kurang sehat, dan 4 nilai kredit 0 sampai dengan kurang dari 51 diberi predikat tidak sehat.
Tabel 4. Faktor-Faktor dan Komponen Penilaian Bank Perkreditan Rakyat serta Bobot Penilaian
Faktor yang Dinilai
Komponen Bobot
Permodalan Rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut
Resiko ATMR 30
Kualitas Aktiva Produktif
a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan aktiva produktif
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produk-tif yang dibentuk terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk
25 5
Manajemen a. Manajemen umum
b. Manajemen resiko 10
10 Rentabilitas
a. Rasio laba terhadap rata-rata volume usaha b. Rasio biaya operasional terhadap pendapat-
an operasional 5
5 Likuiditas
a. Rasio alat likuid terhadap hutang lancar b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima
5 5
Sumber : Kumpulan Ketentuan BPR, Bank Indonesia.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian Zaini 2006 tentang persepsi dan preferensi pengusaha industri kecil terhadap kredit perbankan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
dan pengaruh persepsi dan peferensi pengusaha industri kecil terhadap pemanfaatkan kredit perbankan sebagai sumber modal usaha, serta hubungan
kredit bank yang dimanfaatkan oleh industri kecil dengan jumlah omset dan penyerapan tenaga kerja di Kota Padang Sumatera Barat menunjukkan bahwa
1 persepsi para pengusaha industri kecil di Kota Padang terhadap kredit
perbankan masih kurang baik, karena hanya 42.5 persen yang termasuk dalam klasifikasi baik. Sedangkan preferensi untuk memanfaatkan kredit hanya 40
persen responden termasuk dalam klasifikasi baik, 2 yang berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi pengusaha industri kecil adalah pendidikan formal
dan pendidikan khususdiklatkursus. Sedangkan yang berpengaruh secara
signifikan terhadap preferensi pengusaha industri kecil adalah jumlah omset, 3 dari empat variabel yang diamati hanya preferensi yang berpengaruh secara
signifikan terhadap pemanfaatan kredit oleh pengusaha industri kecil. Kecendrungan atau preferensi pengusaha industri kecil untuk memanfaatkan
kredit adalah 20 persen. Namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok pengusaha yang memanfaatkan kredit dan kelompok pengusaha yang
tidak memanfaatkan kredit mengenai persepsi, persyaratan kredit dan pelayanan bank, dan 4
hubungan kredit bank dengan perkembangan industri kecil di Kota Padang sebagai salah satu pelaku ekonomi kerakyatan
menunjukkan korelasi yang positif. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa semakin banyak industri kecil memanfaatkan kredit bank, maka akan meningkatkan
jumlah omset penjualan dan jumlah tenaga kerja yang diserap akan semakin bertambah.
Hasil penelitian Fitriana 2005 tentang analisis pembiayaan usaha kecil menengah di Kota Solok Propinsi Sumatera Barat menunjukkan bahwa jumlah
kredit hanya berpengaruh secara signifikan terhadap serapan tenaga kerja, dan sebaliknya jumlah kredit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap omset,
teknologi dan kemampuan diversifikasi. Lemahnya efektifitas kredit terhadap kinerja usaha disebabkan karena beberapa faktor seperti: 1 adanya waktu
tunggu yang lama akibat prosedur dan persyaratan administratif kredit rumit dan birokratis, 2 jumlah kredit tidak sesuai dengan kebutuhan, 3 manajemen
pengelolaan kredit masih sangat lemah, sehingga kredit sering disalahgunakan untuk kebutuhan keluarga, 4 lembaga keuangan yang ada masih bersifat
financial intermediary, hubungan yang dibangun belum mengarah pada ’tahap berbagi resiko’ sehingga kontrol dan pembinaan terhadap pengelolaan kredit
pada usaha kecil masih sangat lemah, dan 5 kredit hanyalah merupakan salah
satu bagian dan tidak selalu merupakan bagian yang paling utama dalam meningkatkan kinerja usaha kecil.
Sedangkan penelitian Hendri 2001 dalam Fitriana 2005 tentang kebijakan pengembangan kredit usaha kecil di Kota Padang menunjukkan bahwa
setelah memperoleh kredit, 68 persen responden mengalami peningkatan omset usaha dengan rata-rata peningkatan 18 persen. Sementara 26 persen
responden omsetnya tetap dan 6 persen mengalami penurunan. Thamrin 2002 menganalisis dampak kredit usaha kecil terhadap
penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan pada usaha kecil kasus nasabah BRI Cabang Bogor menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja luar
keluarga sangat besar terjadi pada sektor industri dan perdagangan. Sedangkan untuk penyerapan tenaga kerja dari dalam keluarga antara ketiga
sektor mempunyai nilai rata-rata yang sama yaitu sebanyak 4 orang. Angka ini menunjukkan bahwa sifat usaha pengusaha sampel masih berbasiskan
kekeluargaan. Kredit usaha kecil berperan baik terhadap peningkatan pendapatan pengusaha, terutama pada sektor pertanian. Faktor-faktor yang
berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan adalah besar kredit yang diambil, pengalaman usaha, pendidikan
pekerja, nilai penjualan, umur pekerja, dan pendidikan pemilik usaha. Rachmina 1994 dalam penelitiannya tentang Analisis Permintaan Kredit
pada Industri Kecil di Jawa Barat dan Jawa Tengah menemukan bahwa penyaluran kredit usaha kecil pada usaha industri kecil telah mampu mendorong
pembentukan modal, khususnya pada industri yang sedang menerima kredit. Analisis permintaan terhadap kredit dilakukan melalui dua pendekatan yaitu
pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan langsung dilakukan melalui fungsi permintaan dimana kredit dianggap sebagai barang ekonomi.
Sedangkan pendekatan tidak langsung dilakukan melalui fungsi produksi dimana
kredit dianggap sebagai sumber modal dalam kegiatan produksinya. Faktor- faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan kredit yaitu tingkat bunga,
omset, dan kelompok bank. Semakin tinggi tingkat bunga, maka permintaan terhadap kredit semakin berkurang, sedangkan semakin besar omset maka
permintaan terhadap kredit akan cendrung meningkat, dan permintaan terhadap kredit pada bank pemerintah cendrung lebih besar dibandingkan dengan swasta.
Zeller et al. 2002 melihat pengaruh micro-lending terhadap pengambilan
keputusan penggunaan alokasi lahan rumahtangga petani di Bangladesh. Penelitian ini menggunakan
Heckman two-Step Method, dimana tahap pertama menggunakan probit, dan tahap kedua menggunakan
invers mills ratio. Hasilnya menunjukkan dampak dari kredit pada keputusan alokasi lahan rumah tangga
petani secara signifikan tergantung pada bagaimana akses terhadap kredit diartikan. Secara khusus, sementara
credit limit ditemukan memiliki suatu dampak positif yang signifikan pada jumlah dari lahan yang dialokasikan untuk
varitas unggul, hubungan menjadi tidak signifikan ketika jumlah yang dipinjam dipertimbangkan sebagai suatu ukuran dari akses kredit.
Coleman 2002 menyelidiki dampak dari microfinance di Thailand,
melakukan survey pada desa dengan anggota yang mengikuti program pinjaman untuk kelompok wanita dan desa yang tidak mengikuti program. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa ada suatu dampak positif dari program bank desa pada beberapa ukuran kesejahteraan keluarga. Dampak program bank
desa menunjukkan hasil yang positif dan signifikan terhadap kesejahteraan, tabungan, pendapatan, waktu tenaga kerja, dan produktivitas pembelian pada
rumahtangga yang menjadi pengurus program. Perbedaan dampak antara pengurus dan anggota dapat menjadi hasil dari perbedaan akses terhadap kredit.
Tschach 2003 meneliti tentang pengaruh jangka panjang dari peningkatan kredit skala kecil menunjukkan bahwa kredit skala kecil memiliki
pengaruh tidak langsung pada tingkat output dari nasabah lembaga keuangan mikro, tetapi tidak sebesar manfaat pada pengukuran dari pengaruh pendapatan.
Non-nasabah menderita penurunan pendapatan yang lebih besar daripada peningkatan laba yang dicapai oleh nasabah keuangan mikro. Manfaat utama
dari program keuangan mikro adalah tidak hanya pada usaha kecil itu sendiri, tetapi kepada konsumen dari produk mereka. Kelompok penerima manfaat
kedua adalah tenaga kerja dari sektor informal. Program keuangan mikro melalui penurunan tingkat bunga dapat meningkatkan intensitas modal produksi. Ini
akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan upah informal. Dengan peningkatan tingkat upah tenaga kerja informal, keuangan mikro mempunyai
dampak tidak langsung terhadap pengurangan kemiskinan. Penelitian ini mengungkapkan bahwa perhatian keuangan mikro hanya memberikan
pertumbuhan di sektor non-perdagangan. Pedagang tidak relevan dengan program ini, karena elastisitas tingkat bunga dari permintaan untuk kredit adalah
jauh lebih tinggi di sektor produksi, sektor ini akan paling bermanfaat dari program keuangan mikro. Sektor produksi akan tumbuh lebih besar dibandingkan
dari sektor perdagangan. Doocy
et al. 2005 menguji dampak hasil program keuangan mikro di Ethiopia dalam indikator-indikator sosial ekonomi yang mencakup pendapatan
rumah tangga bulanan, pendapatan rumah tangga per kapita, asset, dan nilai ternak. Kekayaan diduga berdasarkan pada produktivitas asset yang dimiliki.
Survey dilakukan pada dua lokasi bagian besar pedesaan di Selatan Ethiopia yaitu Sodo dan Adama. Studi ini membandingkan tiga kelompok nasabah yang
menerima kredit nasabah yang telah menyelesaikan satu siklus kredit atau kurang, nasabah yang telah berpartisipasi dalam program kurang dari 10 bulan,
dan nasabah yang telah mapan yang telah menyelesaikan dua atau lebih siklus. Hasil studi menunjukkan bahwa rata-rata asset dan nilai ternak antara tiga
kelompok berbeda secara signifikan di Sodo dan Adama. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam perubahan asset antara nasabah berikutnya dan nasabah
yang sudah lama. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada frekuensi dari produktivitas asset penjualan yang ditemukan di tiga kelompok anggota.
Perubahan nilai asset dari waktu ke waktu dinilai untuk menentukan jika anggota program menghasilkan suatu peningkatan yang kontiniu pada kekayaan rumah
tangganya. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada korelasi yang signifikan antara lamanya keikutsertaan pada program dan ukuran perubahan pada nilai
asset menunjukkan bahwa partisipasi program kredit tidak berhubungan dengan peningkatan kekayaan nasabah. Nasabah-nasabah yang mapan memiliki
sumber pendapatan yang lebih daripada pelanggan berikutnya dan kontrol masyarakat. Hasil ini menunjukkan bahwa partisipasi pada program keuangan
mikro memberikan masyarakat dana untuk memperluas bisnis atau memulai usaha kecil lainnya, menghasilkan pada diversifikasi dari sumber pendapatan
dan memperluas resiko dari kesulitan keuangan terhadap suatu peningkatan jumlah usaha kecil. Penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pada pola kepemilikan rumah dan tanah antara tiga kelompok anggota. Nasabah yang mapan memiliki tingkat kepemilikan rumah yang paling
tinggi. Terdapat kemungkinan peningkatan kepemilikan rumah dan lahan dengan partisipasi pada program kredit. Penemuan lainnya dari studi ini menunjukan
management The World Vision Microfinance Affiliate in Ethipia WISDOM
membuat keputusan management untuk memperbaiki jasa-jasa keuangan yang disediakan untuk nasabah. Management membuat usaha-usaha untuk
meningkatkan persentase dari nasabah wanita, meningkatkan jasa tabungan, meningkatkan tingkat penyimpanan, dan meningkatkan diatas target. Kaitan
keputusan management kepada informasi penyelenggara sosial adalah secara jelas kecendrungan dari keuangan mikro.
Karlan dan Nathanael 2006 mengkaji dampak dari keuangan mikro sebagai suatu review dari isu-isu metodologi menyatakan bahwa keuangan mikro
menghasilkan dampak pada usaha nasabah, kesejahteraan nasabah, keluarga nasabah, dan masyarakat. Hasil paling langsung dari partisipasi terhadap
keuangan mikro adalah perubahan pendapatan rumahtangga dan keuntungan usaha. Penerimaan usaha tidak dengan sendirinya dipertimbangkan sebagai
suatu indikator dampak. Nasabah yang dilayani kredit dibutuhkan untuk menghasilkan peningkatan penerimaan diatas pembayaran kredit mereka. Oleh
karena itu, keuntungan usaha adalah ukuran yang lebih disukai dari dampak keuangan dalam usaha. Dampak bisnis lainnya mencakup kepemilikan izin
usaha dan jumlah tenaga kerja. Evaluasi dapat dilakukan untuk menentukan jumlah dari nasabah yang keluar dari kemiskinan, yang dapat dilihat dari kondisi
rumah, asset dan sebagainya. Dampak yang lebih luas dari partisipasi terhadap keuangan mikro meliputi pendidikan dan nutrisi, stok rumah,
empowerment, dan modal sosial. Sedangkan pengaruh produk-produk baru pada lembaga
keuangan mikro itu sendiri dapat diperhatikan aspek-aspek yang meliputi tingkat pengembalian, tingkat tabungan nasabah, pendaftaran nasabah baru, ukuran
kredit rata-rata, savings balances, komposisi profitabilitas dari nasabah. Morris dan Carolyn 2005 meneliti tentang hasil dari suatu dampak tiga
program keuangan mikro di Uganda, yaitu FINCD the Foundation for
International Community Assistance, FOCCAS the Foundation for Credit and Community Assistance dan PRIDE the Promotion of Rural Initiatives and
Development Enterprise dan membagi nasabah program dan kelompok non- nasabah pada tiga tempat, yaitu Kabupaten Desa Mbole, Kampala, dan Kota
Masaha menemukan dampak positif yang besar pada nasabah program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nasabah program mengalami peningkatan dari
produk baru dan jasa-jasa, lokasi perusahaan yang dikembangkan dan diperbaiki
dan pasar, biaya yang berkurang dari pembelian persediaan, dan peningkatan volume penjualan. Dampak di tingkat rumahtangga meliputi penambahan usaha
baru, peningkatan jumlah pengeluaran pada kekayaan yang tahan lama dan input-input pertanian, peningkatan jumlah lahan pertanian yang ditanami, dan
peningkatan dari jumlah pendapatan rumah tangga dari tanaman. Program keuangan mikro membantu rumah tangga nasabah untuk mengurangi
vulnerabilitas keuangan melalui diversifikasi sumber pendapatan dan akumulasi asset.
Simtowe 2006 menganalisis dampak akses kredit pada adopsi jagung hibrida di Malawi antara rumahtangga dengan kendala kredit yang bervariasi.
Data yang digunakan dalam analisis ini dikumpulkan dari International Food
Policy Research Institute IFPRI. Dengan menggunakan pendekatan Elicitation secara langsung, rumahtangga dikelompokkan menjadi rezim terkendala dan
tidak terkendala, diikuti dengan suatu estimasi dari dampak akses kredit untuk dua kategori dari rumahtangga terkendala kredit dan tidak terkendala untuk
perhitungan untuk bias seleksi. Dampak dari akses kredit diduga menggunakan model
Switching Regression pada suatu model Double-Hurdle. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akses kredit meningkatkan adopsi antara rumahtangga
RT terkendala kredit, tapi tidak memiliki pengaruh antara rumahtangga tidak terkendala kredit. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi adopsi antara RT terkendala kredit adalah berbeda dari yang mempengaruhi adopsi anta RT tidak terkendala. Ukuran kepemilikan tanah
memiliki pangaruh-pengaruh yang berlawanan pada adopsi dua regime RT. Implikasi kebijakan adalah bahwa lembaga keuangan mikro sebaiknya
mempertimbangkan untuk menaikkan jasa kredit mereka untuk menjamin bahwa RT lebih banyak menerima manfaat dari Lembaga Keuangan Mikro, dan adopsi
jagung akan tercapai.
Raynor 2003 menganalisis dampak dari masukan modal yang lebih besar terhadap Perkembangan masyarakat
Credit Union dengan mengambil 20 credit union yang telah menerima
core reward dari Community Development Financial Institutions Fund CDFI pada periode 1996 sampai 1999. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penghargaan memiliki suatu tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi daripada kelompok panutan mereka dalam semua wilayah dari
indikator tradisional yang mencakup pertumbuhan asset, pertumbuhan anggota, pertumbuhan share dan tabungan, pertumbuhan kredit, pertumbuhan deposito
non-member, dan keseluruhan kapitalisasi. Ini juga menunjukkan bahwa penghargaan itu sendiri memiliki suatu dampak pada pertumbuhan, tapi tidak
menjadi penyebab utama dari tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi terhadap kelompok panutan. Melainkan, penghargaan mengizinkan organisasi untuk
berkembang dengan membantu memberikan suatu rasio kapitalisasi yang stabil, proyek financial yang baru yang meningkatkan pertumbuhan, dan memberikan
reputasi positif dari credit union. Aryeetey 2005 menganalisis keuangan informal untuk pembangunan
sektor swasta di Sub-Sahara Afrika dengan menyajikan karakteristik dari keuangan informal, memfokuskan pada ukuran, struktur, dan lingkup dari
aktivitas. Hasil analisis menunjukkan bahwa keuangan informal belum membuat sektor swasta tertarik untuk berhubungan dengannya. Namun sektor informal
mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang patut dipertimbangkan untuk berhubungan dengan kredit skala kecil, tetapi ada keterbatasan yang signifikan
terhadap apa yang dapat dipinjamkan untuk pertumbuhan usaha kecil. Kecendrungan dari keuangan mikro di Afrika menunjukkan
performance mereka untuk permodalan usaha kecil belum sepositif di Asia dan Amerika Latin. Penulis
memperkenalkan beberapa langkah-langkah yang mungkin ke arah suatu agenda perubahan yang baru yang akan membuat keuangan mikro informal
berkaitan dengan pembangunan sektor swasta, termasuk yang memusatkan pada kaitan antara keuangan formal, semi-formal dan informal dan bagaimana
kaitan-kaitan ini dikembangkan. Burgess dan Rohini 2003 mengidentifikasi dampak dari pembukaan
suatu bank desa terhadap kemiskinan dan output. Penelitian ini menunjukkan bahwa program pengembangan cabang pedesaan di India secara signifikan
dapat menurunkan kemiskinan di pedesaan dan meningkatkan output non- pertanian. Penemuan ini berhubungan dengan literatur yang lama yang melihat
perubahan stuktural sebagai kunci penggerak pembangunan ekonomi dan pengurangan kemiskinan. Penulis menemukan bahwa ekpansi
branch rural dihubungkan dengan peningkatan pada output sektor sekunder dan tersier,
dengan sektor jasa dan manufaktor informal sebagai kunci manfaat dari ekpansi rural branch. Bank pedesaan meningkatkan tenaga kerja non-pertanian pada
biaya dari tenaga kerja pertanian. Pengencangan dari pasar tenaga kerja pertanian juga direfleksikan pada suatu peningkatan upah tenaga kerja laki-laki
pertanian. Rural bank memberikan masyarakat pedesaan untuk mengakses kredit yang lebih murah daripada kredit sebelumnya.
Olivares 2005 menganalisis komersialisasi keuangan mikro dan peningkatan kelebihan target pada Amerika Latin dengan menggunakan 28
keuangan mikro untuk melaksanakan analisis regresi multiple untuk menguji pernyataan Chriten 2001. Christen 2001 dalam Olivares 2001 menyatakan
bahwa komersialisasi yang dicirikan oleh profitabilitas, kompetisi, dan regulasi tidak memiliki pengaruh pada perbedaan ukuran kredit antara keuangan mikro
yang formal dan informal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tipe institusi tidak memiliki pengaruh terhadap ukuran kredit. Umur dari lembaga dalam
menduga ukuran kredit berlawanan dengan yang ditunjukkan Christen. Kompetisi yang lebih besar pada pasar keuangan mikro akan menghasilkan ukuran kredit
yang lebih besar, ini menunjukkan bahwa institusi mungkin mencapai nasabah yang lebih menguntungkan. Akhirnya tanda dari koefisien sustainabilitas ROA
menunjukkan suatu kepercayaan lama pada keuangan mikro bahwa ada suatu trade-off antara profitabilitas dan peningkatan dari kelebihan target.
Beda penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini menganalisis BPR secara keseluruhan atau komprehensif. Analisis penelitian
tidak hanya pada kinerja BPR karena adanya pembinaan, tetapi juga menganalisis dampak BPR tersebut terhadap kinerja usaha kecil.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Dampak Kredit terhadap Kinerja Usaha Kecil.
David 1999 menyatakan analisis yang paling umum dari program kredit adalah perbandingan dari input-input usaha, produksi, dan produktifitas sebelum
dan sesudah meminjam atau antara peminjam dan bukan peminjam. Sehingga model ekonometrik untuk melihat dampak kredit dapat dibagi menjadi fungsi
produksi, fungsi permintaan input, dan fungsi gap efisiensi. Sedangkan Coleman 2002 menyatakan bahwa penelitian tentang dampak kredit dengan melihat
beberapa aspek antara lain 1 aspek asset fisik, 2 tabungan, hutang, dan pinjaman, 3 aspek produksi, penjualan, pembelian dan waktu kerja, dan 4
aspek pendidikan dan kesehatan. Audretsch
et al. 2005 menyatakan bahwa kinerja perekonomian mengacu pada dimensi produktifitas yang diukur berdasarkan indikator
produktifitas tenaga kerja dan produktifitas modal kapital. Dalam model yang lengkap dinyatakan bahwa produktifitas dipengaruhi oleh dimensi pengetahuan
knowledge dan kewirausahaan enterpreneuship. Sedangkan menurut Yonggui
et al. 2002 menyatakan pencapaian pertumbuhan ekonomi industri kecil dan menengah antara lain dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yang
berhubungan dengan sifat kewirausahaan tim top manajemen dan karakteristik perusahaan serta faktor-faktor eksternal. General manajer atau pemilik dan rata-
rata umur tim top manajemen secara signifikan berpengaruh negatif terhadap prestasi pertumbuhan usaha kecil, sedangkan tingkat pendidikan pemilik
berpengaruh positif. Begitu juga dengan sebagian faktor karakteristik perusahaan, seperti: ukuran perusahaan, jumlah karyawan trampil yang lebih
muda dan umur suatu perusahaan berpengaruh positif.