Perumusan Masalah PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.2. Perumusan Masalah

BPR di Sumatera Barat selama ini masih menghadapi berbagai masalah dalam melakukan kegiatan usahanya. Masalah-masalah tersebut antara lain adalah: 1 rendahnya kualitas Sumberdaya Manusia SDM yang dimiliki, 2 terbatasnya kemampuan dalam menghimpun dana pihak ketiga dan tingginya tingkat persaingan dengan bank umum, 3 tingkat bunga kredit yang tinggi sehingga tidak dapat mengimbangi bank umum yang mempunyai segmen pasar yang sama dengan BPR, 4 keterbatasan modal dan teknologi informasi yang belum memadai, dan 5 belum berfungsinya kelembagaan pendukung BPR sebagai penyangga dana likuiditas BPR dalam rangka menciptakan efisiensi kegiatan operasional dan meningkatkan kapasitas BPR Luthan, 2006 . Permasalahan utama yang dihadapi BPR di Sumatera Barat yaitu belum sepenuhnya berfungsi lembaga pendukung industri BPR dalam rangka menciptakan efisiensi kegiatan operasional dan meningkatkan kapasitas BPR untuk mencari sumber-sumber pendanaan yang murah serta memperluas jaringan. Untuk mengatasi masalah yang dihadapi BPR dan untuk meningkatkan perkembangan BPR di Sumatera Barat, Bank Nagari telah melakukan pembinaan kepada beberapa BPR yang ada di Sumatera Barat. Kegiatan pembinaan dilakukan oleh Bank Nagari pada awalnya kepada Lumbung Pitih Nagari LPN sejak tahun 1978, dan seiring dengan perubahan nama LPN menjadi BPR-LPN maka Bank Nagari juga melakukan pembinaan kepada BPR- LPN yang sekarang disebut BPR. Peranan Bank Nagari dalam pengembangan BPR juga diatur dalam Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 15 Tahun 1992 tentang Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat, yaitu Bab V pasal 6 ayat 3 tentang Tugas dan Usaha: ” Sebagai alat kelengkapan otonomi Daerah, Bank mempunyai tugas antara lain, ikut serta membina dan mengembangkan Bank Perkreditan Rakyat yang dibina dan dimiliki oleh Pemerintah Daerah”. Pembinaan terhadap BPR juga didukung oleh tugas pokok Bank Nagari sebagai Bank Pembangunan Daerah yang bertugas untuk membantu atau mendorong pembangunan daerah di segala bidang dan menambah sumber pendapatan daerah serta menunjang pengembangan dunia usaha dan pertumbuhan ekonomi dengan tujuan mempertinggi taraf hidup rakyat. Untuk melaksanakan tugas tersebut, kegiatan Bank Nagari meliputi kegiatan pengerahan dana, perkreditan, pemegang kas daerah, dan pembinaan kepada LPN atau BPR. Kegiatan pembinaan kepada BPR terutama bertujuan untuk membantu pembentukan BPR dan operasional BPR karena kendala-kendala yang dihadapi BPR. Pembinaan yang telah dilakukan Bank Nagari kepada BPR binaannya selama ini dalam bentuk antara lain pendirian BPR baru, penyertaan modal kepada BPR, pelatihan kepada karyawan BPR, pengawasan dan monitoring. Dengan adanya pembinaan tersebut, diharapkan BPR akan memiliki kinerja dan manajemen yang lebih baik. Untuk itu perlu dilihat sejauhmana pembinaan yang telah dilakukan oleh Bank Nagari kepada BPR binaannya selama ini? BPR yang telah tergabung dalam binaan Bank Nagari sampai tahun 2005 berjumlah 45 unit yang tersebar pada wilayah kecamatan di Kabupaten atau Kota di Sumatera Barat. Perkembangan BPR binaan Bank Nagari dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3 terlihat bahwa secara keseluruhan terjadi peningkatan volume neraca, jumlah tabungan, deposito dan kredit yang diberikan setiap tahunnya. Namun pada tahun 2005 persentase peningkatan perkembangan BPR binaan Bank Nagari mengalami penurunan. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2004 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan komposisi kredit yang diberikan menurut sektor ekonomi per Juli 2006 adalah sektor pertanian sebesar 14.18 persen, perdagangan sebesar 46.51 persen, perindustrian sebesar 1.5 persen, jasa-jasa sebesar 11.33 persen, dan lainnya sebesar 25.11 persen Bank Nagari, 2006. Tabel 3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Binaan Bank Nagari Tahun 2001 – 2005 No. Keterangan Posisi miliar rupiah 2001 2002 2003 2004 2005 1. Asset 64.806 98.828 52.50 128.15 29.67 222.19 73.38 265.499 19.49 2. Tabungan 34.377 46.408 35.00 51.298 10.54 94.506 84.23 108.19 14.48 3. Deposito 9.191 20.611 124.25 36.37 76.46 63.451 74.46 70.162 10.58 4. Kredit yg diberikan 43.205 65.819 52.34 96.618 46.79 152.63 57.97 187.362 22.75 Sumber : Bank Nagari, Company Profile BPR Binaan Bank Nagari, 2006 Keterangan: ……. = Persentase pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya Terjadinya peningkatan kinerja BPR binaan beberapa tahun terakhir mengindikasikan organisasi BPR binaan telah cukup baik. Namun demikian, kinerja BPR binaan Bank Nagari belum bisa dikatakan lebih baik dibandingkan dengan kinerja BPR non-binaan Bank Nagari. Untuk itu perlu diidentifikasi apakah BPR binaan Bank Nagari memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan BPR non-binaan, faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja tersebut? Peningkatan kinerja BPR diharapkan akan mampu memberikan pelayanan yang lebih baik kepada usaha kecil. Permodalan yang lebih baik diharapkan akan meningkatkan kinerja dari usaha kecil. Peningkatan kinerja usaha kecil dapat dilihat dari segi ekonomi dalam hal peningkatan input yang digunakan, omset penjualan, keuntungan, dan jumlah asset yang dimiliki. Namun saat ini share BPR dalam membiayai usaha kecil masih relatif rendah. Berdasarkan komposisi kredit yang diberikan menurut kelompok bank di Sumatera Barat tahun 2004, terlihat porsi kredit yang disalurkan oleh BPR hanya 1.82 persen dari total kredit yang disalurkan oleh sektor perbankan yang ada di Sumatera Barat dan dari total kredit usaha kecil yang disalurkan perbankan di Sumatera Barat hanya 7.62 persen yang disalurkan oleh BPR Bank Indonesia, 2006c. Sedangkan dari sisi usaha kecil sendiri menunjukkan masih banyak usaha kecil yang menggunakan modal sendiri dan memiliki minat yang rendah untuk akses kepada BPR, sementara usaha kecil itu sendiri membutuhkan tambahan modal. Sebanyak 60 persen dari permodalan UKM di Sumatera Barat bersumber dari modal sendiri, dan 20 persen permodalan tersebut berasal dari keuangan keluarga yang digabungkan sehingga banyak UKM yang berbentuk usaha bersama anggota keluarga. UKM di Sumatera Barat diperkirakan baru sekitar 14 persen yang mengakses perbankan sebagai satu sumber permodalan. Dari kondisi tersebut maka perlu mengkaji bagaimana dampak BPR binaan Bank Nagari terhadap peningkatan kinerja usaha kecil di Sumatera Barat?

1.3. Tujuan Penelitian