penggunaan tenaga kerja luar keluarga akan meningkat 24.74 persen. Sedangkan apabila biaya usaha meningkat 10 persen, penggunaan tenaga kerja
akan menurun sebesar 7.14 persen, dan apabila besar kredit meningkat sebesar 10 persen, maka penggunaan tenaga kerja luar keluarga akan meningkat
sebesar 0.28 persen.
7.3. Pengembalian Kredit Usaha Kecil
Model regresi logistik digunakan untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit oleh usaha kecil. Faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi pengembalian kredit yang digunakan oleh usaha kecil adalah tingkat umur, jumlah anggota keluarga, nilai aset, besar kredit, jangka waktu
kredit, jarak rumah dari BPR dan dummy BPR binaan Bank Nagari. Hasil pendugaan model logit pengembalian kredit BPR oleh usaha kecil ditunjukkan
pada Tabel 36.
Tabel 36. Hasil Pendugaan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit BPR oleh Usaha Kecil
Peubah Parameter
Chi-square Odds Ratio
Tingkat Umur -0.0337
10.5689 0.967
Jumlah Anggota Keluarga -0.0246
2.2733 0.976 Nilai Aset
8.93E-09 0.3022
1.000 Besar Kredit
1.62E-08 1.8991
1.000 Jangka Waktu Kredit
- 0.0914 0.3222
0.913 Jarak Tempat Usaha ke BPR
- 0.00005 4.8871
1.000 Dummy BPR Binaan
0.9036 0.8971
2.468 Intercept 4.5733
2.4967 Keterangan :
= Berbeda nyata dengan nol pada taraf nyata α = 5 persen.
= Berbeda nyata dengan nol pada taraf nyata α = 25 persen.
Berdasarkan Tabel 36 terlihat bahwa semua tanda parameter dugaan sesuai dengan yang diharapkan. Parameter dugaan tingkat umur usaha kecil
berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian kredit dan signifikan pada taraf nyata 25 persen dengan nilai odds ratio sebesar 0.967, artinya jika tingkat
umur bertambah satu tahun maka peluang usaha kecil dalam kelancaran pengembalian kredit adalah 0.967 kali daripada peluang kurang lancar dalam
mengembalikan kredit. Ini menunjukkan bahwa pemilik usaha kecil yang lebih tua tidak menjadi jaminan untuk lebih baik dalam mengembalikan kredit, tetapi
bisa jadi berpengaruh negatif karena semakin bertambah umur semakin banyak tanggung jawab yang harus ditanggung sebagai kepala keluarga.
Parameter dugaan jumlah anggota keluarga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit, namun tidak signifikan pada taraf
nyata 25 persen. Nilai odds ratio parameter dugaan jumlah anggota keluarga adalah 0.976, artinya apabila jumlah anggota keluarga meningkat satu orang,
maka peluang kelancaran pengembalian kredit adalah sebesar 0.976 kali daripada peluang ketidaklancaran dalam pengembalian kredit, dengan kata lain
peluang untuk kredit lancar lebih kecil daripada peluang kredit kurang lancar. Parameter dugaan nilai asset berpengaruh positif terhadap peluang
kelancaran pengembalian kredit usaha kecil dan berpengaruh nyata pada taraf nyata 25 persen. Nilai odds ratio parameter dugaan sebesar 1.000, artinya nilai
aset mempunyai peluang yang sama bagi usaha kecil untuk kredit lancar dan kredit kurang lancar. Apabila nilai asset meningkat sebesar satu rupiah maka
peluang kelancaran kredit sama dengan peluang kredit yang kurang lancar. Parameter dugaan besar kredit berpengaruh positif terhadap peluang
kelancaran kredit namun tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen. Nilai odds ratio besar kredit adalah 1.000, artinya parameter dugaan besar kredit memiliki
peluang yang sama bagi usaha kecil dalam kelancaran dan ketidaklancaran kredit.
Parameter dugaan jangka waktu kredit berpengaruh negatif terhadap peluang kredit lancar dan kredit kurang lancar serta signifikan pada taraf nyata 5
persen. Artinya semakin lama jangka waktu meminjam, maka nasabah usaha
kecil akan semakin kurang lancar dalam mengembalikan kredi. Nilai odds ratio parameter dugaan jangka waktu kredit adalah 0.913, artinya apabila jangka
waktu kredit bertambah satu bulan maka peluang kelancaran kredit 0.913 kali dari kredit kurang lancar atau dengan kata lain jangka waktu kredit lama akan
memiliki peluang kredit lancar yang lebih kecil daripada kredit kurang lancar. Ini dapat disimpulkan semakin lama waktu untuk meminjam kredit, maka tingkat
resiko kegagalan kredit akan menjadi lebih besar. Parameter dugaan jarak tempat usaha kecil ke BPR berpengaruh negatif
terhadap peluang kelancaran kredit, namun tidak signifikan pada taraf nyata 25 persen. Nilai odds ratio parameter dugaan jarak tempat usaha ke BPR adalah
1.000, artinya apabila jarak tempat usaha kecil bertambah 1 meter maka peluang kredit lancar sebesar 1 kali dari peluang kredit kurang lancar, dengan
kata lain peluang kredit lancar sama dengan peluang kredit tidak lancar. Parameter dummy nasabah BPR binaan Bank Nagari berpengaruh positif
terhadap peluang kelancaran kredit dan signifikan pada taraf nyata 25 persen. Artinya usaha kecil yang merupakan nasabah BPR binaan Bank Nagari
berpengaruh positif terhadap peluang kredit lancar. Nilai odds ratio dummy nasabah BPR binaan Bank Nagari adalah 2.468, artinya apabila usaha kecil
yang menjadi nasabah BPR binaan Bank Nagari meningkat 1 orang maka peluang kredit lancar 2.468 kali dari kredit kurang lancar.
BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan
1. Bentuk pembinaan yang telah dilakukan oleh Bank Nagari terhadap BPR selama ini dapat dibagi menjadi 3 tiga kegiatan pokok, yaitu 1
melakukan pembentukan BPR, 2 melakukan penyertaan modal kepada BPR, dan 3 melakukan pengakuisisian BPR yang tidak aktif lagi.
Kegiatan pembinaan yang telah dilakukan oleh Bank Nagari dalam aspek manajemen, sistem operasional, pendidikan dan pelatihan, serta
pengawasan monitoring terhadap BPR binaan sudah cukup efektif, namun masih ada beberapa kegiatan yang belum berjalan maksimal
yaitu: 1 belum adanya jadwal pendidikan dan pelatihan secara teratur pada setiap tahun anggaran, 2 sistem informasi kepada BPR binaan
masih manual belum menggunakan sistem online, 3 sistem pengawasan oleh komisaris BPR yang merupakan pegawai Bank Nagari
belum optimal. 2. BPR binaan Bank Nagari memiliki kinerja yang lebih baik daripada BPR
non-binaan, namun tidak terlalu berbeda nyata. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan indikator kinerja BPR binaan Bank Nagari seperti CAR,
LDR, NPL, produktifitas pegawai lebih baik daripada BPR non-binaan Bank Nagari. Derajat hubungan korelasi yang terbesar terhadap tingkat
kesehatan BPR terjadi pada jumlah nasabah sedangkan jumlah modal memiliki hubungan korelasi yang terkecil terhadap tingkat kesehatan
BPR. 3. Kredit yang diterima usaha kecil berpengaruh positif dan berbeda nyata
terhadap nilai omset penjualan, namun tidak berpengaruh secara nyata terhadap penyerapan tenaga kerja usaha kecil. Kinerja usaha nasabah
BPR binaan Bank Nagari ternyata tidak berbeda nyata dengan kinerja usaha nasabah BPR non-binaan Bank Nagari.
8.2. Saran