Hasil  kajian  tentang  sistem  yang  sudah  diverifikasi  dan  divalidasi  ditambah dengan    hipotesa  dinamis  akan  menghasilkan  model  simulasi.  Berdasarkan  model
simulasi  ini  akan  dilakukan  simulasi  “what-if”  dari  unsur  pembentuk  sistem  utama seperti  unsur  dari  input,  output,  dan  proses.  Atas  hasil  simulasi  diharapkan  rekayasa
model  lebih  lanjut  dapat  dihasilkan  berupa  rancang  bangun  model  dinamis  yang sejalan dengan model yang diharapkan.
Dalam  penelitian  ini  simulasi  akan  dilakukan  sesuai  dengan  kondisi  riel sehingga  diperlukan  perumusan  yang  utuh  mengenai  persamaan-persamaan,
parameter,  dan  kondisi  tertentu  dari  variabel  yang  diperlukan.  Formalisasi  model simulasi  akan  dilakukan  dengan  bantuan  perangkat  lunak  Stella.    Dalam  program
simulasi diharapkan dapat memunculkan berbagai alternative strategi dan kebijakan.
2.6 Rantai kegiatan agroindustri gula tebu
Tahapan  kegiatan  agroindustri  gula  tebu  dimulai  dari  kegiatan  perkebunan tebu  yang  menghasilkan  produk  tebu  sebagai  bahan  baku,  dilanjutkan  dengan
pengolahan  hasil  tebu  oleh  pabrik  gula,  selanjutnya  produk  gula  dilelang,  dijual  dan didistribusikan  ke  pasar  untuk  memenuhi  permintaan  konsumen  langsung    segmen
rumah  tangga  dan  konsumen  tidak  langsung  segmen  industri  besar  dan  industri menengah  kecil.  Di  luar  tahapan  tersebut  ada  satu  kegiatan  lain  berupa  tata  niaga
impor sebagai kegiatan pemenuhan defisit supply produksi dalam negeri. Menurut  Keat  dan  Young  2002,  tiap-tiap  tahapan  produksi  di  atas
menciptakan  pasar  input  dan  output  masing-masing,  dengan  kata  lain  setiap  tahap kegiatan  mengakibatkan  fungsi  permintaan  input  yang  dapat  diturunkan  derived
demand  dari  fungsi  permintaan  outputnya.  Berdasarkan  hubungan  inilah  model sistem dinamis akan dibangun.
2.7 Rangkaian permintaan dan penawaran
Dalam  rangkaian  permintaan  dan  penawaran  ini  dapat  terlihat  proses permintaan input dan penawaran output yang membentuk beberapa sub-sistem, seperti
yang terjadi pada tingkatan perkebunan tebu dan pabrik gula.  Perilaku pada tingkatan ini  adalah  bahwa  produsen  yang  rasional  akan  melakukan  optimasi  keuntungan
melalui  minimalisasi  biaya  input  dengan  kendala  teknologi  dan  pasar  yang  akan dilayani.
Konsekuensi  pemahaman  perilaku  produsen  tebu  di  atas  akan  menajamkan pemahaman  perilaku  lanjutan  bahwa  produsen  dalam  rantai  agroindustri  gula  tebu
yang  rasional  hanya  akan  melakukan  kegiatan  pembiayaan  input  bila  produsen mengetahui  prediksi  jumlah  output  besaran  manfaat  yang  akan  diterima  di  masa
depan.      Pada  saat  terjadi  hubungan  antara  pasar  output  dan  pasar  input  inilah  dapat diturunkan  fungsi  permintaan  yang  disebut  derived  demand  sehingga  pada  tahapan
lanjutan permintaan gula secara agregat dapat diprediksi jumlahnya. Berdasarkan  rasionalitas  di  atas,  analisis  strategi  dan  kebijakan  dapat
dilakukan  melalui  telaah  biaya  input,  modal  kerja,  tenaga  kerja  dan  input  lain  yang digunakan  dalam  proses  produksi  sejak  dari  produksi  tebu  sampai  dengan  hasil
agroindustri gula tebu. Bila timbul kesenjangan informasi asymetric information antar pelaku pasar,
maka dapat mengakibatkan perbedaan negatif atas harapan bagi pengambil keputusan pada  tingkat  petani  atau  produsen  gula,  hal  mana  dapat  mengakibatkan  penurunan
motifasi  untuk  melakukan  tanam  tebu  atau  produksi  gula.    Kondisi  informasi  yang melingkar  ini  selayaknya  dijadikan  pertimbangan  utama  dalam  penentuan  kebijakan
yang integratif, sehingga dapat menjamin berjalanya sistem secara saling mendukung ke arah tujuan re-inforcing dan bukan sebaliknya.
2.8
Desain kebijakan
Bila  struktur  dan  perilaku  model  sudah  stabil  dan  meyakinkan,  maka  model dapat digunakan sebagai alat untuk membuat dan melakukan evaluasi atas kebijakan
yang  telah  berjalan  maupun  untuk  mendesain  kebijakan  pada  masa  depan.Keragaan kebijakan  dan  sensitivitas  terhadap  ketidakpastian  dalam  parameter  model  harus
dinilai,  termasuk  pengetesan  atas  model  yang  mengakomodir  pilihan  skenario kebijakan.
2.9 Tinjauan studi sebelumnya