pembinaan tersebut. Selang diperoleh dari selisih total skor tertinggi yang mungkin dibagi jumlah kategori jawaban.
nilai maksimum – nilai minimum Selang
= - 1 Jumlah kategori jawaban
Nilai maksimum diperoleh dari nilai tertinggi dari kategori dikali dengan jumlah responden. Nilai minimum diperoleh dari nilai terendah dari kategori dikali
jumlah responden. Dari Lampiran 1 diperoleh nilai maksimum sebesar 435 dan nilai minimum sebesar 87 dan jumlah kategori sebanyak 5, maka diperoleh nilai
selang sebesar 69. Skor efektifitas keberhasilan pembinaan dibagi menjadi 5 yaitu: 1 apabila nilai skor berkisar antara 87 sampai 156 dikatakan sangat tidak
efektif, 2 apabila nilai skor berkisar antara 157-226 dikatakan tidak efektif, 3 apabila nilai skor berkisar antara 227-296 dikatakan cukup efektif, 4 apabila
nilai skor berkisar antara 297-366 dikatakan efektif, dan 5 apabilai nilai skor berkisar antara 367-435 dikatakan sangat efektif.
4.4.2. Analisis Perbandingan Kinerja BPR dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Analisis perbandingan kinerja BPR binaan Bank Nagari dengan BPR
non-binaan dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif yang didasarkan kepada aspek keuangan dan manajemen.
Faktor-faktor yang dilihat adalah permodalan, kualitas aktiva produktif, rentabilitas, likuiditas, manajemen, dan resiko kredit. Analisis kualitatif dilakukan
dengan membandingkan aspek-aspek diatas dari tahun 2003 sampai tahun 2006.
Ukuran aspek permodalan BPR menurut BI adalah: 1 indikator C apital
Adequacy Ratio CAR, angka CAR yang semakin tinggi menunjukkan pertambahan modal disetor lebih tinggi dari tingkat pertambahan aktiva, semakin
tinggi nilai CAR menunjukkan bank semakin likuid, CAR minimum yang harus dicapai BPR adalah besar sama dari 8 persen, 2
Loan to Deposit Ratio LDR, adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan dengan dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun BPR, BPR dikatakan sehat apabila LDR berkisar antara ≤
94.75 persen. Ukuran rentabilitas menggunakan: 1 indikator angka
return on assets ROA, semakin tinggi nilai ROA, maka BPR dikatakan semakin efisien, standar
ROA yang harus dicapai oleh sebuah BPR menurut ketentuan BI adalah 1.215 persen, 2 perbandingan Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional
BOPO. Aspek manajemen yang dilihat adalah sumberdaya manusia yang digunakan seperti tingkat pendidikan, keahlian karyawan, produktivitas pegawai,
yaitu perbandingan antara jumlah nasabah dengan jumlah pegawai, dan sistem operasional yang dijalankan.
Analisis untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja BPR dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi dengan menggunakan pool
data dari tahun 2003 sampai tahun 2006. Analisis korelasi merupakan derajat hubungan antara dua variabel atau lebih. Langkah pertama dari analisis ini
adalah menentukan faktor-faktor tingkat kesehatan BPR dan memberikan bobot dari masing-masing kriteria. Pembobotan dilakukan berdasarkan aspek
permodalan CAR, Kualitas Asset KAP, Kualitas Manajemen, Rentabilitas, Likuiditas, dan Resiko Kredit. Indikator penilaian dengan bobot dan standar
penilaian berdasarkan SK DIR BI Nomor 3012KEPDIR SE BI Nomor 303UPPB tanggal 30 April 1997 dan referensi kinerja BPR lainnya. Namun
prosedur penilaian tidak sepenuhnya menggunakan prosedur penilaian yang digunakan oleh BI. Nilai bobot dan standar bobot didasarkan kepada SK BI
diatas, kecuali pembobotan dan standar kriteria produktifitas pegawai. Produktifitas pegawai dalam analisis ini hanya merupakan salah satu penilaian
produktifitas dari BPR. Ukuran produktifitas dalam penelitian ini masih menggunakan ukuran yang sangat kasar karena keterbatasan data penelitian
untuk menghitung produktifitas lainnya. Produktifitas pegawai adalah perbandingan antara jumlah nasabah dengan jumlah pegawai BPR. Penentuan
standar didasarkan kepada nilai median dari nilai bobot yang banyak muncul dari masing-masing BPR sampel.Rincian indikator dengan bobotnya dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Indikator Penilaian Tingkat Kesehatan BPR dan Pembobotan Faktor Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat
Indikator Kinerja Bobot
standar Nilai
Bobot Aspek PermodalanCAR CAR
0.3 8.00 2.40 Kualitas Asset
KAP 0.3
10.35 3.11 Kualitas Manajemen
Skor manajemen 0.1 81.00 8.10
Produktivitas pegawai 0.1 353.87 35.39
Rentabilitas ROA
0.05 1.22 0.06
BOPO 0.05 93.52 4.68
Likuiditas LDR
0.05 94.75 4.74 Resiko Kredit
NPL 0.05 0.50 0.03
Batas minimum 58.49
Sumber : Bank Indonesia, 2002 Nilai total dari pembobotan diatas akan menghasilkan tingkat kesehatan
BPR dengan kategori : 1 sehat, apabila total nilai bobot bernilai ≥ 58.49, 2
kurang sehat apabila total nilai bobot bernilai 58.49. Analisis korelasi dilakukan dengan menghubungkan tingkat kesehatan BPR yang telah dihasilkan
dengan variabel-variabel jumlah modal, jumlah kredit yang diberikan, nilai deposito, nilai tabungan, jumlah nasabah, laba, volume neraca, tingkat bunga,
dan jumlah pegawai BPR serta dummy BPR binaan Bank Nagari. Koefisien korelasi dirumuskan seperti persamaan berikut:
∑ ∑
∑
=
2 2
i i
i i
xy
y x
y x
r
...........................................................................4.1
dimana :
X X
x
i i
− =
Y Y
y
i i
− =
Nilai koefisien korelasi bervariasi, dari -1 sampai dengan +1. Jika nilai r positif, maka X dan Y meningkat atau menurun secara bersama. Nilai r = + 1
menunjukkan bahwa hubungan antara X dan Y adalah sempurna perfect
positive correlation. Jika nilai r negatif, maka X dan Y bergerak pada arah yang berlawanan. Jika r = -1, maka hubungan X dan Y adalah sempurna
perfect negative correlation, dan ketika r = 0 maka kedua variabel tidak berkorelasi. Jika
nilai r mendekati angka 1 menunjukkan derajat hubungan semakin kuat, sebaliknya jika nilai r mendekati angka 0 menunjukkan derajat hubungan
semakin lemah. dimana :
Y = Tingkat kesehatan BPR X
1
= Jumlah nilai modal yang disetor Rp X
2
= Besarnya nilai kredit kepada pihak ketiga Rp X
3
= Jumlah nilai deposito yang berhasil dihimpun Rp X
4
= Jumlah nilai tabungan yang berhasil dihimpun Rp X
5
= Jumlah tenaga kerja yang digunakan orang X
6
= Jumlah nasabah orang X
7
= Besarnya Laba yang diperoleh Rptahun X
8
= Besarnya volume neraca Rp
4.4.3. Analisis Peranan BPR terhadap Kinerja Usaha Kecil