4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Kerangka Pemikiran
Realisasi strategi pengembangan dan kebijakan agroindustri gula tebu yang telah dirumuskan sebelumnya belum menunjukan efektifitas sesuai yang diharapkan.
Pada titik bahasan inilah penelitian ini memandang perlu menggunakan metoda sistem dinamis sebagai alat dasar yang diharapkan mampu mengupas bahwa penerapan
strategi generik belum tentu menghasilkan efek yang sama pada waktu dan kesempatan yang berbeda.
Metodologi sistem dinamis yang dipadu dengan Intrepretive Structural Modelling ISM, Analytical Network Process ANP dan Bayesian Biliefe Network
BBN diharapkan dapat mengeliminir kesan kurangnya penekanan prioritas sebagai langkah tanggap atas kebutuhan kebijakan yang tepat bagi para pemangku
kepentingan yang kompleks. Hal ini minimal dapat merespon kondisi seperti tercermin dari kurang terstrukturnya langkah kebijakan sesuai skala prioritas yang
terjadi pada kebijakan terkait hal-hal berikut: a. inovasi baru teknik budidaya dan pabrik gula,
b. peningkatan permintaan gula oleh industri makanan dan minuman, c. penghapusan pengendalian tataniaga oleh Bulog
d. pemberian fasilitas pendanaan kredit usaha tani tebu e. program relokasi PG dari Jawa ke luar Jawa Rehabilitasi PG
f. kebijakan tarif g. penguatan fungsi organisasi kelembagaan yang sesuai dan wajar
Berdasarkan gambaran kompleksitas antar subyek yang berlangsung secara terus menerus, dan kondisi usaha serta tata niaga yang amat kompleks di atas, maka
diharapkan pendekatan pemodelan dengan menggunakan metoda sistem dinamis yang yang dipadu dengan teknik ISM, ANP, BBNJKB dapat membantu untuk menentukan
strategi pengembangan agroindustri gula tebu yang ditopang oleh kebijakan secara lebih tepat guna dan efektif dalam pelaksanaanya.
4.2 Tahapan Penelitian
Pemodelan sistem dinamis ini akan dilakukan melalui 4 empat tahapan utama yaitu: tahapan persiapan, perancangan model, pembangunan model, dan
rancangan implementasi. Secara skematis rangkaian tahapan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Tahapan penelitian rancang bangun model dinamispengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu
Tahap persiapan meliputi kegiatan studi pustaka, pengembangan ide, persiapan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer yang dilakukan melalui
pertemuan Focused Group Discussion dengan para pemangku kepentingan. Langkah selanjutnya berupa pengumpulan data dari petani, kebutuhan konsumen rumah tangga
dan industri, pengumpulan data kajian kebijakan pemerintah, dan pengumpulan data dari kepustakaan serta pendapat pakar.
Tahap berikutnya adalah persiapan perancangan model. Pada tahap ini akan dilakukan tahapan pendekatan sistem, dimulai dari analisa kebutuhan sampai dengan
analisa stabilitas. Selanjutnya sesuai lingkup penelitian, maka akan dihasilkan elemen model berupa sub-sistem perkebunan petani, sub-sistem produksi gula tebu,
subsistem distribusi, dan subsistem kebijakan. Mengingat tidak semua elemen dapat dianalisis dengan baik oleh alat bantu
software sistem dinamis Stella, maka penelitian ini akan menggunakan alat bantu analisis software ISM, ANP dan BBN JKB. Penggunaan alat bantu dan penerapanya
dapat dilihat pada Gambar 7.
Basis Pengetahuan Dasar Agroindustri Gula Tebu
Realitas di lapangan
Penilian Kondisi Bagaimana Kondisinya?
Bagaimana keterkaitanya?
Analisis Kesenjangan Kenyataan v.s. Harapan?
Kebutuhan saat ini yad Kebutuhan Investasi
Operasional Pendanaan
Penentuan Prioritas Opsi‐opsi strategi
Ukuran Kinerja
Pengambilan Keputusan Kebijakan prioritas
Strategi prioritas
Langkah 1 Langkah 2
Langkah 3 Langkah 4
Langkah 5
Basis Data Pangetahuan Dimodelkan secara System Dynamic
menggunakan Software Stella Model Perhitungan
simulasi matematis Software Stella
ISM ANP
BBN
Langkah 1 – 3 Berorientasi pada data Langkah 4 – 5 Metodologi Isu Kebijakan
Langkah 5 – 6 Pengambilan Keputusan
Langkah 6
Gambar 7 Tahapan penggunaan alat bantu software Tahapan pendekatan sistem yang berkenaan dengan rancang bangun model
dinamis dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pemodelan utama sistem dinamis menggunakan software Stella
2. Pemodelan pembangunan visi, misi, dan rencana aksi menggunakan softeware ISM Concept Star
3. Pemodelan pemeringkatan kebijakan menggunakan software ANP Super Decisions.
4. Pemodelan jejaring keyakinan Bayesian untuk menggambarkan probabilitas tercapainya langkah awal yang utama dalam rangka pengembangan
agroindustri gula tebu, menggunakan software BBN Netica.
4.2.1 Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dalam penelitian ini membahas pokok-pokok kepentingan dan kebutuhan para pihak pemangku kepentingan dalam agroindustri gula tebu.
Dengan menganalisis secara cermat mengenai kepentingan dan kebutuhan masing- masing pihak, diharapkan dapat menghasilkan gambaran yang lebih jelas mengenai
kemungkinan munculnya potensi sinergis dan antagonis. Di samping itu dalam analisis kebutuhan akan terungkap para pelaku utama
dalam agroindustri gula tebu. Kajian para pelaku dalam suatu sistem kegiatan usaha merupakan bagian dari ilmu ekonomi kelembagaan. Dalam ekonomi kelembagaan,
kajian yang diarahkan untuk mengungkapkan perbedaan kepentingan yang muncul dalam pengambilan keputusan yang berorientasi pasar dan non-pasar, serta terjadinya
biaya transaksi trancsaction cost dari kegiatan antar pelaku yang berulang-ulang, hal inilah merupakan unsur pembentuk harga Williamson, 1981
Pendapat Oliver E. Williamson, pemenang Nobel Ekonomi 2009, tepat diterapkan pada pengembangan agroindustri gula tebu terutama sesuai teorinya yang
menyangkut ekonomi kelembagaan mengenai semakin sulitnya dan tidak menentunya biaya informasi yang pada penghujungnya sangat menentukan biaya atau harga
produk gula. Lebih lanjut dalam analisis ekonomi kelembagaan berkenaan dengan para
pelaku yang saling terkait dalam agroindustri gula tebu, telah mengakibatkan munculnya ketidak tentuan dan peluang aportunisme dalam setiap transaksi atau
rangkaian transaksi. Hal inilah yang mengakibatkan gejala spekulasi yang dapat muncul pada tiap tahapan kegiatan agroindustri gula pada khususnya. Dengan
pemahaman perilaku yang diturunkan dari teori ekonomi kelembagaan ini, maka diharapkan para pemangku kepentingan dapat menghindari setiap upaya dari luar
sistem yang akan merugikan sistem.
Tabel 9 Analisis kebutuhan sistem, pelaku ekonomi kelembagaan dan potensi konflik antar pelaku.
No Pelaku
Kebutuhan Potensi Konflik
1 Petani
• Harga Tebu stabil layak
• Penentuan Rendemen yang
transparant •
Peningkatan Pendapatan •
Peningkatan Kesejahteraan •
Kemudahan Info pasar •
Harga tidak sesuai •
Ketidak jelasan kriteria inspeksi rendemen
2 Dinas
Pertanian •
Peningkatan Produksi Tebu •
Kesinambungan suplai tebu ke P.G.
• Peningkatan Kualitas Tebu
• Tercapai target produksi
• Ketidaksesuaian pencapaian
produksi tebu karena alternatif komoditas lain
mis. Padi
3 Dinas
Perdagangan •
Peningkatan kualitas gula lokal
• Penurungan Impor gula
• Stabilitas harga gula nasional
• Disparitas harga domestik
dan internasional
4 Lembaga
Pendana Keuangan
• Tingkat suku bunga layak
• Pengembalian Kredit lancar
dan tepat waktu •
Terjaminya modal yang diinvestasikan
• Persaingan dengan sumber
pendana informal
5 Pemerintah
Daerah •
Penciptaan lapangan pekerjaan
• Peningkatan investasi daerah
• Peningkatan infrastruktur
• Kebocoran pasokan bahan
baku tebu ke wilayah lain
6 Pemerintah
Pusat •
Pertumbuhan ekonomi nasional
• Pengembangan agroindustri
gula tebu •
Pertumbuhan Kesejahteraan •
Ketidakseimbangan portofolio pengembangan
komoditas lain.
7 Industri
Pabrikan Gula •
Peningkatan keuntungan •
Penurunan Biaya Produksi •
Kontinuitas suplai bhn baku •
Peningkatan Produktifitas •
Ketersediaan Sumber Dana •
Kelayakan Usaha bagi pengembangan pabrik baru
• Harga tidak stabil
• Kelemahan kelembagaan
pendukung
8 Importir legal
• Peningkatan keuntungan
• Kemudahan prosedur impor
• Harga gula memberikan
keuntungan •
Valas condong stabil •
Persaingan dengan Importir ilegal penyelundupan
• Nilai tukar valas fluktuatif.
9 Bea Cukai,
Fiskal •
Tercapai Target Pemasukan •
Penurunan Penyelundupan, impor ilegal
• Impor ilegal tak terkendali
4.2.2 Formulasi Permasalahan
Kompleksitaspermasalahan agroindustri gula tebutebudi Indonesia dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Keterbatasan informasi, pengetahuan, permodalan petani tebu dalam melaksanakan bongkar ratoon dan rawat ratoon
2. Kurangnya penciptaan bibit unggul yang sesuai dengan perubahan lingkungan lahan tanam.
3. Kurangnya fasilitas irigasi terutama pada lahan kering 4. Mulai langkanya ketersediaan tenaga kerja
5. Kualitas gula rendah, ICUMSA masih lebih besar dari 150 IU 6. Belum berkembangnya diversifikasi produk
7. Penetapan Bea Masuk Impor gula tebu perlu ditinjau masih rendah 8. Ketersediaan pendanaan sering terhambat.
9. Penatalaksanaan industri gula masih kurang baik 10. Produktifitas dan efisiensi pabrik gula rendah
11. Lahan perkebunan menyempit dan penyediaan lahan baru masih kurang Penelitian ini telah mengupayakan agar dapat mengakomodir semua keinginan para
pihak pemangku kepentingan yang pada saat itu dipertemukan dalam forum pertemuan bersama.
4.2.3 Identifikasi Sistem
Mata rantai hubungan yang dapat diidentifikasi dari pemodelan sistem dinamis agroindustri gula tebu dapat digambarkan di bawah ini. Identifikasi sistem
menggambarkan hubungan kebutuhan dan hal-hal yang harus dipecahkan atau dipenuhi untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Berdasarkan gambaran saling
berhubungan tersebut, lalu diinterpretasikan ke dalam black box pemodelan sistem
dinamis strategi pengembangan dan kebijakan agroindustri gula tebu.
4.2.4 Diagram konsepsual agroindustri gula tebu
Petani Tebu adalah pihak yang berada pada posisi paling awal dari matarantai agroindustri gula tebu yang panjang. Petani tebu memegang peran yang penting
meski dalam banyak hal mereka lebih sering dimarginalkan. Oleh karena itu penekanan pada ketelitian penentuan kebutuhan pihak petani dalam sistem
agroindustri gula tebu menjadi penting karena pihak petani merupakan basis awal dari agroindustri gula tebu.
Pabrik gula merupakan mata rantai selanjutnya setelah produksi tebu oleh petani. Permasalahan yang dihadapi oleh PG tidak kalah komplekssnya dari pada
permasalahan yang ada di sektor perkebunan. PG di Indonesia relatif sudah berusia sangat tua dan oleh karenanya revitalisasi fasilitas pabrik secara parsial cenderung
tidak dapat mengejar pencapaian efisiensi produktifitas yang diinginkan. Kondisi ini berpotensi melemahkan pencapaian target pemenuhan kebutuhan gula dalam negeri.
GULA PUTIH
Luar Negeri
Dalam Negeri
RAW SUGAR REFINED SUGAR
PG Tebu Petani
Pedagang
Konsumen Rumah Tangga
PG Rafinasi Industri MSG
Produsen Makanan dan Minuman Ma-Min
Konsumen Ma-Min
Barrier
Merembes Keterangan :
Gambar 8 Kerangka konseptual Supply-Demand sistem agroindustri gula tebu Pabrik gula menghasilkan produk gula putih supply side yang siap
dikonsumsi oleh konsumen rumah tangga. Di sektor produsen makanan dan minuman, mereka hampir tidak mengkonsumsi produk gula putih dalam negeri karena
faktor spesifikasi gula yang tidak kompatibel dengan persyaratan produk makanan dan minuman. Di sinilah muncul permintaan gula dengan kualitas tinggi atau disebut
gula rafinasi. Permintaan gula rafinasi oleh kelompok industri besar Pabrik Makanan dan Minuman dipenuhi dari dua sumber, yaitu Pabrik Gula Rafinasi yang beroperasi
di dalam negeri dan import gula rafinasi siap pakai dari luar negeri. Kompleksitas semakin meningkat ketika Pabrik Gula Rafinasi dalam negeri harus mengimpor bahan
baku berupa gula mentah dari luar negeri. Kondisi kompleksitas di atas menimbulkan peluang penyalahgunaan
wewenang bila tidak diatur dan ditata dengan kebijakan yang tepat. Hal ini semakin meningkatkan resiko persaingan bagi produsen gula putih domestik bila tingkat
pasokan gula rafinasi hasil produksi pabrik gula rafinasi dalam negeri serta importasi gula rafinasi siap pakai tidak dikendalikan. Keadaan dapat menjadi lebih buruk bila
saling terjadi rembesan pasokan dan permintaan antara gula mentah, gula putih, dan gula rafinasi.
4.2.5 Pemodelan dan implementasi komputer
Dalam penelitian ini proses penulisan dan pembangunan model akan menggunakan pendekatan seperti ketika membuat narasi yang menggambarkan
keadaan riel dengan menggunakan susunan kalimat yang terdiri dari subyek, predikat, obyek, dan keterangan. Semua kegiatan ini akan dikomputerisasi baik dalam program
sistem dinamis, interpretive structural modelling, analytical hierarchi process dan Bayesian Belief Network.
Sebagai contoh dalam pemodelan komputerisasi sistem dinamis, subyek atau pelaku dalam sebuah kalimat berupa kata benda atau kata majemuk yang dibendakan,
akan digambarkan sebagai stock dalam pemodelan sistem. Ada empat macam stock, yang bercirikhas kata benda, yaitu:
• Reservoir
• Conveyer
• Queue
• Oven
Perumpamaan kata kerja atau predikat dalam sebuah kalimat, digambarkan dalam pemodelan dengan istilah flow, atau aliran yang terdiri dari 3 jenis:
• Uniflow – aliran satu arah
• Biflow – aliran dua arah bolak balik
• Unit connected flow – aliran yang terkait dengan sebuah unit
Dengan menggunakan dua instrumen stock dan flow kata benda dan kata kerja di atas, kemudian dibuatlah model yang menyerupai susunan kalimat sebagai
representasi dari gambaran kondisi riel suatu fenomena. Untuk menyempurnakan ”kalimat”, diperlukan obyek dan keterangan sebagai pelengkap kalimat. Dalam teknik
pemodelan menggunakan simbul, sebagai berikut: •
Lingkaran – artinya berfungsi sebagai variabel kontrol •
Belah ketupat – berfungsi sebagai konstanta •
Tanda Panah Penghubung – berfungsi sebagai penghubung atribut.
Secara model persamaan matematik, dapat digambarkan salah satu sub model Supply – Demand dari agroindustri gula, sebagai berikut:
Penawaran gula secara agregat diformulasikan:
Supply Gulat = Gulat - dt + Produksi_Tebu - Konsumsi
dt Permintaan gula secara agregat dirumuskan:
• DemandGulat = jumlah_penduduktKonsumsi_Gula_kapita
Sub Sistem Produksi Gula secara agregat: •
ProduksiGulat= Produksi_TebutRendement
Sub Sistem Permintaan Gula Konsumsi Rumah Tangga Industri: •
Jumlah_pendudukt = jumlah_pendudukt - dt + dilahirkan - mati dt
• Dilahirkan t=
jumlah_pendudukttingkat__kelahiran+STEP10,2005dinaik an
• Mati t= jumlah_pendudukttingkat_kematian
dinaikan = 0 •
Gula_per_kapita = Gulajumlah_penduduk •
Konsumsi_Gula_per_kapita = 2impact_konservasi pada_konsumsi_tebu
• Tingkat__kelahiran t= .2impact_kekurangan_supply_pd
tingkat kelahiran
• Rendemen t= GRAPHGulaINITGula
0.00, 0.0015, 0.07, 0.033, 0.14, 0.0495, 0.21, 0.0655, 0.28, 0.0765, 0.35, 0.0825, 0.42, 0.0885, 0.49, 0.0925,
0.56, 0.0955, 0.63, 0.0985, 0.7, 0.1 •
Tingkat_kematiant = GRAPHgula_per_kapitaINITgula_per_kapita
0.00, 1.00, 0.05, 0.665, 0.1, 0.45, 0.15, 0.355, 0.2, 0.32, 0.25, 0.285, 0.3, 0.265, 0.35, 0.245, 0.4, 0.23, 0.45,
0.215, 0.5, 0.2 pengendalian jumlah penduduk
• impact_kelangkaan tebu pada tingkat kelahiran =
GRAPHgula_per_kapitaINITgula_per_kapita 0.00, 0.3, 0.1, 0.52, 0.2, 0.795, 0.3, 0.855, 0.4, 0.88,
0.5, 0.92, 0.6, 0.94, 0.7, 0.96, 0.8, 0.97, 0.9, 0.99, 1, 1.00
Proses keputusan konservasi •
impact_konservasi_pada konsumsi tebu = GRAPHgula_per_kapitaINITgula_per_kapita
0.00, 0.345, 0.1, 0.445, 0.2, 0.56, 0.3, 0.68, 0.4, 0.785, 0.5, 0.86, 0.6, 0.9, 0.7, 0.93, 0.8, 0.955, 0.9, 0.98, 1,
1.00 Gambar sub sistem Supply – Demand Gula Tebu yang mengintegrasikan
dinamika perubahan jumlah penduduk sisi demand dan produksi gula sejak dari bahan baku tebu, pabrik, dan distribusi akan diprogramkan dengan menggunakan
program Stella dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Model supply-demand gula tebu
4.2.6 Verifikasi dan validasi model
Model merupakan gambaran yang merepresentasikan keadaan nyata. Timbul permasalah berkaitan dengan apakah pembangunan model telah sesuai dengan kaidah
yang benar dan apakah model yang dibangun merupakan representasi yang sahih dari realitas yang sedang dikaji sehingga berdaya untuk menggambarkan kondisi di masa
depan. Menurut Sargent 2001 verifikasi model adalah tindakan untuk meyakinkan
bahwa tahapan pemrograman komputer atas model tersebut telah dilakukan dengan benar. Dengan demikian verifikasi model adalah berupa pembuktian bahwa model
berbasis komputer yang telah dibangun tersebut mampu melakukan simulasi dari model abstrak yang dikaji Eriyatno, 1999.
Adapun cara pengujian verifikasi untuk menjamin bahwa proses pembuatan model telah dilakukan dengan benar, maka dilakukan uji prosedur tahapan
pemrograman komputer yang benar. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti kaidah pemodelan sesuai petunjuk yang berlaku pada software yang digunakan.
Validasi model berkaitan dengan upaya untuk meyakinkan apakah model yang dibangun benar-benar merupakan representasi yang paling sahih dari realitas yang
dikaji, sehingga model tersebut dapat menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan.
Untuk memenuhi persaratan validasi model, maka dilakukanlah pengujian secara terus menerus yang hasilnya digunakan untuk menyempurnakan perhitungan
dalam komputerisasi. Adapun cara pengujian validasi untuk menjamin kehandalan model, maka dilakukan uji keabsahan tanda-tanda aljabar, pangkat, besaran order of
magnitude, hubungan fungsional: linier, eksponensial, logaritmik, arah perubahan peubah seiring penggantian input atau parameter, dan pengamatan nilai batas peubah
sesuai nilai batas parameter sistem Selanjutnya Sargent 2001 yang merujuk Schlesinger et al. 1979
menjelaskan bahwa validasi model berbasis komputer dimaksudkan agar bila model diaplikasikan dalam dunia nyata maka akan menghasilkan akurasi dan konsistensi
hasil yang memuaskan, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh model tersebut. Proses verifikasi dan validasi dapat dilakukan secara bersamaan dan terus menerus
serta dilakukan pada tiap-tiap tahapan pemodelan, seperti tahap penyusunan konsep, penyiapan operasional, pengolahan data, hingga proses simulasi.
4.2.7 Analisis sensitivitas
Berbagai peubah dalam model akan memberikan pengaruh yang beragam. Untuk mengetahui peubah mana yang paling berpengaruh, kurang berpengaruh atau
lemah pengaruhnya terhadap peubah dependen, maka diperlukan analisis sensitivitas. Pelaksanaan analisis akan diprioritaskan pada peubah yang menonjol pengaruhnya
terhadap keseimbangan supply dan demand gula. Peubah yang kurang berpengaruh terhadap keseimbangan supply dan demand
gula nasional tidak akan diprioritaskan sebagai unsur pendukung strategi pengembangan dan kebijakan.
4.2.8 Analisis stabilitas
Pemodelan yang baik adalah yang dapat menghasilkan model yang stabil. Kriteria stabilitas dilihat dari sejauh mana model yang dibangun dapat berperilaku
konsisten bila model diberi parameter yang acak. Pemberian nilai parameter yang acak dilakukan hingga berada di luar batas tertentu sehingga memenuhi perilaku acak
dan tidak berpola secara realistik. Adapun parameter yang akan diberi nilai acak di luar batas sebagai
pengecekan analisis stabilitas antara lain adalah kuantitas permintaan gula, dan harga gula yang dipasang pada level ekstrim dengan nilai amat rendah atau amat tinggi.
4.2.9 Aplikasi model
Aplikasi Model merupakan tahap pengoperasian model hasil rancang bangun untuk melihat secara teliti strategi pengembangan dan kebijakan agroindustri gula
tebu, seperti pada : a. Strategi pengembangan produksi gula domestik dari sisi perkebunan
tebu, pabrik gula putih guna mengantisipasi dinamika perubahan pasar dan permintaan dalam negeri.
b. Kebijakan Moneter berupa tingkat suku bunga, tingkat valuta asing, dan pemberian fasilitas pendanaan bagi agroindustri gula untuk
mengantisipasi dinamika supply-demand gula domestik maupun internasional
c. Kebijakan Fiskal berupa seluruh kebijakan yang terkait dengan sektor riel untuk mengantisipasi kelancaran produksi, distribusi, tata niaga
ekspor-impor, tata kelola kelembagaan. d. Strategi pengelolaan usaha yang kompetitif melalui segmentasi
produk, segmentasi bentuk usaha, penciptaan merek dagang, modifikasi teknologi dan modifikasi input produksi sehingga
menghasilkan alternatif output produksi yang berdaya saing. e. Strategi management mutu, pengendalian biaya, efisiensi rantai
pasok, peningkatan kemampuan sumber daya manusia, dan tata kelola perkebunan yang baik, serta praktek pabrikasi yang efisien.
4.2.10 Simulasi model
Dari kerangka pemodelan di atas, selanjutnya akan ditentukan komponen- komponen modul untuk melengkapi kebutuhan sistem secara kesuluruhan. Penelitian
ini diharapkan dapat membuahkan hasil program komputer pendukung perumusan strategi yang mampu mensimulasikan dengan memperhatikan dan menggunakan
berbagai variabel dan asumsi yang relevan. Program simulasi akan menggunakan paket pemrograman perangkat lunak
STELLA Program Versi 9.1.4, produksi Iseesistems. Halaman interface dialog input dan output hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Interface model simulasi sistem dinamis
4.3 Pengumpulan data
Sebagai langkah sistematik yang akan dijadikan tolok kerja penelitian, maka akan ditentukan tahapan penelitian yang dimulai dari penyusunan kuesioner,
pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, tempat dan waktu penelitian. Berikut rincian langkah di atas:
4.3.1 Tahap penyusunan kuesioner
Isi kuesioner bagi masing-masing pihak akan dikembangkan sesuai dengan rencana penelitian yang paling tidak harus mampu menggambarkan tentang:
• Kebutuhan keadaan yang diharapkan dan yang tidak diharapkan dari
praktek yang ada saat ini pada tiap-tiap pihak. •
Persyaratan kualitas yang harus disepakati bersama yang mengkaitkan dua pihak atau lebih.
• Perihal harga, biaya, dan aspek keuangan lain seperti valuta asing dan
suku bunga pinjaman.
Perihal keinginan ke depan, rencana pengembangan, dan harapan
4.3.2 Metoda pengumpulan data dan observasi
Kegiatan selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data dan observasi yang dapat dirinsi sebagai berikut:
1. Penelitian ini akan menggunakan data primer dan sekunder. Data Primer akan dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan kuesioner
dari sampel yang diambil secara tertata dan sengaja purposive sampling .
2. Wawancara dilakukan pada tahap awal penelitian untuk menggali lebih dalam tentang permasalahan yang dihadapi oleh para pemangku
kepentingan dalam sistem, menggali kebutuhan dan menjelaskan faktor-fkator yang berpengaruh.
3. Khusus wawancara pada kelompok pemangku kepentingan petani, importir,
fabrikan, distributor,
konsumen dilakukan
dengan menggunakan pertanyaan terarah.
4. Bagi target penelitian yang secara mandiri mampu mengisi kuesionier, maka mereka disediakan kuesioner khusus.
5. Observasi fabrikan dan petani dilakukan di kawasan ”sabuk gula”, mulai dari Yogyakarta ke arah timur hingga Pasuruan, disamping itu
dilakukan di Lampung sebagai representasi pabrik gula di luar Jawa.
4.4 Metoda pengolahan data
Setelah kebutuhan data untuk penelitian ini terpenuhi, langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan analisis data yang dapat dilaksanakan secara
paralel dengan kelengkapan penulisan dan pemodelan. Pengolahan data menggunakan program komputer Stella untuk merumuskan hubungan antar elemen
yang terlibat dalam sistem.
5 KERAGAAN AGROINDUSTRI GULA TEBU
Penelitian ini akan menganalisis dinamika perkembangan pelaku agroindustri gula tebu di bawah naungan BUMN yang terdiri dari 51 pabrik gula. Hal ini disebabkan karena
pabrik gula BUMN bersifat lebih relevan sebagai obyek kajian yang berdasarkan fakta bahwa pabrik gula BUMN jauh banyak menghadapi berbagai persoalan.
Secara umum kinerja pabrik gula BUMN yang menempati lahan 66 dari total luas lahan tanam hanya dapat menghasilkan 54 dari total produksi gula nasional. Selebihnya
penggunaan sisa luas lahan tanam dan kontribusi produksi gula nasional dilakukan oleh pabrik gula swasta yang berjumlah 9 pabrik Revitalisasi Pabrik Gula BUMN 2011.
Dengan analisis keragaan ini diharapkan penelitian dapat memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang perilaku elemen pembentuk sistem dan kekhasan tentang
hubungan saling keterkaitanya.
5.1 Penjelasan pelaku produsen agroindustri gula tebu Indonesia