Hasil Analisis Korelasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

sebagai BPR dalam kategori sehat dari tahun 2003 sampai tahun 2006. Sedangkan BPR sampel non-binaan Bank Nagari masih termasuk dalam dalam kategori kurang sehat. Nilai total bobot tertinggi yang dimiliki oleh BPR non- binaan Bank Nagari hanya 55.06 yang terjadi pada PT. BPR Bunsu Sinamar Makmur. Angka tersebut masih dibawah standar minimum yang ditetapkan sehingga masih termasuk dalam kategori kurang sehat. Faktor utama yang menyebabkan kurang sehatnya BPR non-binaan Bank Nagari adalah masih kurangnya produktifitas pegawai yang dimiliki. Produktifitas pegawai yang dimiliki oleh BPR non-binaan Bank Nagari masih dibawah nilai median dari nilai produktifitas yang banyak muncul pada masing-masing BPR sampel. Faktor- faktor lain yang menyebabkan kurang sehatnya beberapa BPR tersebut adalah 1 PT. BPR Guguk Mas Makmur dan BPR-LPN Sulit Air baru didirikan pada tahun 2002. Apabila dibandingkan dengan BPR sampel yang lain, kedua BPR tersebut merupakan BPR dengan pengalaman usaha yang relatif kecil, sehingga kemampuan BPR untuk mengembangkan usaha dan kinerja masih terbatas, 2 tindakan pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris terhadap direksi dan kinerja BPR masih kurang, karena dewan direksi pada umumnya tinggal di luar propinsi Sumatera Barat seperti komisaris BPR-LPN Sulit Air.

6.3. Hasil Analisis Korelasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat kesehatan BPR, dilakukan analisis korelasi. Analisis multinomial logit tidak dapat digunakan karena sampel BPR yang ada relatif kecil, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan analisis multinomial logit. Untuk tidak mengurangi arti penelitian, maka faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan BPR dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi pearson. Korelasi pearson artinya melihat hubungan antara dua variabel atau lebih dengan melihat koefisien korelasi yang dihasilkan. Nilai koefisien korelasi bervariasi, dari -1 sampai +1. Jika nilai koefisien korelasi r bernilai +1 menunjukkan hubungan X dan Y sempurna dan bergerak secara bersama-sama atau searah, jika nilai r - 1 menunjukkan hubungan X dan Y sempurna dan bergerak pada arah yang berlawanan. Analisis korelasi yang dilakukan adalah melihat hubungan variabel tingkat kesehatan BPR sehat atau kurang sehat dengan variabel-variabel lainnya. Hasil analisis korelasi dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Hasil Analisis Koefisien Korelasi Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Sampel Peubah Koefisien Korelasi P prob Jumlah Modal 0.17216 0.4211 Jumlah Kredit 0.46818 0.0210 Nilai Deposito 0.35748 0.0863 Nilai Tabungan 0.71149 .0001 Jumlah Nasabah 0.81421 .0001 Laba 0.77701 .0001 Volume Neraca 0.54492 0.0059 Tingkat Bunga -0.25887 0.2219 Jumlah Pegawai BPR 0.40847 0.0475 Pada Tabel 21 terlihat bahwa hubungan tingkat kesehatan BPR dengan dengan jumlah modal yang dimiliki tidak begitu erat namun berhubungan positif, karena nilai koefisien korelasi yang dihasilkan hanya 0.17216 dan tidak signifikan pada taraf kepercayaan 99 persen. Artinya derajat hubungan antara tingkat kesehatan BPR dengan jumlah modal hanya 17.22 persen. Hubungan tingkat kesehatan BPR dengan jumlah kredit yang disalurkan BPR adalah positif dengan koefisien korelasi sebesar 0.46818 dan tidak signifikan pada taraf nyata 99 persen. Artinya derajat hubungan antara tingkat kesehatan BPR dengan jumlah kredit yang disalurkan sebesar 46.82 persen. Hubungan tingkat kesehatan BPR dengan nilai deposito positif dengan besar koefisien korelasi 0.35748 dan tidak signifikan pada taraf kepercayaan 99 persen. Hubungan tingkat kesehatan BPR dengan nilai tabungan adalah positif dengan koefisien korelasi sebesar 0.71149 dan signifikan pada taraf kepercayaan 99 persen. Hubungan tingkat kesehatan BPR dengan jumlah nasabah adalah positif dengan koefisien korelasi sebesar 0.81421 dan signifikan pada taraf kepercayaan 99 persen. Hubungan tingkat kesehatan BPR dengan tingkat laba adalah positif dengan koefisien korelasi sebesar 0.77701 dan signifikan pada taraf kepercayaan 99 persen. Hubungan tingkat kesehatan BPR dengan volume neraca adalah positif dengan koefisien korelasi sebesar 0.54492 dan signifikan pada taraf kepercayaan 99 persen. Hubungan antara tingkat kesehatan BPR dengan tingkat bunga kredit adalah negatif dengan koefisien korelasi sebesar -0.25887 dan tidak signifikan pada taraf kepercayaan 99 persen. Jumlah pegawai BPR memiliki hubungan yang positif dengan tingkat kesehatan BPR dengan koefisien korelasi 0.40847 dan tidak signifikan pada taraf nyata 99 persen.

VII. PERANAN KREDIT BPR TERHADAP KINERJA USAHA KECIL 7.1.

Karakteristik Sosial Ekonomi Usaha Kecil. Faktor sosial ekonomi usaha kecil sebagai ukuran nilai karakteristik usaha kecil dapat mempengaruhi petani terhadap perilaku meminjam dan mengembalikan kredit yang digunakan pada BPR. Karakteritik sampel nasabah BPR binaan dan non-binaan Bank Nagari berdasarkan sektor pertanian, perdagangan, dan industri rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Rata-rata Karakteristik Sampel Nasabah Bank Perkreditan Rakyat Binaan dan Bank Perkreditan Rakyat Non-binaan Berdasarkan Sektor Ekonomi Tahun 2006 Nasabah per Sektor Rata- rata Umur thn Rata-rata Jlh Agt Keluarga org Rata-rata Pengalaman Usaha thn Rata-rata Lama Pendidik- an thn Rata- rata TK Total org Nasabah BPR Binaan Bank Nagari Pertanian 41 4 6.3 11 3 Perdagangan 42 5 9.5 10 3 Industri RT 45 4 15 10 5 Nilai Rata-rata 43 4 10.67 10.3 3 Nasabah BPR non- binaan Bank Nagari Pertanian 41 4 12 12 2 Perdagangan 39 5 11 11 3 Industri RT 54 5 20 12 4.5 Nilai Rata-rata 44 4 14.33 11.6 3 Responden sektor pertanian dalam penelitian ini pada umumnya adalah pertanian dengan sub sektor peternakan ayam, karena sebagian besar nasabah dari kedua kelompok BPR di sektor pertanian merupakan peternak ayam. Sektor perdagangan merupakan usaha yang menjalankan kegiatan jual beli barang , seperti toko kelontong, kedai harian, kedai makanan, dan rumah makan. Responden sektor industri rumah tangga terdiri dari berbagai macam industri rumah tangga seperti industri tahu, kue, roti, industri perabot, industri kerajinan,