Manfaat penelitian Gula Merah

nira, dan 3 Menentukan konsentrasi asap cair untuk aplikasi dalam penyadapan nira yang mampu mempertahankan kesegaran nira pH = 6 – 7 selama penyadapan 12 jam.

1.4. Manfaat penelitian

Kajian ini dapat menjadi salah satu alternatif solusi dalam pengawetan nira dan menjadi informasi ilmiah mengenai penggunaan asap cair sebagai pengawet untuk komoditi pangan lainnya. 4 II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gula Merah

Gula merah atau gula palma merupakan produk olahan yang diperoleh dari pengolahan nira segar tumbuhan palma. Agroindustri usaha gula merah umumnya terdapat di pedesaan pada skala rumah tangga dengan tingkat permodalan yang kecil tetapi berkontribusi besar dalam memberikan tambahan pendapatan bagi rumah tangga pengrajin. Gula merah diproduksi dalam skala rumah tangga dengan jumlah unit produksi sebanyak 147.362 unit Sulaeman, 2002. Populasi industri gula merah di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Populai Industri Gula Merah di Indonesia Tahun 2001 Daerah Penghasil Jumlah Unit Industri Jenis Gula Sumatera Utara 454 Aren Bengkulu 919 Aren Jawa Barat dan Banten 11.809 Aren, Kelapa Jawa Tengah 107.374 Aren, Kelapa, Tebu Kalimantan Selatan 4.664 Aren, Kelapa Bali 6.994 Aren Nusa Tenggara Barat 404 Aren, Kelapa, Lontar Sulawei Selatan 2.901 Aren, Kelapa, Lontar Sulawesi Utara 1.792 Aren, Kelapa Daerah lainnya 10.071 Aren, Kelapa, Lontar Total 147.362 Sumber : Sulaeman 2002 Hasil penelusuran mengenai perkembangan industri gula merah dari media massa menunjukkan bahwa pengembangan industri gula aren mulai dilakukan lagi pada tahun 2006 terutama di Sulawesi Utara, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Pulau Muna di Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur Tempointeraktif, 2006. Pada tanggal 14 Januari 2007 dilakukan ekspor perdana gula aren sebanyak 12,5 ton dari Tomohon, Sulawesi Utara, ke Rotterdam, Belanda Humas Kementerian Korbidkesra, 2007. Hal ini menunjukkan bahwa gula merah memiliki pasar yang luas, tidak hanya dalam negeri tetapi juga luar negeri ekspor. Gula merah memiliki perbedaan sifat fungsional dengan gula putih tebu terutama pada rasa manis, warna, aroma, dan keempukan. Karena kekhasan yang dimilikinya, gula merah banyak digunakan sebagai ingredient bahan tambahan pangan dalam berbagai jenis makanan dan minuman tradisional. Gula merah dibedakan berdasarkan asal niranya. Gula kelapa, gula aren, dan gula nipah masing-masing secara berturut-turut berasal dari nira kelapa, nira aren, dan nira nipah. Soekarto et al. 1991 menjelaskan bahwa penggunaan gula merah di industri pangan kecap, dodol, dan tauco lebih banyak menggunakan gula kelapa dan gula aren. Penelitian sensoris yang dilakukan oleh Apriyantono dan Wiratma 1997 memberi kesimpulan bahwa penggunaan gula merah gula kelapa dan gula aren sebagai ingredient pada kecap manis lebih disukai dari pada gula putih. Hal ini disebabkan karena gula merah memiliki kandungan flavor khas dengan komposisi tertentu asam-asam organik yang dapat memberikan rasa disukai secara sensori. Tabel 2 Komposisi Asam Organik yang terdapat pada Kecap mg100g Jenis Asam Organik Kecap Aren Kecap Kelapa Kecap Tebu Asam Oksalat - 0,4 1,1 Asam Sitrat 7,3 3,5 - Asam Tartarat 2,2 4,2 - Asam Laktat 35,5 53,7 - Asam Format 8,6 13,1 21,1 Asam Fumarat 1,6 1,0 2,7 Asam Malat 54,8 71,2 35,6 Asam Suksinat 54,5 49,8 918,4 Asam Asetat 14,6 23,1 2,5 Total 179,0 219,9 981,4 Sumber : Apriyantono dan Wiratma 1997 Penggunaan gula merah sebagai ingredient pada pengolahan pangan tradisonal lainnya, juga tidak dapat digantikan oleh gula putih. Hal ini 6 diperkuat oleh hasil penelitian Nurhayati 1996 yang menyimpulkan bahwa hampir semua komponen volatil yang terdeteksi pada gula merah juga terdeteksi pada kecap manis yang ingredientnya adalah gula merah Tabel 3. Tabel 3. Jenis dan Persentase Area Komponen Volatile Kecap Manis dan Gula Merah Komponen Volatil Kecap Kelapa Gula Kelapa Kecap Aren Gula Aren Kecap Tebu Gula tebu Σ Σ Σ Σ Σ Σ Aldehid 5,43 4 0,74 3 3,40 3 - - 7,08 1 1,35 2 Keton 3,27 9 12,62 13 2,56 10 3,31 12 2,91 12 2,74 11 Alkohol 4,22 5 4,28 6 2,90 5 2,0 3 3,20 7 3,27 2 Asam 40,07 12 63,88 8 49,89 13 45,31 14 36,66 13 15,0 12 Furan 21,49 12 5,12 5 13,92 6 7,81 5 21,29 12 31,83 9 Pirazin 4,77 11 5,93 11 8,87 12 24,95 16 3,63 6 28,83 12 Pirol 1,11 4 0,48 3 1,40 3 1,36 3 0,68 2 1,25 3 Tiazol 0,19 1 0,21 2 - - - - - - - -- Tur. Benzene 10,07 7 0,66 4 11,01 7 4,69 6 13,71 8 1,39 6 Ester 3,88 9 1,47 7 3,13 7 - - 1,86 5 4,30 6 Hidrokarbon 0,10 3 0,69 3 0,20 2 0,06 1 0,33 4 0,68 3 Piridin 0,34 3 - - 0,28 1 0,46 3 - - 0,20 2 Piran 0,07 2 0,04 1 0,12 1 - - 0,08 1 0,47 3 Fenol 0,25 2 0,36 1 1,56 5 3,39 9 2,48 6 2,52 6 Unknown 4,47 22 3,62 22 10,85 27 4,66 24 6,09 32 7,13 31 Total 100,00 106 100,00 89 100,00 102 100,00 104 100,00 109 100,00 108 Sumber : Nurhayati 1996 Keunggulan lain yang dimiliki gula merah ditunjukkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Philippine Food and Nutrition Research Institute PFNRI 2009 mengenai indeks glisemik gula merah. Indeks glisemik IG merupakan angka yang menunjukkan tingkatan pangan berdasarkan besarnya efek immediate effect pengaruh konsumsi suatu jenis makanan terhadap kadar gula darah. Dengan mengetahui nilai IG suatu makanan, penderita diabetes khususnya dapat melakukan pemilihan makanan sendiri sehingga kadar gula darah dapat dikontrol. Makanan dengan nilai IG tinggi mengindikasikan bahwa kandungan karbohidrat yang berada 7 didalamnya dapat dengan cepat diubah menjadi gula sederhana glukosa yang menyebabkan kenaikan gula darah secara cepat. Kategori bahan pangan berdasarkan nilai IG dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Kategori Pangan Berdasarkan Indeks Glisemik Kategori Pangan Rentang Indeks Glisemik IG Rendah 55 IG Sedang intermediate 56 – 69 IG Tinggi 70 Pangan acuan yang digunakan adalah glukosa Sumber : Miller et al. 1996 Miller 1996 diacu dalam Rimbawan dan Siagian 2004 menjelaskan bahwa gula pasir sukrosa memiliki IG sedang yaitu 65. Fruktosa murni memiliki IG sebesar 23 rendah karena untuk menjadi gula darah harus diubah dahulu dalam hati menjadi glukosa sehingga respon kenaikan gula darah pasca konsumsi fruktosa terjadi lebih lambat. Bahan pangan yang mengandung sukrosa tinggi ternyata memiliki IG mendekati nilai 60, lebih rendah dari IG sukrosa sendiri. Begitupun dengan madu yang terdiri dari beragam jenis gula, memiliki IG 58. Namun beberapa jenis madu yang telah dicampur sirup glukosa memiliki IG sangat tinggi yaitu 87. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh komposisi gula yang secara alami terdapat didalam pangan seperti laktosa, sukrosa, glukosa, dan fruktosa dalam berbagai proporsi terhadap respon gula darah sangat sulit diprediksi. Hasil penelitian PNFRI 2009 menunjukkan bahwa gula merah dari nira kelapa gula kelapa memiliki indeks glisemik IG sebesar 35 sehingga gula merah ini digolongkan sebagai bahan pangan dengan IG rendah. Makanan dengan IG rendah dinilai lebih aman untuk dikonsumsi karena tidak menyebabkan kadar gula darah meningkat tajam setelah dikonsumsi terutama bagi para penderita diabetes. Gula merah yang berkualitas diperoleh dari nira yang masih terjaga kesegarannya. Kualitas gula merah menurut Standar Nasional Indonesia memiliki syarat mutu seperti yang tercantum pada Tabel 5. 8 Tabel 5 Syarat Mutu Gula Palma berdasarkan SNI 01-3743-1995 Persyaratan No Kriteria Uji Satuan Cetak GranulaButiran 1 Keadaan 1.1 Bentuk Normal Normal 1.2 Rasa dan Aroma Normal, Khas Normal, Khas 1.3 Warna Kuning Kecoklatan sampai Coklat Kuning Kecoklatan sampai Coklat 2 Bagian yang tak larut air bb Maks. 1,0 Maks. 0,2 3 Air bb Maks. 10,0 Maks. 3,0 4 Abu bb Maks. 2,0 Maks 2,0 5 Gula Pereduksi bb Maks. 10,0 Min. 6,0 6 Jumlah gula sebagai sakarosa bb Maks. 77 Min. 90 7 Cemaran Logam 7.1 Seng Zn mgkg Maks. 40,0 Maks. 40,0 7.2 Timbal Pb mgkg Maks. 2,0 Maks. 2,0 7.3 Tembaga Cu mgkg Maks. 10,0 Maks. 10,0 7.4 Raksa Hg mgkg Maks. 0,03 Maks. 0,03 7.5 Timah Sn mgkg Maks. 40,0 Maks. 40,0 8 Arsen As mgkg Maks. 1,0 Maks. 1,0 Sumber : Dewan Standardisasi Nasional 1995

2.2. Nira