitkan oleh 19 Jimmy Hasoloan, Ekonomi Moneter, Yogyakarta: PENERBIT DEEP PUBLISH, 2014, h.197-198. 20 Pramta Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Ekonomi dan MakroEkonomi , h, 324. sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun. Perkembangan jumlah uang beredar mencerminkan perkembangan ekonomi suatu negara. Biasanya bila perekenomian suatu negara bertumbuh dan berkembang jumlah uang beredar juga bertambah, sedangkan komposisinya berubah. Bila perekonomian makin maju, porsi penggunaan uang katral kertas dan logam akan berkurang, digantikan oleh uang giral atau near money. Biasanya juga bila perekonomian meningkat, komposisi M1 dalam peredaran uang akan menurun, sebab porsi uang kuasai makin besar.

J. Keterkaitan Variabel

1. Inflasi dengan Harga Saham

Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham dipasar, sementara inflasi yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi akan sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban. 21 Inflasi pun dapat berpengaruh positif, terutama jika yang terjadi adalah inflasi yang ringan, yaitu inflasi yang berada di bawah 10 . Inflasi yang 21 Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Protofolio, Jakarta: Erlangga, 2008, h.201. ringan akan mendorong pertumbuhan ekonomi, hal ini karena inflasi yang ringan akan mampu memberikan semangat kepada pengusaha, untuk lebih meningkatkan produksinya. Pengusaha semangat meningkatkan produksi karena dengan kenaikan harga yang terjadi pengusaha akan mendapat lebih banyak keuntungan . Namun, untuk menciptkan tingkat inflasi yang membuat dunia usaha menjadi hidup, perusahaan mendapat keuntungan yang memadai, pertumbuhan ekonomi dapat menutupi pengangguran dan harga di pasar bergerak normal merupakan pekerjaan yang sulit.

2. Suku Bunga The Fed dengan Harga Saham

Investasi suatu negara juga tidak luput dari pengaruh suku bunga luar negeri, seperti suku bunga acuan Amerika Serikat the fed. Berdasarkan teori interest rate parity dan teori portofolio adjustment menyebutkan bahwa perubahan tingkat suku bunga luar negeri akan mempengaruhi terhadap keputusan investasi investor. Tingkat suku bunga luar negeri yang lebih tinggi dibanding tingkat suku bunga domestik akan menyebabkan capital outflow karena investor menilai lebih menguntungkan berinvestasi di luar negeri dibandingkan berinvestasi dalam negeri. Oleh sebab itu, kenaikan tingkat suku bunga luar negeri yang dibarengi dengan penurunan tingkat suku bunga domestik akan berdampak negatif bagi kondisi pasar modal domestik. 22 22 Muhammad Syafi’i Antonio, dkk, “ The Islamic Capital Market Volatility: A Compa rative Study Between In Indonesia And Malaysia”, Buliten Ekonomi Moneter dan Perbankan, April 2013, h.394

3. Suku Bunga Domestik dengan Harga Saham

Tingkat suku bunga menentukan minat masyarakat dalam menentukan pilihannya. Apabila suku bunga semakin tinggi, maka pilihan investor dalam melakukan investasi akan semakin rendah. Alasannya adalah karena investor akan menambah pengeluaran investasinya apabila ingin mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari tingkat suku bunga untuk biaya investasi yang dikeluarkannya. Selain itu kenaikan suku bunga acuan sepeti BI rate akan membuat investor lebih memilih menanamkan dananya pada deposito. Dengan demikian perubahan BI rate berpengaruh secara berlawanan terhadap harga saham. Artinya kalau BI rate meningkat, maka harga saham akan turun dan sebaliknya jika BI rate turun, maka harga saham akan naik . 23

4. Nilai Tukar Kurs dengan Harga Saham

Pengaruh variabel makro tidak selalu sama terhadap harga saham. Misalnya, kenaikan kurs US terhadap mata uang negara lain berdampak positif terhadap harga saham emiten yang berusaha di bidang ekspor, tetapi berdampak negatif terhadap harga saham emiten yang memiliki utang valuta asing. Emiten yang bergerak dalam bidang impor atau yang bahan baku untuk produksinya masih didatangkan dari luar negeri, akan terkena dampak negatif dari kenaikan kurs US. Para investor yang menggunakan analisis fundamental dalam proses pengembalian keputusan 23 Sarwo Edy Handoyo dan Herlin Tundjung Setijaningsih, “Pengaruh Harga Emas, Kurs, BI Rate dan Volume Perdagangan Terhadap Harga Saham ANTM”, Jurnal Ekonomi Vol.18, No.02 Juli 2013, h.167. jual-beli saham harus memperhatikan variabel-variabel yang diduga mempunyai pengaruh kuat terhadap harga saham. 24

5. Jumlah Uang Beredar dengan Harga Saham

Jika jumlah uang beredar meningkat, maka harga saham naik. Hal ini dikarenakan masyarakat mendapatkan dirinya mempunyai lebih dari yang diinginkan dan menggunakannya untuk konsumsi. Satu tempat untuk mengkonsumsikan uang tersebut adalah pasar modal, yang meningkatkan permintaan atas saham. 25 Ketika para investor menyimpan uang mereka dalam bentuk investasi saham, maka harga saham perusahaan akan mengalami peningkatan yang berdampak pada meningkatnya indeks harga saham. Namun, jika meningkatnya jumlah uang beredar diikuti dengan kenaikan tingktat suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia guna menekan peredaran jumlah uang beredar di masyarakat, hal ini akan mendorong investor untuk memindahkan investasinya pada instrumen yang dapat memberikan keuntungan yang lebih besar yaitu investasi pada perbankan dalam bentuk deposito. 24 Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, h.335. 25 Frederic S. Mishkin, Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan, Jakarta:Penerbit Salemba Empat, 2009, h. 321.

Dokumen yang terkait

Analisis integrasi indeks harga saham syariah pada pasar modal syariah Indonesia, Malaysia, Cina dan Jepang: Periode pengamatan Mei 2011-Desember 2014

1 18 100

Analisis Integrasi Indeks Harga Saham Syariah Pada Pasar Modal Syariah Indonesia,Malaysia,Cina dan Jepang (Periode Pengamatan Mei 2011-Desember 2014)

2 21 100

Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan Periode 2003-2012.

0 3 52

Pengaruh Variabel Ekonomi Makro dan IHSG Terhadap Return Pasar ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia): Studi Kasus: Bursa Efek Indonesia (BEI)Periode Juni 2011 – Mei 2015

1 11 127

Analisis Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Sertifikat Bank Indonesia Syariah dan Harga Minyak Dunia terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Periode Mei 2011 – Mei 2016)

3 18 121

ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO TERHADAP PERMINTAAN REKSA DANA SAHAM DI INDONESIA PERIODE 2001 - 2011

0 3 18

ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR KEUANGAN.

0 0 11

Pengaruh variabel makro ekonomi terhadap return saham perusahaan yang tercatat di Jakarta Islamic index periode 2011-2015.

1 1 116

Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (Periode Mei 2011-September 2015 Dengan Model ECM)

0 0 15

ANALISIS INTEGRASI INDEKS HARGA SAHAM SYARIAH PADA PASAR MODAL SYARIAH INDONESIA, MALAYSIA, CHINA, DAN JEPANG (Periode Mei 2011 – Desember 2016) - Raden Intan Repository

0 0 162