Indeks STORET Indeks Pencemaran

D = v x A = v x d x w Keterangan : D : debit air m 3 detik v : kecepatan arus mdetik A : luas penampang m 3 d : kedalaman m w : lebar sungai m

3.5. Analisis Data

Hasil analisis yang dihasilkan, dibandingkan dengan baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 dengan kriteria baku mutu air kelas I, yaitu perairan tawar yang diperuntukkan sebagai air baku air minum dan kelas III, yaitu perairan tawar yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan, peternakan, dan pertanaman. Baku mutu air kelas I hanya digunakan pada stasiun 1 saja, karena mata air digunakan sebagai air minum oleh masyarakat setempat. Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Indeks STORET dan Indeks Pencemaran.

3.5.1. Indeks STORET

Analisis data kualitas air dengan metode STORET Storage and Retrieval adalah untuk mengetahui tingkat mutu kualitas perairan setiap titik lokasi dan setiap waktu pengamatan yang dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Melakukan pengumpulan data kualitas air secara periodik sehingga membentuk data dari waktu ke waktu time series data. 2. Membandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai baku mutu yang sesuai dengan peruntukannya. 3. Jika hasil pengukuran memenuhi baku mutu maka diberi skor 0. 4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi baku mutu maka diberi skor tertentu sesuai dengan sistem skor pada Tabel 5. Tabel 5. Penetuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air Canter 1997 in KepMen LH No 115 tahun 2003 Jumlah contoh Nilai Parameter Fisika Kimia Biologi 10 Maksimum -1 -2 -3 Minimum -1 -2 -3 Rata-rata -3 -6 -9 10 Maksimum -2 -4 -6 Minimum -2 -4 -6 Rata-rata -6 -12 -18 Keterangan : jumlah pengamatan series data yang digunakan untuk penentuan status mutu air. 5. Jumlah skor dari jumlah contoh pengamatan 10 pada setiap parameter dijumlahkan, selanjutnya dari total skor dapat ditentukan status mutu perairan dengan menggunakan sistem skor untuk mengetahui status mutu air pada tabel 6. Tabel 6. Penentuan status mutu air berdasarkan Indeks STORET Skor Kriteria Memenuhi baku mutu -1 s.d -10 Tercemar ringan -11 s.d -30 Tercemar sedang -31 Tercemar berat

3.5.2. Indeks Pencemaran

Indeks Pencemaran digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan Nemerow 1974 in KepMen LH no.115 Tahun 2003. Pengelolaan kualitas air dengan menggunakan Indeks Pencemaran dapat memberi masukan pada penilaian terhadap kualitas suatu badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas air jika terjadi pencemaran. Prosedur dalam penggunaan Indeks Pencemaran adalah sebagai berikut : Jika Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku mutu peruntukkan air j, dan Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air i yang diperoleh dari hasil analisis contoh air pada suatu lokasi pengambilan contoh dari suatu alur sungai, maka Pij adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan j yang merupakan fungsi dari CiLij. Harga Pij ditentukan dengan cara: 1. Memilih parameter yang terdapat pada baku mutu yang dijadikan acuan. 2. Menghitung harga CiLij untuk tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan contoh air. 3a. Jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat pencemaran meningkat, misal DO, tentukan nilai teoritik atau nilai maksimum Cim misal untuk DO, maka Cim adalah nilai DO jenuh. Dalam kasus ini nilai CiLij hasil pengukuran digantikan oleh nilai CiLij hasil perhitungan : CiLijbaru = � −� ℎ� �� � � � − 3b. Jika nilai baku mutu memiliki rentang : - Untuk Ci Lij rata-rata CiLijbaru = [ � − � � − � � ] [ − � � − � � ] - Untuk Ci Lij rata-rata CiLijbaru = [ � − � � − � � ] [ � − � � − � � ] 4.Harga Pij Pij = � 2 − � � 2 2 Tabel 7. Penentuan status mutu air berdasarkan Indeks Pencemaran Skor Kriteria 0 ≤Pij≤ 1,0 Kondisi baik 1,0 ≤Pij≤ 5,0 Tercemar ringan 5, 0 ≤Pij≤ 10 Tercemar sedang Pij10 Tercemar berat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Way Perigi

Pengamatan parameter fisika-kimia perairan Way Perigi, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur dilakukan sebanyak 3 kali pengambilan sample, yaitu sampling pertama pada hari Sabtu, 21 April 2012,sampling kedua pada hari Sabtu, 5 Mei 2012, dan sampling ketiga pada hari Sabtu, 19 Mei 2012. Ketiga sampling ini dilakukan pada musim peralihan antara kemarau dan penghujan. Pada sampling 1, kondisi pengambilan sample yaitu 1 hari setelah hujan, pada sampling 2, kondisi pengambilan sample yaitu cuaca panas terik, dan sampling 3, kondisi pengambilan sample yaitu hujan. Way Perigi biasa digunakan masyarakat setempat sebagai tempat kegiatan MCK, budidaya ikan di hulu sungai, dan sebagian besar digunakan sebagai pengairan sawah. Oleh karena itu baku mutu yang digunakan untuk menentukan status mutu Way Perigi adalah menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 kelas III tentang baku mutu air yang digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Pada sepanjang aliran Way Perigi, dari bagian hulu Stasiun 1 yang berupa mata air hingga ke bagian tengah Stasiun 2 yang terletak di pemukiman warga, terdapat aktivitas budidaya ikan dan mayoritas terdapat aktivitas persawahan. Sedangkan dari tengah sungai hingga ke hilir sungai Stasiun 3 terdapat banyak aktivitas warga seperti kegiatan MCK, aktivitas persawahan, perkebunan sawit, dan terdapat pemukiman warga kembali di bagian hilir, namun tidak sebanyak pada bagian tengah sungai. Bila dilihat dari hasil pengukuran parameter-parameter kualitas air perairan Way Perigi masih berada dalam kisaran yang diperbolehkan menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 kelas III, namun pada bagian hulu sungai terdapat beberapa parameter yang melebihi baku mutu air menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 kelas I . Hasil rata-rata pengukuran parameter fisika dan kimia pada perairan Way Perigi dapat dilihat pada Lampiran 1.