Ruang lingkup rancang bangun model

Tabel 9 Analisis kebutuhan sistem, pelaku ekonomi kelembagaan dan potensi konflik antar pelaku. No Pelaku Kebutuhan Potensi Konflik 1 Petani • Harga Tebu stabil layak • Penentuan Rendemen yang transparant • Peningkatan Pendapatan • Peningkatan Kesejahteraan • Kemudahan Info pasar • Harga tidak sesuai • Ketidak jelasan kriteria inspeksi rendemen 2 Dinas Pertanian • Peningkatan Produksi Tebu • Kesinambungan suplai tebu ke P.G. • Peningkatan Kualitas Tebu • Tercapai target produksi • Ketidaksesuaian pencapaian produksi tebu karena alternatif komoditas lain mis. Padi 3 Dinas Perdagangan • Peningkatan kualitas gula lokal • Penurungan Impor gula • Stabilitas harga gula nasional • Disparitas harga domestik dan internasional 4 Lembaga Pendana Keuangan • Tingkat suku bunga layak • Pengembalian Kredit lancar dan tepat waktu • Terjaminya modal yang diinvestasikan • Persaingan dengan sumber pendana informal 5 Pemerintah Daerah • Penciptaan lapangan pekerjaan • Peningkatan investasi daerah • Peningkatan infrastruktur • Kebocoran pasokan bahan baku tebu ke wilayah lain 6 Pemerintah Pusat • Pertumbuhan ekonomi nasional • Pengembangan agroindustri gula tebu • Pertumbuhan Kesejahteraan • Ketidakseimbangan portofolio pengembangan komoditas lain. 7 Industri Pabrikan Gula • Peningkatan keuntungan • Penurunan Biaya Produksi • Kontinuitas suplai bhn baku • Peningkatan Produktifitas • Ketersediaan Sumber Dana • Kelayakan Usaha bagi pengembangan pabrik baru • Harga tidak stabil • Kelemahan kelembagaan pendukung 8 Importir legal • Peningkatan keuntungan • Kemudahan prosedur impor • Harga gula memberikan keuntungan • Valas condong stabil • Persaingan dengan Importir ilegal penyelundupan • Nilai tukar valas fluktuatif. 9 Bea Cukai, Fiskal • Tercapai Target Pemasukan • Penurunan Penyelundupan, impor ilegal • Impor ilegal tak terkendali

4.2.2 Formulasi Permasalahan

Kompleksitaspermasalahan agroindustri gula tebutebudi Indonesia dapat dipaparkan sebagai berikut: 1. Keterbatasan informasi, pengetahuan, permodalan petani tebu dalam melaksanakan bongkar ratoon dan rawat ratoon 2. Kurangnya penciptaan bibit unggul yang sesuai dengan perubahan lingkungan lahan tanam. 3. Kurangnya fasilitas irigasi terutama pada lahan kering 4. Mulai langkanya ketersediaan tenaga kerja 5. Kualitas gula rendah, ICUMSA masih lebih besar dari 150 IU 6. Belum berkembangnya diversifikasi produk 7. Penetapan Bea Masuk Impor gula tebu perlu ditinjau masih rendah 8. Ketersediaan pendanaan sering terhambat. 9. Penatalaksanaan industri gula masih kurang baik 10. Produktifitas dan efisiensi pabrik gula rendah 11. Lahan perkebunan menyempit dan penyediaan lahan baru masih kurang Penelitian ini telah mengupayakan agar dapat mengakomodir semua keinginan para pihak pemangku kepentingan yang pada saat itu dipertemukan dalam forum pertemuan bersama.

4.2.3 Identifikasi Sistem

Mata rantai hubungan yang dapat diidentifikasi dari pemodelan sistem dinamis agroindustri gula tebu dapat digambarkan di bawah ini. Identifikasi sistem menggambarkan hubungan kebutuhan dan hal-hal yang harus dipecahkan atau dipenuhi untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Berdasarkan gambaran saling berhubungan tersebut, lalu diinterpretasikan ke dalam black box pemodelan sistem dinamis strategi pengembangan dan kebijakan agroindustri gula tebu.

4.2.4 Diagram konsepsual agroindustri gula tebu

Petani Tebu adalah pihak yang berada pada posisi paling awal dari matarantai agroindustri gula tebu yang panjang. Petani tebu memegang peran yang penting meski dalam banyak hal mereka lebih sering dimarginalkan. Oleh karena itu penekanan pada ketelitian penentuan kebutuhan pihak petani dalam sistem