Asap Cair Tempurung Kelapa

sel. Senyawa fenol dapat bereaksi dengan enzim dehidrogenase sehingga aktivitas enzim tersebut menjadi hilang; 4 Menginaktivasi fungsi material genetik. Senyawa antibakteri dapat mengganggu kerja dari RNA dan DNA polimerase sehingga pembentukan asam nukleat dan transfer informasi genetik menjadi terganggu. Aktivitas antimikroba asap cair terutama disebabkan oleh adanya senyawa kimia yang terkandung dalam asap seperti fenol, formaldehid, asam asetat, dan kreosat. Semua senyawa tersebut menghambat pembentukan spora dan pertumbuhan beberapa jenis jamur dan bakteri. Proses pemurnian asap cair dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan fraksi tar yang mengandung hidrokarbon aromatik. Benzo[a]pirene merupakan salah satu Policyclic Aromatic Hydrocarbon PAH yang bersifat karsinogenik, memiliki titik cair 179 C dan titik didih 312 C Jaya, et al., 1997. Asap cair komersial dapat menghambat pertumbuhan Vibrio vulnivicus, Yersinia enterolitica, dan Lactococcus lactis dengan MIC masing- masing 0,2, 0,6, dan 0,8 secara berturut-turut Sunen, 1998. Munoz et al. 1998 melaporkan bahwa asap cair komersial pada konsentrasi 8 dapat menghambat pertumbuhan E.coli O157:H7 yang diinokulasikan pada daging. Milly et al. 2005 melaporkan bahwa konsentrasi 0,75 asap cair komersil merupakan MIC untuk Lactobacillus plantarum. Sunen 1998 menunjukkan bahwa asap cair komersial memiliki efektivitas yang berbeda-beda dengan penghambatan terhadap mikroorganisme yang berbeda pula, tergantung dari komponen antimikroba yang dikandungnya. Rentang kisaran nilai MIC asap cair komersial mulai dari 0,4 sampai lebih dari 8 untuk menghambat satu jenis mikroorganisme yang sama. Catte et al. 1999 menunjukkan juga bahwa penggunaan asap cair komersial pada konsentrasi 0,33 ml – 4,33mll tidak mampu menghambat petumbuhan Lactobacillus plantarum ATCC 12315.

2.11. Asap Cair Tempurung Kelapa

Asap diperoleh melalui pembakaran kayu keras dan kayu lunak yang banyak mengandung lignin, selulosa, dan hemiselulosa Maga, 1988. 25 Tempurung kelapa dikategorikan oleh Grimwood 1975 sebagai kayu keras tetapi mempunyai kadar lignin yang lebih tinggi dan kadar selulosa lebih rendah. Zuraida 2008 membuktikan bahwa pada asap cair tempurung kelapa tidak mengandung benzo[a]pirene. Keamanan asap cair tempurung kelapa juga telah diteliti Zuraida 2008 dimana asap cair dari tempurung kelapa dinyatakan aman untuk dikonsumsi karena berdasarkan uji toksisitas menunjukkan bahwa nilai LD 50 konsentrasi tunggal bahan sebagai ransum yang menyebabkan 50 populasi hewan percobaan mati lebih besar dari 15.000 mgkg berat badan mencit. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2001, suatu dengan nilai LD 50 lebih besar dari 15.000 mgkg berat badan hewan uji, maka zat senyawa bahan kimia dikategorikan sebagai bahan yang tidak toksik dan aman untuk digunakan dalam pangan. Zuraida 2008 melaporkan beberapa komponen yang terdapat dalam asap cair tempurung kelapa yang disajikan pada Tabel 8. Hasil identifikasi asap cair tempurung kelapa dengan GC-MS menunjukkan bahwa senyawa fenolik merupakan komponen utama. Guillen dan Ibargoitia 1998 menyatakan bahwa fenolik juga merupakan senyawa yang menjadi flavor dari asap cair. Senyawa guaiacol merupakan flavor rasa asap sedangkan syringol merupakan flavor aroma asap. Komponen yang bersifat sebagai zat antimikroba dari asap cair tempurung kelapa adalah fenol dan turunannya Munoz et al. 1998; dan Soldera et al. 2008. Selain itu, fenol juga memberikan efek antioksidan kepada makanan yang diawetkan. Yulistiani et al. 1997 melaporkan kandungan fenol dalam destilat asap tempurung kelapa sebesar 1,28. Tranggono 1996 menyatakan bahwa kandungan fenol pada asap cair dari berbagai jenis kayu dan tempurung kelapa berkisar antara 2,0 – 5,13 . Karseno et al. 2002 menjelaskan bahwa fenol dan turunannya dapat bersifat bakteriostatik maupun bakterisidal karena mampu menginaktifkan enzim-enzim esensial, serta mengkoagulasikan SH grup dan NH grup pada protein. Davidson et al. 2005 menjelaskan bahwa mekanisme aktivitas antimikrobial fenol dan turunannya meliputi reaksi dengan membran sel yang 26 menyebabkan peningkatan permeabilitas membran sel yang berakibat pada keluarnya materi intraseluler, inaktivasi enzim, dan perusakan atau inaktivasi material genetik. Tabel 8. Komponen-Komponen yang Teridentifikasi dari Fraksi Terlarut Asap Cair tempurung Kelapa dalam Dichloromethane Golongan Nama Komponen Keton 2-methyl-2cyclopentenone 3- methyl-2cyclopentenone 2-Hydroxy-1-methylcyclopenten-3-one 2,3-dimethylcyclopenten-3-one 2-Ethylcycloheptanone Furan dan Turunan Pyran 2-Acetylfuran 3 methyl furfural Karbonil dan Asam 1-Cyclohexene-1-carboxaldehidyde 2,3-dihydroxy-benzoic acid 3-methoxybenzoic acid methyl ester 4-Hydroxy-benzioc acid methyl ester Fenol dan turunannya Phenol 2-Methylphenol 3-Methylphenol 2,6-dimethylphenol 2,4-Dimethylphenol 3-Ethylphenol Guaiakol dan Turunannya 2-Methoxyguaiacol 3- Methylguaiacol p- Methylguaiacol 2-Methoxy-4-Methylphenol 4-Ethyl-2-Methoxyphenol Eugenol Acetovanilline Methyl vanilate Siringol dan Turunannya 2,6-Dimethoxyphenol 3,4- Dimethoxyphenol 4-2-Propenyl-2,6-Dimethoxyphenol Syringylaldehide Acetosyringone 3,5-Dimethoxy-4-hydroxyphenylacetic acid Alkil Aril eter 1,2-Dimethoxybenzene 2,3-Dimethoxytoluene 1,2,3-Trimethoxybenzene 1,2,4- Trimethoxybenzene 5-Methyl-1,2,3-trimethoxybenze Sumber : Zuraida 2008 Asam-asam organik lemah yang terdapat dalam asap cair tempurung kelapa seperti 2,3-dihydroxy-benzoic acid, 3-methoxybenzoic acid methyl ester , dan 4-hydroxy-benzoic acid methyl ester memiliki sifat antimikroba karena kemampuannya untuk membentuk ion H + bebas. Senyawa asam dalam 27 bentuk tidak terdisosiasi lebih cepat berpenetrasi ke dalam membran sel mikroorganisme. Senyawa asam dapat menurunkan pH sitoplasma, mempengaruhi struktur dan fluiditas membran, serta mengkelat ion-ion dalam dinding sel bakteri. Penurunan pH sitoplasma akan mempengaruhi protein struktural sel, enzim-enzim, asam nukleat, dan fosfolipid membran Davidson et al . 2005. Penggunaan asap cair kasar tempurung kelapa hasil pengendapan dalam produk pangan dilakukan oleh Zuraida 2008 pada produk bakso ikan serta Syabana dan Rusbana 2008 pada produk sate bandeng. Metode pencampuran asap cair kasar pada adonan produk pangan yang akan diawetkan menyebabkan warna, aroma dan rasa produk akhir terpengaruh. Pada konsentrasi diatas 2,5 aroma asap pada produk sate bandeng terasa sangat menyengat sehingga tidak disukai oleh panelis Syabana dan Rusbana, 2008.

2.12. Redestilasi Asap Cair