Menurut Bank Indonesia BI, penilaian tingkat kesehatan perbankan mempunyai beberapa tujuan: 1 sebagai tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai
apakah pengelolaan bank yang dilakukan sejalan dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan 2 sebagai tolak
ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank baik secara individual maupun perbankan secara keseluruhan.
Ukuran untuk penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh BI seperti yang tercantum pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
pasal 29, yang isinya adalah: 1 pembina dan pengawasan bank dilakukan oleh BI, 2 BI menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan
memperhatikan aspek permodalan, kualitas asset, kualitas manajemen, rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan
usaha bank, dan 3 bank wajib memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan yang dimaksud dalam ayat 2 dan wajib melakukan usaha sesuai
dengan prinsip kehati-hatian. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
3012KEPDIR tanggal 30 April 1997 tentang Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat pasal 2 menyatakan bahwa tingkat
kesehatan bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu
bank. Pendekatan kualitatif yang dimaksud dilakukan dengan penilaian terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan
likuiditas, atau lebih dikenal dengan istilah CAMEL Capital, Asset Quality,
Management, Earnings, dan Liquidity.
2.4.1. Capital
Menurut Surat Keputusan Direksi BI Nomor 3012KEPDIR tanggal 30 April 1997 bahwa penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio
modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko ATMR atau Capital
Adequacy Ratio CAR yang telah ditetapkan oleh BI. Permodalan yang cukup adalah berkaitan dengan penyediaan modal sendiri yang diperlukan untuk
menutup resiko yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam aktiva-aktiva produktif yang mengandung resiko serta untuk membiayai penanaman dalam
benda tetap dan inventaris. Jika modal rata-rata suatu bank lebih baik dari bank lainnya maka bank yang bersangkutan akan lebih baik solvabilitasnya.
Manurung dan Rahardja, 2004 menjelaskan bahwa CAR yang didasarkan pada standar
Bank for International Settlements BIS adalah 8 persen. Perhitungan CAR sesuai dengan standar BI adalah sebagai berikut
CAR = Jumlah Modal x 100 ....................................................2.1 Jumlah ATMR
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko ATMR merupakan penjumlahan aktiva neraca dan aktiva administrasi. ATMR neraca diperoleh dengan cara
mengalikan nilai nominal aktiva yang bersangkutan dengan bobot resikonya. Sedangkan ATMR administrasi diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal
aktiva rekening administrasi yang bersangkutan dengan bobot resikonya. Pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM Bank bagi
BPR sebesar 8 persen diberi prediket ”sehat” dengan nilai kredit 81, dan untuk setiap kenaikan 0.1 persen dari pemenuhan KPMM sebesar 8 persen nilai kredit
ditambah 1 hingga maksimum 100. Pemenuhan KPMM kurang dari 8 persen sampai dengan 7.9 persen diberi prediket ”kurang sehat” dengan nilai kredit 65
dan untuk setiap penurunan 0.1 persen dari pemenuhan KPMM sebesar 7.9 persen nilai kredit dikurangi 1 dengan minimum 0. KPMM kurang dari 6.5 persen
diberi prediket ”tidak sehat”.
2.4.2. Asset Quality
Penilaian terhadap faktor Kualitas Aktiva Produktif KAP didasarkan pada 2 rasio, yaitu : 1 rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva
produktif KAP dan 2 rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk oleh bank terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib
dibentuk oleh bank PPAP. Apabila
KAP ≥ 22.5 persen diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap
penurunan 0.15 persen mulai dari 22.5 persen nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. PPAP sebesar 0 persen diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap
kenaikan 1 persen dimulai dari 0 nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
2.4.3. Management