2.4.5. Total fosfat
Fosfat  merupakan  salah  satu  nutrien  makro  bagi  pertumbuhan  alga diperairan.  Menurut  Dodds  2002  fosfat  merupakan  zat  yang  dominan  dalam
bentuk  fosfor  inorganik  di  perairan  alami,  tetapi  keberadaannya  sering  dibawah pendeteksian.  Fosfat  merupakan  bentuk  fosfor  yang  dapat  dimanfaatkan  oleh
tumbuhan.  Sumber  fosfat  dalam  perairan  dapat  berasal  dari  pelapukan  batuan mineral,  dekomposisi  bahan  organik,  pupuk  buatan  limbah  pertanian,  limbah
industri,  limbah  rumah  tangga,  detergen,  dan  mineral-mineral  fosfat  Saeni  1989. Fosfor bebas tidak ada di alam namun dalam bentuk fosfat. Kurang lebih ada 0,12
fosfor yang ada di bumi dalam kombinasi fosfat Welch 1952. Sedangkan menurut Boyd  1988  kadar  fosfor  total  pada  perairan  alami  jarang  melebihi  1  mgl.  Total
fosfat terbagi dalam dua komponen yaitu fosfor yang larut dalam bentuk fosfat dan fosfor  organik  yang  terdapat  pada  plankton  dan  bahan  organik  yang  lain  Welch
1952.    Fosfat  yang  berikatan  dengan  ferri  bersifat  tidak  larut  dan  mengendap  di dasar  perairan.  Pada  saat  terjadi  kondisi  anaerob,  ion  besi  bervalensi  3  ferri  ini
mengalami  reduksi  menjadi  ion  besi  valensi  dua  ferro  yang  bersifat  larut  dan melepas  fosfat  ke  perairan,  sehingga  meningkatkan  keberadaan  fosfat  di  perairan
Brown 1987. Fosfat di sungai berasal dari proses biologi maupun kimia disepanjang aliran
sungai.  Selama  musim  panas,  konsentrasi    dari  fosfat  inorganik  dapat  agak meningkat,  disebabkan  oleh  kegiatan  biologi  Reid  1961.  Menurut  Effendi  2003
pada  kerak  bumi,  keberadaan  fosfor  relatif  kecil  dan  mudah  mengendap. Berdasarkan  Peraturan  Pemerintah  Nomor  82  tahun  2001  dengan  kriteria  mutu  air
Kelas  1,  yaitu  perairan  tawar  yang  diperuntukkan  sebagai  air  baku  air  minum  dan Kelas  III,  yaitu  perairan  tawar  yang  diperuntukkan  bagi  kepentingan  perikanan,
peternakan, dan pertanaman harus memiliki nilai total fosfat dibawah 0,2 mgl dan 1 mgl.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Pengambilan  contoh  air  dilakukan  pada  bulan  April  sampai  dengan  Mei 2012.  Lokasi  penelitian di  Way Perigi, Kecamatan  Labuhan Maringgai,  Kabupaten
Lampung Timur dari hulu berupa mata  air  yang  berada di  Desa Maringgai,  hingga hilir  berupa  muara  sungai  di  Desa  Muara  Gading  Mas.  Pengambilan  contoh  air
dilakukan  sebanyak  3  kali  pengambilan  contoh  dengan  jarak  waktu  pengambi1an selama 1 minggu.
3.2. Alat dan Bahan
Alat  yang  digunakan  dalam  penelitian  adalah  botol  sampel,  pH  stik, termometer, ice box, botol BOD, aerator, syiringe,  pompa vakum, labu takar, gelas
ukur,  erlenmeyer,  bulb,  gelas  arloji,  pipet,  timbangan,  hotplate,  desikator,  oven, TDS meter, dan inkubator.
Bahan-bahan  yang  digunakan  dalam  penelitian  diantaranya  adalah  es pendingin sampel,  akuades, kertas saring membran whatman 934-AH,  akuabides,
HCL bilas, pereaksi NH
3
-N, NO
2
-N, NO
3
-N, DO, BOD, dan total fosfat. .
3.3. Metode Pengambilan Contoh
3.3.1. Penentuan lokasi
Penentuan  lokasi  pengambilan  contoh  fisika  dan  kimia  air  didasarkan  pada kegiatan  dan  lahan  yang  digunakan  untuk  menghasilkan  bahan  organik  yang
dibuang  ke  sungai.  Oleh  karena  itu  ditetapkan  3  titik  stasiun  di  Way  Perigi  seperti pada Gambar 2.
Stasiun  I  terletak  di  Desa  Maringgai,  Kecamatan  Labuhan  Maringgai, Kabupaten Lampung Timur. Stasiun I merupakan hulu dari Way Perigi yang berupa
mata  air  dan  biasa  digunakan  masyarakat  untuk  kegiatan  mandi  dan  cuci  serta sebagai  sumber  air  minum.  Stasiun  II  merupakan  bagian  tengah  sungai,  biasanya
digunakan  masyarakat  sekitar  untuk  kegiatan  mandi,  cuci,  dan  kakus  MCK,  dan