Aspek supply-demand dan pasar gula tebu di Indonesia
Setelah itu penelitian ini menggunakan software Analytical Network Process berbasis Benefit Opportunity Cost Risk BOCR terbitan Superdecisions. Software ANP
dipergunakan untuk menangkap semua fenomena yang mempengaruhi tiga alternatif kebijakan utama: Kebijakan Fiskal berupa Penetepatan Tarif Bea Masuk, Dikungan
Kebijakan Moneter, dan Kebijakan Pengembangan Produk Alternatif. Dalam pengolahan ANP telah diperhitungkan faktor-faktor ekonomi, sosial, politik,
lingkungan hidup, perdagangan internasional, perkembangan pasar tenaga kerja, perkembanan teknologi, dan kriteria operasional tingkat pabrik.
Sebagai penyempurna alat bantu pengambilan keputusan, penelitian ini disempurnakan dengan model probabilitas untuk mengetahui sejauh mana keyakinan akan tercapainya
atau gagalnya suatu tujuan. Penelitian ini menggunakan software Bayesian Belief Network yang diterbitkan oleh Netica dan secara khusus diaplikasikan sebagai Jejaring
Keyakinan Bayesian pada ide utama hasil pemeringkatan ISM, yaitu Peningkatan Produktifitas Tebu.
3. Model sistem dinamis beserta pemrograman pendukung yang dilakukan dengan alat bantu software telah diverifikasi dan divalidasi dengan cara secara cermat dilakukan
pemeriksaan secara terus menerus untuk meyakinkan semua persamaan algoritma telah dilakukan dengan benar, semua persamaan telah sesuai dengan kaedah teori, semua
hubungan keterkaitan telah memenuhi logika yang umum dan tidak bertentangan dengan praktek dilapangan setelah diperiksa silang dengan nara sumber serta pakar
gula. Proses validasi dilakukan dengan melakukan uji coba olah data dengan berbagai input data yang berbeda dan dilakukan secara terus menerus hingga tidak ditemukan
kejanggalan. Dalam prakteknya, ke-empat software yang digunakan memiliki fungsi peringatan dini bila terjadi penyimpangan sehingga proses validasi pada dasarnya
dilakukan secara mandiri dan otomatis pada masing-masing software. 4. Hasil simulasi model sistem dinamis menunjukan target pada tahun 2014 yang telah
dicanangkan sebagai tahun swa sembada gula, sebagai berikut: diprakirakan terjadi kenaikan luas lahan tanam mencapai 8, naik dari 286,580 ha pada tahun 2010
menjadi 308,789 ha pada tahun 2014. Hasil panen tebu per hektar naik sebesar 16 sejalan dengan program kerja yang berupaya meningkatkan produktifitas dari tahun
2010 total sebesar 22,864,500 menjadi 26,506,222 pada tahun 2014. Kapasitas giling meningkat 28 hingga mencapai 163,004 ton cane per day pada tahun 2014.
Rendemen rata-rata meningkat dari 6.33 pada tahun 2010 menjadi 7.7 pada tahun 2014 sehingga meningkatkan produktifitas gula kristal putih 53 dari 1,356,076 ton pada
tahun 2014 menjadi 2,075,084 ton pada tahun 2014. 5. Hasil simulasi ANP secara total menunjukan bahwa model sistem dinamis bagi
pengembangan agroindustri gula tebu akan meraih titik optimasi bila Pemerintah dan para pemangku kebijakan memutuskan untuk mengambil kebijakanPengembangan
Produk Alternatif sebagai kebijakan utama peringkat ke-1 total nilai 0.5984. Nomor dua adalah apabila pihak pemangku penentu kebijakan menentukan kebijakan berupa
Dukungan Kebijakan Moneter peringkat ke-2 total nilai 0.4939, dan terkahir apabila pemangku penentu kebijakan mengambil keputusan Penerapan Tarif Bea Masuk
sebagai kebijakan terakhir peringkat ke-3 total nilai 0.3295. Hasil penelitan ini menggambarkan bahwa pelaku usaha agroindustri gula tebu
mendambakan pengembangan produk alternatif sebagai upaya meningkatkan kinerja agroindustri gula tebu di masa depan dan sebagai upaya meningkatkan daya saing baik
di tingkat domestik maupun internasional. Para pelaku usaha mampu bersaing dengan pelaku usaha internasional. Hal ini
terungkap dari hasil olah ANP yang meletakan kebijakan protektif pengetatan Tarif Bea Masuk menjadi kebijakan terakhir, asalkan pihak pemerintah memberikan
Dukungan Kebijakan Moneter seperti tersedianya pendanaan dengan tingkat bunga wajar dan murah, tingkat perbedaan nilai tukar yang stabil dan relatif kompetitif, dan
tingkat inflasi yang terkendali. 6. Dari hasil laporan analisis parsial pada elemen Benefit atau Strenght, menunjukan
bahwa pengembangan kinerja agroindustri gula tebu dapat tercapai secara optimal apabila pemangku penentu kebijakan memutuskan kebijakan Pengembangan Produk
Alternatif sebagai kebijakan utama nilai 0.9760, diikuti kebijakan Penerapan Tarif Bea Masuk nilai 0.6852 dan terakhir keputusan kebijakan Dukungan Kebijakan
Moneter nilai 0.3952. Hasil ini adalah rasional mengingat faktor benefit atau strenght yang selama ini dinikmati oleh para pemangku kepentingan dalam sistem ini
mendambakan strategi agresif untuk berkembang dan strategi bertahan untuk melindungi keunggulan yang ada.
7. Dari hasil laporan analisis parsial pada elemen Cost atau Weakness, menunjukan bahwa pengembangan kinerja agroindustri gula tebu akan mencapai titik optimal bila