2.4. Parameter Kimia
2.4.1. pH
Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan Saeni
1989. Menurut Reid 1961 peningkatan nilai pH dapat disebabkan peningkatan pada nilai total alkalinitas, dan penurunan karbondioksida. Sedangkan menurut
APHA 2005 pada dasarnya asiditas menggambarkan kapasitas kuantitatif dari air untuk menetralkan basa hingga pH tertentu. Menurut Boyd 1982 sebagian besar
perairan alami memiliki nilai pH berkisar antara 6.5 – 9, tetapi terdapat banyak
pengecualian. Air yang masih segar dari pegunungan biasanya mempunyai pH yang lebih tinggi, makin ke hilir pH air akan menurun menuju suasana asam. Hal ini
disebabkan oleh adanya penambahan peningkatan bahan-bahan organik yang terurai Sastrawijaya 2000.
Aliran sungai relatif tidak larut terhadap kandungan silika yang tinggi yang bersifat lembut, karena terdapat kandungan bikarbonat yang cukup untuk menjadi
buffer dari perubahan pH yang disebabkan oleh karbondioksida. Berdasarkan karbondioksida, bikarbonat, dan karbonat, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan dengan pH, yaitu 1 nilai pH berbanding terbalik dengan konsentrasi karbondioksida terlarut, dan berhubungan langsung dengan konsentrasi bikarbonat;
2 nilai kritis yang berkaitan dengan ada atau tidak adanya karbondioksida bebas adalah pada pH 8, gas bebas tidak akan ada pada pH tersebut; 3 tidak adanya
karbondioksida bebas tidak melimitkan proses fotosintesis dari alga dan tumbuhan tingkat tinggi, beberapa beradaptasi untuk mendapatkan karbondioksida dari
karbonat, biasanya dihasilkan pada pH yang sangat tinggi Reid 1961. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 dengan kriteria baku mutu air kelas I,
yaitu perairan tawar yang diperuntukkan sebagai air baku air minum dan kelas III, yaitu perairan tawar yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan, peternakan,
dan pertanaman harus memiliki nilai pH berkisar dari 6 – 9.
2.4.2. Kebutuhan oksigen biokimiawi Biochemical Oxygen Demand - BOD
Kebutuhan oksigen biokimiawi atau Biochemical Oxygen Demand BOD merupakan jumlah oksigen dalam mgl yang dibutuhkan oleh bakteri aerobik untuk
menguraikan dan menstabilkan sejumlah senyawa organik dalam air melalui proses oksidasi biologis aerobik Buchari et al. 2001. Menurut Boyd 1988 BOD
menunjukan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 20 °C selama 5
hari, dalam keadaan tanpa cahaya. Sedangkan menurut Fardiaz 1992 nilai BOD tidak menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur
secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan. Perairan alami yang baik untuk perikanan memiliki nilai BOD yang
berkisar pada 0.5 – 7.0 mgl dan perairan dengan nilai BOD melebihi 10 mgl
dianggap telah mengalami pencemaran Jeffries dan Mills 1996 in Effendi 2003. Biochemical Oxygen Demand BOD merupakan salah satu indikator
pencemaran organik. Perairan dengan nilai BOD
5
tinggi mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar oleh bahan organik. Bahan organik akan distabilkan secara
biologik dengan melibatkan mikroba melalui sistem oksidasi aerobik dan anaerobik. Oksidasi aerobik dapat menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut
diperairan sampai pada tingkat terendah, sehingga kondisi perairan menjadi anaerob yang dapat mengakibatkan kematian organisme akuatik. Lee et al. 1978 in Lestari
2004 menyatakan bahwa tingkat pencemaran suatu perairan dapat dinilai berdasarkan nilai BOD
5
-nya, seperti disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Status kualitas air berdasarkan nilai BOD
No Nilai BOD
5
Status Kualitas Air
1 2,9
Tidak tercemar 2
3,0 – 5,0
Tercemar ringan 3
5,1 – 14,9
Tercemar sedang 4
15 Tercemar berat
Sumber : Lee et al. 1978 in Lestari 2004
Konsentrasi BOD berhubungan dengan proses dekomposisi khususnya terhadap sampah atau kotoran yang tergolong organik, yang menyebabkan beberapa
bakteri membutuhkan sejumlah oksigen dalam air untuk melangsungkan proses aerobiknya pada sungai-sungai, terutama sungai dekat kota danatau pemukiman
penduduk mengalami gangguan berupa masuknya sampah atau kotoran organik yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen oleh bakteri dalam melakukan
dekomposisi bahan organik tersebut Sarminah 2003. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 dengan kriteria mutu air kelas I, yaitu perairan
tawar yang diperuntukkan sebagai air baku air minum dan kelas III, yaitu perairan tawar yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan, peternakan, dan pertanaman
harus memiliki nilai BOD dibawah 2 mgl dan 6 mgl.
2.4.3. Oksigen terlarut DissolvedOxygen - DO