dalam kriteria tercemar ringan, berbeda dengan stasiun 2 yang masih termasuk dalam kondisi baik bagi kegiatan perikanan. Pada stasiun 3 yang termasuk dalam
tercemar ringan dapat diduga dari jumlah bahan organik yang tinggi dan terakumulasi sepanjang aliran sungai.
4.6. Evaluasi Kualitas Air Perairan Way Perigi dengan Indeks Pencemaran
IP
Pengelolaan kualitas air dengan Indeks Pencemaran IP dapat memberi masukan terhadap penentuan dalam pengambilan keputusan mengenai status mutu
perairan, sehingga nantinya dapat diambil tindakan jika terjadi penurunan kualitas perairan. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Indeks Pencemaran,
didapatkan hasil klasifikasi dan evaluasi perairan di Way Perigi pada setiap stasiun selama pengamatan seperti yang dijelaskan pada Tabel 9, Gambar 18, dan Lampiran
4.
Tabel 9. Nilai Indeks Pencemaran dan kriterianya pada setiap stasiun selama pengamatan.
Stasiun Waktu
Nilai Pi Kriteria
Sampling 1 2,08 tercemar ringan
Stasiun 1 Sampling 2
1,66 tercemar ringan Sampling 3
2,28 tercemar ringan Sampling 1
0,69 kondisi baik Stasiun 2
Sampling 2 0,40 kondisi baik
Sampling 3 0,39 kondisi baik
Sampling 1 0,53 kondisi baik
Stasiun 3 Sampling 2
0,37 kondisi baik Sampling 3
0,76 kondisi baik
Gambar 18. Grafik nilai IP pada setiap stasiun selama pengamatan
Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Pencemaran, dinyatakan bahwa dari seluruh stasiun selama pengamatan memiliki kondisi perairan yang masih baik,
kecuali pada stasiun 1 yang masuk kedalam status tercemar ringan untuk air yang digunakan sebagai air baku air minum. Hal ini berarti bahwa beban masukan bahan
organik yang masuk ke perairan masih dapat dipulihkan kembali oleh sungai tersebut. Selain itu pada Way Perigi, belum terdapat industri besar yang dapat
mempengaruhi tingginya bahan organik yang masuk ke sungai. Kondisi perairan yang baik pada Way Perigi perlu dipertahankan agar tidak tercemar dan tidak
mengganggu kehidupan biota di dalamnya. Pada bagian hulu yang masuk ke dalam tercemar ringan, mengindikasikan bahwa air yang digunakan sebagai air baku air
minum sudah melebihi baku mutu yang diperbolehkan, sehingga perlu adanya pengolahan sebelum di konsumsi.
Berdasarkan kedua analisis menggunakan Indeks STORET dan Indeks Pencemaran, terdapat perbedaan hasil yang didapat. Pada ketiga stasiun pengamatan,
berdasarkan Indeks STORET menyatakan bahwa sungai tersebut memiliki status tercemar sedang pada stasiun 1, kondisi baik pada stasiun 2, dan tercemar ringan
pada stasiun 3, sedangkan pada Indeks Pencemaran menyatakan bahwa sungai tersebut masih dalam kondisi baik kecuali pada stasiun 1 yang tercemar ringan.
Perbedaan hasil penentuan status mutu dari kedua metode tersebut dikarenakan pada perhitungan Indeks STORET parameter yang melebihi baku mutu
0.5 1
1.5 2
2.5
stasiun 1 stasiun 2
stasiun 3 Sampling 1
Sampling 2 Sampling 3
Tercemar Ringan Kondisi Baik
langsung diberikan skor sehingga jika terdapat satu parameter saja yang melebihi baku mutu maka status mutu dari perairan dinyatakan tercemar. Sedangkan pada
Indeks Pencemaran, dalam perhitungannya merupakan perhitungan antara hasil pengukuran dari suatu parameter dengan baku mutu yang sesuai dengan
peruntukkannya secara relatif, sehingga jika ada satu parameter yang melebihi baku mutu, belum tentu perairan tersebut dapat langsung dinyatakan tercemar. Selain itu
Indeks Pencemaran dapat digunakan jika hanya terdapat satu kali pengukuran di titik tertentu, sedangkan pada Indeks STORET data yang digunakan harus merupakan
data time series, sehingga kepekaan dalam menentukan status mutu suatu perairan lebih peka pada Indeks STORET dibandingkan dengan Indeks Pencemaran. Namun
secara keseluruhan kedua metode ini dapat menjelaskan status mutu perairan sesuai baku mutu air PP RI no.82 Tahun 2001, hanya saja terdapat perbedaan dalam
perhitungan serta rentang nilai kriteria yang digunakan untuk menentukan status mutu perairan.
4.7. Strategi Pengelolaan Way Perigi