Pengukuran Elastisitas Definisi Operasional

besarnya nilai koefisien determinasi R 2 dan nilai uji-F. Koefisien determinasi berguna untuk mengetahui berapa besar proporsi keragaman peubah endogen yang dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelasnya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh peubah lain yang tidak dimasukkan dalam model. Jika koefisien determinasi semakin tinggi,maka semakin baik karena besar keragaman dari peubah endogen yang dapat dijelaskan oleh peubah penjelas yang masuk dalam model. Nilai uji-F mengetahui nyata tidaknya peranan peubah penjelas secara bersama-sama terhadap peubah endogen.

4.4.5.3. Pengukuran Elastisitas

Untuk mengetahui derajat kepekaan respon peubah endogen terhadap peubah-peubah penjelas maka digunakan nilai elastisitas. Rumus untuk menduga nilai elastisitas adalah : ˆ Y X a E j XY = dimana : E XY = Elastisitas peubah endogen Y terhadap peubah penjelas X X = Nilai rata-rata peubah penjelas X ke- j Y = Nilai rata-rata peubah endogen Y j aˆ = Parameter dugaan peubah penjelas ke-j Jika E XY lebih besar dari satu berarti peubah endogen Y responsif terhadap peubah eksogen X j . Jika E XY lebih kecil dari satu berarti peubah endogen Y tidak responsif terhadap peubah ekogen X j . = Variabel endogen = Variabel eksogen Gambar 4. Model Ekonometrik Dampak Bank Perkreditan Rakyat Terhadap Kinerja Usaha Kecil Besar Kredit Tenaga kerja Luar Keluarga Nilai Omset Penjualan Nilai Asset Tenaga Kerja Dalam Keluarga Tenaga Kerja Total Nilai Keuntungan Lama Kredit Besar Bunga Dummy BPKB motor Dummy BPKB Mobil Dummy sert tanah D lbh dr satu jaminan Pengalaman Usaha Pendidikan Pemilik Usaha Jumlah agt keluarga Biaya Usaha Dummy BPR Dummy Sektor Perdagangan Dummy Sektor Pertanian Untuk mengetahui derajat kepekaan respon peubah endogen terhadap peubah- peubah penjelas maka digunakan nilai elastisitas. Rumus untuk menduga nilai elastisitas adalah : ˆ Y X a E j XY = dimana : E XY = Elastisitas peubah endogen Y terhadap peubah penjelas X X = Nilai rata-rata peubah penjelas X ke- j Y = Nilai rata-rata peubah endogen Y j aˆ = Parameter dugaan peubah penjelas ke-j Jika E XY lebih besar dari satu berarti peubah endogen Y responsif terhadap peubah eksogen Xj. Jika E XY lebih kecil dari satu berarti peubah endogen Y tidak responsif terhadap peubah ekogen Xj.

V. PEMBINAAN BANK NAGARI TERHADAP BANK PERKREDITAN

RAKYAT DI SUMATERA BARAT 5.1. Sejarah Singkat Lumbung Pitih Nagari Lembaga keuangan non formal yang bergerak dibidang simpan pinjam telah ada jauh sebelum lembaga keuangan formal masuk ke nagari dan kecamatan yang ada di Sumatera Barat. Lembaga keuangan ini disebut Lumbung Pitih Nagari LPN. LPN bergerak berdasarkan nilai-nilai luhur yang dianut dalam kebudayaan minang kabau yang bersifat kekeluargaan atau gotong royong. Kegiatan LPN ini sempat terhenti pada zaman pendudukan Jepang dan revolusi fisik, karena keadaan ekonomi dan kondisi politik dan keamanan. Dalam rangka pengembangan perekonomian masyarakat terutama di pedesaan, Pemerintah Daerah Sumatera Barat sejak tahun 1978 telah mensponsori pendirian LPN secara bertahap dengan rata-rata 10 LPN setiap tahun yang tersebar di berbagai daerah tingkat II. Sebagai modal awal untuk setiap LPN disediakan dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tingkat I sebesar Rp. 500.000,- dimana modal tersebut akan dikembalikan kembali sebesar Rp. 475.000,- dalam jangka waktu 3 tahun. Pendirian masing-masing LPN ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. I Sumatera Barat, dan pada tahun 1982 dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Perda Nomor 1 Tahun 1982 tentang LPN. Perda tersebut menetapkan bahwa pengembangan LPN dilaksanakan oleh Badan Pembina Tingkat I, Tingkat II dan kecamatan, serta pembinaan teknis administratif oleh Bank Pembangunan Daerah BPD Sumatera Barat. Jumlah LPN yang telah didirikan berjumlah sebanyak 592 unit, yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota di Sumatera Barat. Sesuai dengan perkembangan kebijaksanaan pemerintah dimana Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan LDKP