1 Pendahuluan Tahap ini membedakan STS dengan pendekatan pembelajaran yang lainnya.
Pada tahap ini dikemukakan isu atau masalah yang ada di masyarakat. Siswa diharapkan dapat menggali masalah sendiri. Jika guru tidak mendapatkan
tanggapan dari siswa maka masalah dapat saja dikemukakan oleh guru. Guru memfasilitasi siswa untuk lebih mendalami permasalahan. Dalam tahap ini
guru melakukan apersepsi berdasarkan kenyataan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat juga melakukan eksplorasi melalui
pemberian tugas untuk melakukan kegiatan di luar kelas secara berkelompok. Pengungkapan masalah pada awal pembelajaran memungkinkan siswa
mengkonstruksi pengetahuannya sejak awal. Selanjutnya konstruksi pengetahuan ini akan terus dibangun dan dikokohkan pada tahap
pembentukan dan pemantapan konsep. 2 Pembentukan konsep
Guru dapat melakukan berbagai metode pembelajaran misalnya demonstrasi, diskusi, bermain peran, dan sebagainya pada tahap pembentukan konsep.
Pendekatan STS juga memungkinkan diterapkannya berbagai pendekatan seperti pendekatan keterampilan proses, pendekatan sejarah, pendekatan
kecakapan hidup, dan pendekatan lainnya. Selama melakukan berbagai aktivitas pada tahap pembentukan konsep, siswa diharapkan mengalami
perubahan konsep menuju arah yang benar sampai pada akhirnya konsep yang dimiliki sesuai dengan konsep para ilmuwan. Pada akhir tahap
pembentukan konsep, siswa telah dapat memahami apakah analisis terhadap masalah yang disampaikan di awal pembelajaran telah sesuai dengan konsep
para ilmuwan. 3 Aplikasi Konsep
Berbekal pemahaman konsep yang benar siswa diharapkan dapat menganalis konsep dan menemukan penyelesaian masalah yang benar. Konsep-konsep
yang telah dipahami siswa dapat menggunakan produk teknologi listrik dengan benar karena menyadari bahwa produk-produk listrik tersebut
berpotensi menimbulkan kebakaran atau bahaya yang lain, misalnya bahaya
akibat terjadinya hubungan arus pendek. Contoh yang lain, siswa menjadi hemat dalam menggunakan berbagai sumber energi di kehidupan sehari-hari
setelah mengetahui terbatasnya energi saat ini. 4 Pemantapan konsep
Guru melakukan pelurusan terhadap konsepsi siswa yang keliru pada tahap pemantapan konsep. Pemantapan konsep ini penting untuk dilakukan
mengingat sangat besar kemungkinan guru tidak menyadari adanya kesalahan konsepsi pada tahap pembelajran sebelumnya. Pemantapan konsep penting
sebab mempengaruhi retensi materi siswa. 5 Penilaian
Kegiatan penilaian dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan belajar dan hasil belajar yang telah diperoleh siswa. Berbagai kegiatan penilaian
dapat dilakukan mengingat beragamnya hasil belajar yang diperoleh siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan STS.
Tahapan pendekatan STS dapat dilihat pada Tabel 2.1
21
Tabel 2.1 Tahapan Pendekatan STS
21
Zulfiani, op.cit., h.129.
Tahap Keterangan
Invitasi - Guru mengajak siswa untuk
mengungkapkan hal yang ingin diketahui dari fenomena alam yang terkait dengan
isu sosial. - Siswa dibangkitkan untuk mengajukan
pertanyaan. - Guru memformulasikan persepsi siswa
dengan tujuan pembelajaran Eksplorasi dan
Pembentukan Konsep Awal
- Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan aktivitas dalam memecahkan
masalah.
2. Pendekatan Science, Environment, Technology, and Society SETS
a. Konsep Pendekatan SETS Para pendidik atau praktisi pendidik mengemukakan, yakni Science,
Technology, Society STS yang diterjemahkan Sains Teknologi Masyarakat, Scienc, Environment, Technology SET dan Science, Environment, Technology,
and Society SETS yang disingkat dengan Salingtemas yang pada intinya sebenarnya sama saja, karena istilah sains, teknologi, masyarakat STM yang
dipentingkan adalah kaitan antara sains dan teknologi serta manfaatnya bagi masyarakat. Sedangkan istilah lingkungan pasti terkait dalam istilah tersebut,
tetapi yang merasakan dampak teknologi terhadap lingkungan adalah manusia atau masyarakat.
22
Istilah Sains Teknologi Masyarakat diterjemahkan dari bahasa inggris “Science, Technology, Society STS”, yaitu pada awalnya dikemukakan oleh
John Ziman dalam bukunya Teaching and Learning about Science and Society. Pembelajaran Science Technology Society berarti menggunkan teknologi sebagai
penghubung antara sains dan masyarakat.
23
Pendekatan SETS adalah pendekatan pembelajaran yang menerapkan konsep belajar yang mengaitkan materi yang diajarkan oleh guru dengan situasi dunia
22
Poedjiadi. op. cit. h.115
23
Ibid., h. 99.
- Siswa diajak berpendapat, mencari informasi, bereksperimen, mengobservasi,
mengumpulkan dan menganalisis data, hingga merumuskan kesimpulan.
Pemantapan Konsep dan Aplikasi
- Peran guru dominan, guru mengelaborasi hasil kegiatan siswa.
- Mengkomunikasikan informasi,
ide, konsep, dan penjelasan baru,
nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
24
Keterkaitan antar unsur SETS dan STS itu menandai bahwa masing-masing unsur itu saling mempengaruhi dalam proses perkembangannya masing-masing.
Kesalingketerkaitan antar unsur SETS dapat dijelaskan pada perkembangan teknologi dan perkembangan sains sejak abad ke
– 17 hingga sekarang menunjukan bahwa teknologi merupakan pemicu perembangan sains, dan begitu
pula perkembangan sains berdampak terciptanya kemajuan teknologi. Kaitan antara teknologi dengan masyarakat yakni teknologi lahir oleh adanya kebutuhan
masyarakat. Sedangkan kaitan antara sains dengan masyarakat merupakan komponen yang dapat membantu meningkatkan kesiapan pengetahuan masyarakat
tentang produk teknologi. Dapat disimpulkan bahwa sains yang telah dipahami peranannya dalam kehidupan masyarakat mampu meningkatkan kepedulian
masyarakat terhadap lingkungannya.
25
Beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat dikatakan bahwa pendekatan SETS merupakan suatu pembelajaran yang mengangkat permasalahan
dunia nyata yang ditemui siswa di masyarakat yang berdampak pada lingkungan ke dalam pembelajaran dan mengaitkannya dengan konsep-konsep sains yang ada.
b. Tujuan dan Karakteristik Pendekatan SETS Tujuan utama pendidikan dengan pendekatan dengan pendekatan SETS adalah
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara dan warga masyarakat yang memiliki suatu kemampuan dan kesadaran untuk menyelidiki, menganalisis,
memahami dan menerapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip serta proses sains dan teknologi pada situasi nyata, melakukan perubahan, bertanggung jawab
terhadap pengambilan keputusan dan tindakannya, mempersiapkan peserta didik untuk menggunakan sains bagi pengembangan hidup, mengikuti perkembangan
dunia teknologi. Pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS memiliki sejumlah ciri atau
karakteristik yang perlu dipahami di dalam penerapan pembelajaran, sesuai
24
Zulfiani, op.cit, h.125
25
Poedjiadi. op. cit. h.63-65
dengan fokus pembelajarannya pada saat itu diantaranya : tetap memberi pengajaran dan pembelajaran sains, peserta didik dibawa ke situasi untuk
memanfaatkan konsep sains ke bentuk teknologi, peserta didik dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk teknologi untuk kepentingan
masyarakat.
c. Penerapan Pendekatan SETS Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan pembelajaran
dengan menerapkan visi SETS menjanjikan kualitas pembelajaran yang lebih baik, tetapi pembelajaran bervisi SETS juga mengandung beberapa resiko.
Model ini disusun untuk mengoptimalkan hasil pembelajaran bervisi SETS dan meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
Salah satu alternatif pembelajaran bervisi SETS secara garis besar mengikuti tahap-tahap pelaksanaan sebagai berikut :
26
1. Inisiasi : pendahuluan pembelajaran SETS dengan mengangkat dan mendiskusikan isu atau masalah. Pada tahap ini, guru mengangkat isu atau
masalah yang ada dalam kehidupan peserta didik sehari-hari, atau yang hangat di media koran, TV, dan lain-lain. Isu atau masalah yang diangkat
dapat berasal dari peserta didik. Setelah pemilihan isu, dilakukan penggalian cara pandang dan pemahaman peserta didik terhadap isu atau
masalah tersebut. Untuk melangkah ke tahap berikut, guru bersama-sama peserta didik merumuskan masalah, atau menegaskan batas-batas tpik isu
tersebut untuk mengarahkan perhatian yang memusat pada isu yang jelas . pembatasan ini akan memperjelas kompetisi sains apa yang diperlukan
untuk memahami atau memecahkan masalah. 2. Penetapan Kompetensi Sains : mengumpulkan kompetensi sains yang
diperlukan untuk lebih memahami dan memecahkan masalag yang dihadapi. Guru mengkaji standar kompetensi dan kompetensi yang terkait
dengan isu yang diangkat. Seperti dijelaskan pada ragam pendekatan SETS,
26
Pusat Kurikulum Balitbang Diknas, Kurikulum Visi SETS, Model Kurikulum Pendidikan yang menerapkan Visi SETS Jakarta : Depdiknas, 2007, onine, Litbang.kemendikbud.go.idmodel-
kurikulum-satuan-pendidikan, diakses 07 Mei 2015, 17:30, h.20.
kompetensi dasar yang relevan dapat berasal dari satu bab, atau lintas bab, atau bahkan lintas mata pelajaran. Dari kajian ini, dikumpulkan kompetensi
dasar sains dan non-sains yang diperlukan untuk lebih memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi. Jika guru sebenarnya telah
mempersiapkan topik yang akan diangkat sebelum tahap inisiasi, maka guru dapat mengetahui target kompetensi sains sebelum pertemuan inisiasi
di atas. 3. Dekontekstualisasi : pemisahan konsep dan prinsip sains yang perlu
dicapai kompetensinya dari konteks isu atau masalah yang diangkat. Pada tahap ini, peserta didik perlu dipersiapkan untuk menghadapi tahap
sesudahnya yaitu pembelajaran konsep dan prinsip sains, yang dalam kasus-kasus tertentu akan merupakan tahap yang memiliki learning curve
yang tajam. Tahap penyiapan peserta didik ini disebut dekontekstualisasi, karena peserta didik perlu dipersiapkan agar fokus pada pembelajaran
konsep dan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai, tanpa terganggu oleh konteks, isu, atau masalah yang diangkat.
4. Pembelajaran konsep dan prinsip sains : pemantapan penguasaan konsep dan prinsip sains, melalui metode pembelajaran yang sesuai. Pada tahap ini
terjadi pembeajaran konsep dan prinsip sains pembelajaran bidang-bidang lain yang relevan, jika pembelajaran bervisi SETS digunakan untuk lintas
mata pelajaran. Pada tahap ini, diperlukan sarana untuk memastikan bahwa peserta didik memahami dan diharapkan mampu menerapkan
konsep dan prinsip yang mewakili kompetensi dasar dalam standar isi. Pengujian penguasaan peserta didik dapat pula dilakukan lewat pengamatan
guru terhadap tahap sesudah ini tahap menerapkan prinsip dan konsep untuk memecahkan atau memahami masalah, dengan landasan keilmuan
yang lebih kuat. 5. Penerapan : menerapkan konsep dan prinsip sains pada isu atau masalah :
pada tahap ini, guru dan peserta didik secara bersama menerapkan konsep dan prinsip sains pada isu atau masalah yang diangkat. Guru perlu menahan
diri untuk tidak terlalu cepat membantu peserta didik menerapkan apa yang
baru dipelajarinya pada isu tersebut. Guru sejauh mungkin hanya memfasilitasi usaha peserta didik untuk memahami atau memecahkan
masalah yang dihadapi bersama. 6. Integrasi : membangun keterkaitan antar konsep dan prinsip sains, serta
antar konsepprinsip tersebut dengan spektrum terapannya dalam kehidupan. Tahap penerapan dilanjutkan dengan usaha membangun
keterkaitan antar konsep dan prinsip sains yang diajarkan. Wawasan terapan yang diperoleh pada tahap sebelumnya akan memperkaya cara
pandang terhadap keterkaitan antar konsep dan prinsip tersebut. Wawasan tersebut juga akan memberi gambaran keterkitan yang jelas antara konsep
atau prinsip sains dengan spektrum terapannya dalam kehidupan. 7. Perangkuman : merangkum kompetensi yang seharusnya telah dimiliki
peserta didik, termasuk kemampuan menerapkannya pada kasus tertentu. Akhirnya, guru atau peserta didik dapat merangkum hasil pembelajaran
bervisi SETS yang telah dilakukan. Lewat tahap perangkuman ini, ditegaskan berbagai kompetensi dasar yang telah dimiliki peserta didik, dan
wawasan terapan yang telah dimiliki. Tahap ini harus dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kepercayaan diri peserta didik dalam mempelajari
sesuatu yang baru, dan dalam memecahkan atau memahami masalah yang relevan dengan kehidupannya.
Alternatif lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran SETS adalah dengan menggunakan metode siklus. Siklus pembelajaran bervisi SETS dapat dilakuakan
kegiatan yang terdiri atas lima tahap kegiatan untuk setiap pokok bahasan atau kompetensi dasar, siklus pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 2.2 :
27
27
Ibid h.23.
Gambar 2.2 Metode Siklus SETS
1. Tantangan Challenge Tahapan tantangan merupakan proses untuk melihat permasalahan lingkungan
yang terkait dengan materi yang dibahas dan tujua pencapaian kompetensi dasar sesuai dengan indikator yang ditetapkan. Pada bagian ini peserta didik
diminta untuk membaca sinopsis yang membawa mereka pada tujuan dari siklus kegiatan tersebut. Diakhir sinopsis ini ada beberapa pertanyaan yang
harus dijawab peserta pada lembar kegiatan pemikiran awal initial Thoughts. 2. Jawaban awal Initial Thoughts
Tahap ini merupakan jawaban atas permasalahan yang diberikan dalam tahap tantangan Challenge. Jawaban merupakan hasil pemikiran individual peserta
didik dari pengetahuannya sendiri, yang tergantung pada keluasan dan kedalaman pengetahuan dan pengalaman peserta dalam kegiatannya sehari-hari
dan pandangan peserta didik ke depan. 3. Sumber Resources
Tahap ini peserta didik diuji berpikir kritisnya dan ketrampilan membacanya, dengan membaca sumber-sumber yang diberikan yang terkait langsung dengan
masalah yang diberikan pada tahap tantangan Challenge atau hanya sebagai pendukung yang dapat membawa peserta didik pada pemikiran-pemikiran baru
untuk menjawab masalah-masalah pada tahap pertama. Pada kegiatan ini peserta diberikan dua macam sumber. Pertama berupa bahan bacaan yang
Tantangan
Jawaban awal
Sumber informasi
Revisi jawaban
Kerja kelompok
diperoleh dari berbagai sumber, baik melalui CD SPM, maupun dari internet. Kedua berupa dialog langsung dengan guru fasilitator.
4. Revisi jawaban Revisised thinking Tahap ini masih merupakan kerja individual peserta didik yang merupakan
respon atas sumber-sumber yang diperoleh dari tahap ketiga, baik dari sumber tertulis maupun dialog interaktif dengan guru atau fasilitator. Pada tahap ini
peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki hasil pemikiran awalnya pada tahap kedua. Pada tahap ini peserta didik diuji tingkat keterbukaan
berpikirnya dengan mempertimbangkan masukan informasi tertulis, guru atau fasilitator.
5. Kerja kelompok Group work Peserta didik diminta dalam kelompoknya untuk membandingkan hasil-hasil
pemikirannya, dengan pemikiran kelompok. Dan diharapkan terdapat kesepakatan yang diwujudkan dalam hasil pemikiran kelompok untuk
menjawab permasalahan dalam tahap tantangan Challenge. Hasil pemikiran kelompok ini selain dituliskan pada lembar kegiatan sendiri, juga diminta
untuk dituliskan dalam kertas post it untuk ditempel pada bidang tempel yang telah disediakan. Kemudian setiap kelompok melakukan perbandingan antar
pemikiran kelompok Gallery Walk dengan membaca hasil pemikiran kelompok lain. Fasilitator akan memberi kesempatan pada peserta didik untuk
menuliskan dan menyampaikan hasil pemikiran seluruh kelompok jika dapat dilakukan, atau membuat daftar keragaman berpikir kelompok sebagai hasil
dari siklus kegiatan hari itu. 3.
Pengertian Science Technologi Engineering and Mathematics STEM
STEM kontemporer berasal dari tahun 1990-an di National Science Foundation NSF sebagai akronim untuk ilmu pengetahuan, teknologi, teknik,
dan matematika.
28
Istilah STEM awal sekali bermula pada tahun ini. Pada waktu itu, kantor NSF National Science Foundation Amerika Serikat, menggunakan
istilah “SMET” sebagai singkatan untuk “Science, Mathematics, Engineering,
28
Rodger W. Bybee. The Case for STEM Education. NSTA press : 2013 , h.1.
dan Technology”. Namun seorang pegawai NSF tersebut melaporkan bahwa
“SMET” hampir berbunyi seperti “smut” dalam pengucapannya, sehingga diganti dengan Science, Technology, Engineering, and Mathematics STEM. Jadi dalam
konteks Indonesia, STEM merujuk kepada empat bidang ilmu pengetahuan, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika.
29
Pendidikan STEM adalah sebuah pendekatan untuk mengajar dan belajar yang mengintegrasikan konten dan keterampilan ilmu pengetahuan, teknologi,
teknik, dan matematika.
30
Pendidikan STEM juga dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan pengajaran dan pembelajaran antara dua atau lebih dalam
komponen STEM atau antara satu komponen STEM dengan disiplin ilmu lain.
31
Pengajaran dan pembelajaran STEM pelajar bekerja secara kolaboratif, terlibat dalam penyelesaian masalah, mendesign penyelidikan dan menilainya,
serta membuat aktivitas inkuiri dan refleksi.
32
a. Tujuan STEM Tujuan pendekatan STEM dalam pembelajaran, diantaranya :
33
1. Mengidentifikasi, menganalisis, dan mensintesis ilmu yang tepat, teknologi, teknik, dan Informasi matematika teks, visual, audio, dll.
2. Merapkan sesuai domain-spesifik kosakata ketika berkomunikasi ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, dan konten matematika.
3. Terlibat dalam membaca kritis dan menulis informasi teknis. 4. Evaluasi dan mengintegrasikan berbagai sumber informasi misalnya:
kuantitatif data, video dan multimedia disajikan dalam format yang beragam.
5. Mengembangkan pendapat berbasis bukti atau argumen. 6. Berkomunikasi secara efektif dan tepat dengan orang lain.
29
Muhammad Syukri,Silia halim, Subahan. Pendidikan STEM dalam Entrepreneurial Science thinking “EscIT”, Aceh Development International Conference 2013, 26-28 maret 2013. h. 105..
30
The Maryland Board of Education, Draft April 2012 Jurnal, tersedia online www.marylandpublicschools.orgMarylandStateSTEMStandardsofPractice_.pdf, diakses pada
14032015 , 10:06 h.1.
31
Muhammad Syukri, op.cit., h. 106.
32
Lilia halim, Mencetus semula minat terhadap sains dan matematik melalui pendidikan STEM, materi presentasi pada kolokium pendidikan sains dan matematik, UM 12-13 September 2012. h.6.
33
Maryland state board of education, op.cit., h. 3.
b. Langkah –langkah STEM
34
1. Langkah Pengamatan Observe Langkah pengamatan ini, pelajar diminta untuk melakukan pengamatan
terhadap berbagai fenomena yang terdapat dalam lingkungan kehidupan sehari- hari yang mempunyai kaitan dengan konsep sains yang sedang diajarkan.
Sebagai contoh, misalkan guru ingin mengajarkan topik energi, maka pelajar diminta untuk mencari informasi sebanyak mungkin mengenai energi. Mulai
dari apa itu energi, alat-alat kehidupan yang menggunakan sumber energi dan lain sebagainya.
2. Langkah Ide baru New idea Pelajar mengamati dan memperoleh informasi mengenai berbagai fenomena
atau produk yang berhubungan dengan topik sains yang dibahas, seterusnya pelajar melaksanakan langkah ide baru. Pelajar mencari informasi dan produk
yang berhubungan dengan energi, selanjutnya dari ide atau produk yang sudah ada pelajar diminta mencari dan memikirkan satu ide baru yang berbeda. Baik
itu dari aspek fungsinya, teknologi, maupun cara kerjanya. Untuk dapat menemukan suatu ide yang baru, pelajar pada langkah ini memerlukan
kemahiran dalam menganalisis dan berfikir keras. 3. Langkah Inovasi Innovation
Langkah inovasi ini, pelajar diminta untuk menguraikan hal-hal apa saja yang harus dilakukan agar ide yang telah dihasilkan pada langkah ide baru
sebelumnya dapat diaplikasikan. 4. Langkah Kreasi Creativity
Langkah ini merupakan pelaksanaan semua saran dan pandangan hasil diskusi mengenai ide sesuatu produk baru yang ingin diaplikasikan.
34
Muhammad syukri, op.cit.., h. 107.
5. Langkah Nilai Society Langkah terakhir yang harus dijalankan oleh pelajar dan yang dimaksud di
sini adalah nilai yang dimiliki oleh ide produk yang dihasilkan pelajar bagi kehidupan sosial sebenarnya Society
4. Perbandingan STS, SETS, dan STM
Perbedaan tahapan dari tiga pendekatan tersebut dapat dilihat di tabel 2.2 :
Tabel 2.2 Perbedaan Tahapan STS, SETS, dan STEM STS
SETS STEM
Tahap apersepsi
Inisiasi Langkah Pengamatan
Observe Tahap Pembentukan
konsep
Penetapan Kompetensi Sains
Langkah ide baru new idea
Tahap aplikasi konsep atau menyelesaikan
masalah
Dekontekstualisasi Langkah Inovasi
Innovation Tahap pemantapan
konsep
Pembelajaran Konsep dan Prinsip Sains
Langkah Kreasi Creativity
Tahap evaluasi Penerapan
Langkah Nilai Society
Integrasi Perangkuman
Tahapan SETS terdapat tahapan integrasi dalam tahap ini guru mengajak peserta didik untuk berdiskusi tentang kemungkinan penerapan konsep atau
prinsip baru yang dipelajari pada konteks selain isu atau masalah yang diangkat pada pembelajaran berbasis SETS ini. pengayaan ini akan memberi kemampuan
kepada peserta didik untuk menerapkan suatu prinsip pada situasi yang berbeda. Tahapan integrasi ini mempunyai kesamaan pada pendekatan STS dan STEM.
Tahapan integrasi pada pendekatan STS terjadi pada tahapan pemantapan konsep, tahapan pemantapan konsep pada pendekatan STS ini menunjukan penyelesaian
masalah dan analisis isu, guru meluruskan jika ada miskonsepsi selama kegiatan berlangsung.
Tahap integrasi sendiri pada pendekatan STEM disebut dengan langkah nilai atau kreativitas, langkah ini merupakan pelaksanaan semua saran dan pandangan
hasil diskusi mengenai ide sesuatu produk baru yang ingin di aplikasikan. Pengaplikasian oleh pelajar ini tidak dalam bentuk produk sebenarnya, melainkan
dalam bentuk sketsa dan gambar. Salah seorang dari anggota kelompok yang pandai dalam menggambar dipilih untuk menterjemahkan semua ide-ide yang
bernilai inovasi yang telah didiskusikan sebelumnya menjadi sebuah gambar produk sains. Pelajar dapat mengaplikasikanya dalam bentuk miniatur atau sketsa
dan gambar. Kreasi gambar atau sketsa yang dihasilkan sebaiknya digambarkan secara keseluruhan dari berbagai posisi, terutama yang terdapat ide inovasinya, baik
itu tampak depan, samping, maupun atas. Perbedaan yang signifikan terlihat pada pendekatan SETS, dimana mempunyai
tujuh tahapan. Diantaranya pada ahap penerapan konsep dijelaskan, pada tahap ini seharusnya terjadi pemantapan konsep dan prinsip pada diri peserta didik. Proses
menerapkan pengetahuan, konsep, dan prinsip pada hal yang nyata akan memberi makna lebih terhadap pengetahuan tersebut. Pada bentuknya yang paling sederhana,
tahap ini tidak menuntuk terjadinya proses pemecahan masalah, melainkan hanya peningkatan pemahaman peserta didik pada isu yang diangkat. Guru dapat
mengajukan permintaan sederhana kepada peserta didik untuk mencoba menjelaskan isu tersebut berdasarkan pengetahuan baru yang telah diperoleh pada
pembelajaran yang dilakukan.
5. Pengertian Evaluasi Belajar
Evaluasi atau biasa dikenal dengan istilah penilaian, merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran, posisinya dapat disetarakan dengan penetapan
tujuan dalam proses pembelajaran. Sebab, pencapaian kompetensi dan efektivitas proses belajar hanya dapat diketahui jika dilakukan penilaian yang komprehensif
dan akurat. Dalam melakukan penilaian lazimnya didahului oleh kegiatan pengukuran. Karena itu, untuk memperoleh hasil penilaian yang benar, maka
kegiatan pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang sahih atau akurat dan stabil valid atau terpercaya reliable.
35
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar guru dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
Pengajar harus mengetahui sejauh mana peserta didik learner telah mengerti bahan yang telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan
atau kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang
telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai. Penilaian memiliki tujuan untuk mengetahui apakah siswa telah atau belum
menguasai suatu kompetensi dasar tertentu. Diantaranya tujuan penilaian adalah mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa, mengukur pertumbuhan dan
perkembangan siswa, mendiagnosis kesulitan belajar siswa, untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam rangka perbaikan.
36
Penilaian memiliki fungsi antara lain untuk seleksi, penempatan, dan diagnostik, guna mengetahui keberhasilan suatu proses dan hasil pembelajaran.
37
Fungsi seleksi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan seleksi, fungsi penempatan berfungsi untuk keperluan penempatan agar setiap orang mengikuti
pendidikan pada jenis atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Fungsi diagnostik berfungsi untuk mengidentifikasi
kesulitan belajar yang dialami peserta didik, menentukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar, dan menetapkan cara mengatasi
kesulitan belajar tersebut.
Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah
35
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanuddin Milama. Evaluasi Hasil Belajar IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta : UIN Jakarta Press,2006 Cet 1, h. 1.
36
Ibid. h, 4.
37
Ibid, h, 5.
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan
– perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan itu diperoleh melalui usaha bukan karena
kematangan, menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.
38
Belajar adalah suatu kegiatan seseorang yang dapat dilakukan secara sengaja atau secara acak. Belajar dapat melibatkan pemerolehan informasi atau
keterampilan, sikap baru, pengertian, atau nilai. Belajar biasanya disertai perubahan tingkah laku dan berlangsung sepanjang hayat.
39
Belajar adalah proses perubahan, perubahan itu tidak hanya perpubahan lahir tetapi juga perubahan batin, tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang nampak,
tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati. Perubahan itu bukan perubahan yang negatif, tetapi perubahan yang positif, yaitu perubahan
yang menuju ke arah kemajuan atau ke arah perbaikan.
40
Pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan – perubahan tersebut akan nyata
dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut :
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi.
41
Dan belajar juga dapat diartikan proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam
berinteraksi dengan lingkungan.
42
Pengertian belajar menurut beberapa ahli di atas meskipun dari redaksi yang berbeda menunjukan adanya kesamaan secara garis besar yaitu belajar merupakan
perubahan dan peningkatan kualitas serta kuantitas tingkah laku seseorang pada
38
Purwanto, Evauasi Hasil Belajar Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2013 cet 5 , hal 39
39
Anisah basleman, Terori Belajar Orang Dewasa Bandung : remaja rosdakarya 2011, h. 15
40
Mustaqim Abdul Wahid, Psikologi Pendidikan Jakarta : Melton Putora,2003, h. 62
41
Slameto, Belajar faktor – faktor yang mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 2010, h. 2
42
Rusman, Model-Model Pembelajaran, Jakarta : Raja Grafindo Persada 2011, h. 134
berbagai bidang yang terjadi akibat adanya suatu interaksi yang berlangsung secara terus menerus dengan lingkungannya. Dimana perubahan yang terjadi
menuju arah positif, kemajuan atau perbaikan. Jika dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka dapat
dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan dalam proses belajar. Ruang lingkup penilaian secara umum meliputi tiga komponen berikut ini :
evaluasi program pembelajaran, evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. Evaluasi terhadap program pembelajaran dapat dirinci menjadi tiga hal,
yakni: evaluasi terhadap tujuan, evaluasi terhadap isi program, dan evaluasi terhadap strategi pembelajaran.
Evaluasi proses pembelajaran meliputi berbagai kegiatan yang sangat beragam, antara lain: kesesuaian antara kegiatan belajar dengan kompetensi dasar,
hasil belajar, dan materi pokok yang telah ditentukan, kesiapan guru dalam mengajar, kesiapan siswa dalam belajar, minat atau perhatian dan motivasi siswa
selama belajar, aktivitas dan interaksi siswa dalam belajar dan pemilihan metode serta sumber belajar yang mendukung keberhasilan pembelajaran. Evaluasi hasil
belajar meliputi evaluasi mengenai tingkat penguasaan, pencapaian tujuan pembelajaran khusus indikator dan tujuan pembelajaran umum standar
kompetensi atau kompetensi dasar serta evaluasi terhadap pencapaian kompetensi hasil belajar siswa dikelas.
43
6. Cara Evaluasi Proses Belajar
Proses penentuan informasi yang diperlukan, pengumpulan serta penggunaan informasi untuk melakukan pertimbangan sebelum keputusan dinamakan
penilaian atau evaluasi. Penilaian atau evaluasi adalah langkah-langkah yang diperlukan untuk membuat keputusan. Tepat tidaknya suatu keputusan tergantung
pada kualitas proses penilaian yang dilakukan. Dari definisi penilaian tersebut, ada tiga pengertian pokok yang perlu dipahami kaitannya satu sama lain, yakni
keputusan, pertimbangan, dan informasi. Keputusan adalah tujuan akhir dari penilaian. Penilaian proses pembelajaran dapat digambarkan pada gambar 2.2.
43
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanuddin Milama. Op,Cit. h, 5.
Gambar 2.2. Penilaian Proses Pembelajaran
Tahap pertama ialah perumusan tujuan-tujuan pembelajaran atau indikator, yakni merumuskan kemampusn atau kompetensi pengetahuan, keterampilan,
sikap yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah proses belajar mengajar berakhir. Tahap perumusan tujuan ini sangat berguna dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan belajar siswa, serta penyusunan alat ukur dalam penilaian. Pada dasarnya penilaian merupakan penelaahan sejauh mana tujuan pembelajaran
khusus yang telah ditetapkan dapat tercapai. Tahap berikutnya adalah penilaian awal PA, yaitu penilaian kesiapan belajar
siswa, artinya penilaian sejauh mana siswa telah memiliki kemampuan- kemampuan atau keterampilan yang diperlukan untuk mempelajari suatu bahan
pelajaran. Informasi tentang kesiapan belajar ini sangat berguna untuk menata kegiatan belajar agar sesuai dengan kesiapan siswa.
Tahap selanjutnya adalah penyediaan pengalamana belajar. Pada tahap ini bahan pelajaran dan metode mengajar dipadukan dan dirancang untuk membantu
siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pada tahap ini penilaian merupakan usaha memonitor kemajuan belajar siswa, sekaligus
mendiagnonis kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Hasil penilaian menjadi umpan balik yang berguna untuk perbaikan pada prosedur pengajaran.
Penilaian yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan proses belajar mengajar disebut penilaian formatif.
Psumatif Hasil Pemberian
pengalaman belajar
Perumusan TPK indikator
Tahap berikutnya adalah penilaian sumatif penilaian akhir, yang tujuannya melihat sejauh mana prestasi siswa dalam suatu program, misalnya program
semester. Penilaian untuk tujuan melihat prestasi siswa dalam mengikuti suatu program pengajaran pada akhir semester atau akhir tahun. Prestasi siswa yang
diukur dalam penilaian sumatif biasanya menjadi bahan laporan kepada orang tua siswa tentang kemajuan belajar anaknya.
44
Evaluasi merupakan suatu proses terus menerus sehingga di dalam proses kegiatannya dimungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan adanya suatu
kesalahan. Evaluasi dalam pembelajaran dilakukan untuk kepentingan pengambilan keputusan, misalnya tentang akan digunakan atau tidaknya suatu
pendekatan, metode, atau teknik. Tujuan utama yang dilakukan dalam evaluasi proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan informasi untuk keperluan pengambilan keputusan dalam proses pembelajaran.
b. Mengidentifikasi bagian-bagian yang belum dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.
c. Mencari alternatif tindak lanjut : diteruskan, diubah atau dihentikan.
Penilaian sangat penting karena telah memberikan informasi mengenai keterlaksanaan proses belajar mengajar, sehingga dapat berfungsi sebagai
pembantu atau pengontrol pelaksana proses belajar. Di samping itu, fungsi evaluasi proses adalah memberikan informasi tentang hasil yang dicapai, maupun
kelemahan – kelemahan dan kebutuhan terhadap perbaikan program lebih lanjut
yang selanjutnya informasi ini sebagai umpan balik bagi guru dalam mengarahkan kembali penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan rencana dari rencana
semula menuju tujuan yang akan tercapai.
44
Ibid. h, 31.
7. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar sebagai hasil
interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya.
45
Hasil belajar seseorang tergantung kepada apa yang telah diketahi pembelajar, yaitu konsep
– konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang
dipelajari.
46
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan
hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan
karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil product menunjuk pada
suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah
perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan raw materials menjadi barang jadi finished goods. Hal yang sama berlaku untuk
memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas
dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding
sebelumnya.
47
Banyak orang mendeskripsikan pengertian antara evaluasi, pengukuran measurement, tes, dan penilaian assessment, padahal keempatnya memiliki
pengertian yang berbeda.
45
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta 2010, h. 3.
46
Suyono, Belajar Dan Pembelajaran, Bandung : Rosdakarya Offset 2011, h. 127.
47
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta : Pustaska Belajar, 2013, cet 5, h. 44
1. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan
dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. 2. Pengukuran measurement adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.
3. Penilaian assessment adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana
hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi rangkaian kemampuan peserta didik.
4. Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi
syarat-syarat tertentu yang jelas. Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara
operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar pencapaian
kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap : 1 penguasaan materi akademik kognitif, 2 hasil belajar yang bersifat proses normatif afektif, dan 3 aplikatif
produktif psikomotor. Selanjutnya akan dibahas lebih jelas mengenai ketiga ranah atau domain tersebut.
48
Hasil belajar penguasaan materi kognitif, penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep
dasar keilmuan content objectives berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut
harus dimiliki dan dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya dalam bentuk hafalan. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan
kegiatan mental atau otak. Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari yang tingkatan rendah sampai tinggi, yakni: 1
pengetahuaningatan- knowledge, 2 pemahaman-comprehension, 3 penerapan-
48
Ahmad Sofyan., Tonih Feronika, Burhanuddin Milama. Op,Cit, h.13
application, 4 analisis - analysis, 5 sintesis - synthesis, dan 6 evaluasi –
evaluation. Revisi Taksonomi Bloom menjadi: 1 remember, 2 understand, 3 apply,
4 analyze, 5 evaluate, dan 6 create. Untuk menilai aspek penguasaan materi kognitif ini digunakan bentuk tes, yang dapat mengukur keenam tingkatan
tersebut.
49
Hasil belajar proses NormatifAfektif, hasil belajar proses berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses
atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran, kedesiplinan,motivasi
belajar, rasa hormat kepada guru, dan sebagainya. Ranah afektif ini dirinci oleh Krathowohl dkk, menjadi lima jenjang, yakni: 1 perhatianpenerimaan
receiving, 2 tanggapan responding, 3 penilaian penghargaan valuing, 4 pengorganisasian organization, dan 5 karakterisasi terhadap suatu atau
beberapa nilai characterization by a value complex. Kecakapan ini bersifat generik, dimiliki semua disiplin ilmu, sebagai prasyarat yang harus dimiliki siswa
agar dapat menguasai disiplin ilmu dan keahlian kejuruan. Untuk menilai hasil belajar ini dapat digunakan instrumen evaluasi yang bersifat nontes, misalnya:
kuisioner dan observasi.
50
Hasil belajar aplikasi psikomotor, hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan skill atau kemampuan bertindak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil
belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak setelah siswa menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai
dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan siswa sehari-hari. Ranah psikomotor ada yang membagi menjadi 7 tingkatan dan ada
pula yang membaginya menjadi 6 tingkatan, yakni:
51
49
Ibid, h.14-15
50
Ibid, h.19-20
51
Ibid.
1. Persepsi-perception mampu menafsirkan ransangan, peka terhadap rangsangan, menyeleksi objek
2. Kesiapan – set mampu berkonsentrasi, menyiapkan diri secara fisik,
emosi, dan mental 3. Gerakan terbimbing
– guided response mampu meniru contoh, mencoba- coba, pengembangan respon baru
4. Gerakan terbiasa – mechanism berketerampilan, berpegang pada pola,
respons baru muncul dengan sendirinya 5. Gerakan kompleks
– complex overt response sangat terampil secara lancar, luwes, supel, gesit, lincah
6. Penyesuaian pola gerakan – adaptation mampu menyeuaikan diri,
bervariasi, pemecahan masalah 7. kreatifitas keaslian
– creativity origination mampu menciptakan yang baru, berinisiatif.
Berdasarkan definisi di atas dapat ketahui bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam dalam diri organisme sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan, dimana pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, jika siswa tidak belajar maka
responnya menurun.
8. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitan lain mengenai STM mengemukakan bahwa,
“Pendekatan Sains-
Teknologi-Masyarakat STM Dalam Pembelajaran Ipa Sebagai Upaya Peningkatan Life Skills Peserta Didik
”, Hasil dari penelitian menunjukan bahwa pembelajaran pendekatan STM memiliki kemampuan untuk menghadapi berbagai
persoalan yang muncul di masyarakat.
52
Penelitian senada yang menjadi panduan dalam mengambil judul dengan menggunakan Pedekatan SETS adalah penelitian tentang
,”Pengaruh pendekatan Science, Environment, Technology, And Society SETS terhadap hasil belajar
52
Sabar Nurrohman,. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat STM dalam pembelajaran IPA sebagai upaya peningkatan life skill peserta didik. Yogyakarta : Skripsi UNY.
siswa ”. Hasil dari penelitian menunjukan Pembelajaran dengan penerapan
pendekatan SETS Science, Environtment, Technology, and Society berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa.
53
Penelitian tentang Pendidikan STEM dalam entrepreneurial science Thinking
“escit”, menunjukkan bahwa pengajaran dan pembelajaran sains yang menggunakan modul ESciT secara keseluruhan menunjukkan hasil positif bagi
pelajar. Selain prestasi dan minat terhadap sains lebih meningkat, pelajar juga menunjukkan sikap positif terhadap dunia kewirausahaan
.
54
Penelitian “Pengaruh Pendekatan Sains Lingkungan Teknologi Masyarakat
SALINGTEMAS Terhadap hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Virus ”.
Pada tahun 2011 ini juga menunjukan hasil belajar yang signifikan.
55
9. Kerangka Berfikir
Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara
bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan.
56
Sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Sedangkan,
mengajar pada umumnya diartikan secara sempit dan formal sebagai kegiatan menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar dapat menerima dan
menguasai materi pelajaran tersebut. Pengajaran lebih mengarah pada pemberian pengetahuan dari guru kepada
siswa yang kadang berlangsung secara sepihak. Sedangkan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan
memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik
53
Evi Setiani, Pengaruh Pendekatan Science, environment, technology, and society terhadap hasil belajar siswa, 2012. Jakarta : Skripsi UIN Syarif Hidayatullah.
54
Muhammad syukri, dkk. Aceh divelopment international conference 2013, Pendidikan STEM dalam “escit”.
55
Risnasari, Pengaruh Pendekatan Sains Lingkungan Teknologi Masyarakat SALINGTEMAS Terhadap hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Virus, 2011. Jakarta : Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah.
56
Muhibbin Syah, Psiklogi Pendidikan Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013 , h. 10
bidang studi serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran.
57
Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar
melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat “, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.
58
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat dilaksanakan pada pembelajaran sains adalah pendekatan STS, SETS. Adapun STEM merupakan
pendekatan pembelajaran yang baru dengan merujuk kepada pengintegrasian konsep desain teknologi teknik dalam pegajaran dan pembelajaran sains.
59
Pendekatan ini menekankan tidak hanya pada pemahaman konsep tetapi juga aplikasinya di kehidupan sehari-hari dan nilai
– nilai yang terdapat dalam masyarakat. Pendekatan
– pendekatan di atas secara garis besar memadukan beberapa unsur yang saling terkait yaitu sains, lingkungan, teknologi, masyarakat,
engenering, matematik. Melalui pendekatan ini, diharapkan hasil belajar siswa akan menjadi lebih baik, sehingga siswa mampu menyikapi masalah-masalah
yang ada di lingkungan masyarakat dari sudut pandang sains secara lebih baik lagi.
10. Hipotesis penelitian
Hipotesis penelitian dapat dirumuskan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan STS, SETS, dan STEM
dalam konsep virus.
57
Hamzah Uno, Model Pembelajaran Jakarta : Bumi Aksara, 2007, h. V
58
Zulfiani, dkk,,op cit,,h. 48.
59
Muhammad Syukri, pendidikan STEM dalam Escit, jurnal aceh development intrenational, h. 106
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Petir, Jl. Raya Baros Km.12 Kec.Petir Kabupaten Serang. Waktu penelitian ini dilakukan
pada semester ganjl tahun ajaran 20142015. Yakni mulai dari tanggal 23 September 2014 sd 24 Oktober 2014.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Quasy Eksperiment. Quasy exsperiment merupakan penelitian yang sengaja merangsang timbulnya suatu
kejadian atau keadaan, kemudian diteliti bagaimana akibatnya. Dengan kata lain, eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab
– akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti. Metode eksperimen merupakan
bagian dari metode kuantitatif yang mempunyai ciri khas tersendiri yaitu dengan adanya kelompok kontrol.
60
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest –
Posttest Control Group Design. Variasi dari desain ini dapat dimaksudkan untuk menguji pengaruh perlakuan yang berbeda dari variabel independen terhadap
variabel dependen.
61
Desain penelitiannya dapat dilihat pada tabel 3.1 :
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Tes Awal
Perlakuan X Tes Akhir
SETS eksperimen I
O
1
X
1
O
2
STEM eksperimen II
O
1
X
2
O
2
STS eksperimen III
O
1
X
3
O
2
60
Suharsimi Arikuntoro, Prosedur penelitian, Jakarta : Rineka cipta, 2002 h.77
61
Ibid., h.78
Keterangan: O
1
: Pretest yang diberikan sebelum proses pembelajaran dimulai, diberikan kepada ketiga kelompok eksperimen.
X : Pembelajaran dengan menggunakan model SETS, STEM, dan STS O
2
: Posttest yang diberikan setelah proses pembelajaran yang diberikan kepada ketiga kelompok eksperimen
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai, dapat juga diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih.
62
Pada penelitian ini terdapat dua macam variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat, sedangkan variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
63
1. Variabel bebas Y adalah hasil belajar biologi. Instrumen variabel terikat menggunakan tes hasil belajar biologi yang dibuat oleh peneliti.
2. Variabel terikat X adalah model pembelajaran yang digunakan X
1=
SETS, X
2=
STEM, X
3=
STS. Peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk kelas eksperimen I SETS, kelas eksperimen II STEM, dan kelas
eksperimen III STS.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian, kelompok besar tersebut dapat terdiri atas orang seperti, guru, siswa,
kepala sekolah dan lain sebagainya, sedangkan lingkup wilayah dapat mencakup seluruh wilayah negara, satu provinsi, kota ataupun lembaga .
64
Pada penelitian ini, populasi terbagi menjadi dua, yakni populasi target dan populasi terukur.
65
62
Margono, Metodologi Penelitan Pendidikan Jakarta : Rineka Cipta, 2010, h. 133
63
John w. Creswell, Research Design, Yogyakarta : Pustaka pelajar, 2009, h. 77
64
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta : Rosda Karya, 2010, h.250
65
Ibid., h. 251
Populasi terukur merupakan populasi yang secara riil dijadikan dasar dalam penentuan sampel, dan secara langsung menjadi lingkup sasaran keberlakuan
kesimpulan.
66
Adapun populasi target merupakan populasi yang dengan alasan yang kuat reasonable memiliki kesamaan karakteristik dengan populasi
terukur.
67
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi target adalah seluruh siswa SMAN 1 Petir pada tahun ajaran 20142015. Sedangkan populasi terukur adalah
seluruh siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Petir pada tahun pelajaran 20142015. Sampel adalah sebagian jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data.
68
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA yang akan ditentukan dengan teknik random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara random
untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan Purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan tujuan tertentu untuk
menghilangkan kelas unggulan, atau dapat dikatakan lebih mementingkan tujuan penelitian dalam menentukan sampling penelitian.
69
Setelah dilekukan teknik random sampling, didapatkan kelas eksperimen yaitu kelas X IPA 2, X IPA 3, X
IPA 4. Masing- masing kelas tersebut akan mendapatkan pengajaran dengan pendekatan SETS, STEM, dan STS.
E. Teknik Pengumpulan Data
Suatu penelitian memiliki dua hal utama yang dapat mempengaruhi kualitas data penelitian,yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.
Syarat pokok satu instrume penelitian adalah validitas dan reabilitas, untuk instrumen tertentu seperti tes prestasi belajar ditambah lagi dengan dua syarat lain
yaitu daya pembeda dan tingkat kesukaran soal.
70
Penelitian ini, data didapat dari suatu alat evaluasi atau instrumen. Instrumen adalah alat ukur dalam penelitian.
71
Dalam menggunakan alat evaluasi tersebut, peneliti atau evaluator menggunakan
66
Ibid
67
Ibid
68
Sukardi, Metodelogi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Bumi Akasara, 2009. h. 54.
69
Burhan Bungin, Populasi Penelitian Sampel Dan Teknik Sampling, Jakarta : Pranada Media, 2009. h.115
70
Zainal arifin, Penelitian Pendidikan, Bandung : remaja rosdakarya, 2011. h. 245
71
Sugiono, Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif dan R D Bandung : Alfabeta, 2009 h.102
cara atau teknik, sehingga dikenal dengan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontest.
Teknik tes yang digunakan terdiri dari tes objektif pilihan ganda. Perolehan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pre-test dan post-test merupakan tes
yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan awal siswa sebelum dilakukan perlakuan, sedangkan post-test merupakan tes yang dilakukan setelah
dilakukan perlakuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan awal siswa sebelum dilakukan perlakuan, sedangkan post-test merupakan tes yang dilakukan
siswa sebelum dilakukan, sedangkan post-test merupaka tes yang dilakukan setelah dilakukan perlakuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perlakuan
yang telah dilakukan. Teknik pengumpulan data yang berupa data non tes berupa lembar observasi
yang berisi aspek-aspek keterlaksanaan model pembelajaran yang digunakan. Kegiatan observasi ini dilakukan sebanyak tiga kali sesuai dengan banyaknya
pertemuan kegiatan pembelajaran.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah kegunaan untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneiti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi
di lapangan.
72
Instrumen penelitian juga dapat diartikan sebagai alat ukur dalam penelitian.
73
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk tes objektif atau bentuk pilihan ganda sebanyak 36 soal dengan 5 option pilihan
jawaban. Tes objektif ini disusun berdasarkan Standar Kompetensi 3. Menerapkan pemahaman tentang virus berkaitan dengan ciri, replikasi dan peran
virus, Kompetensi Dasar 3.3 menjelaskan keterkaitan antara ciri replikasi dan peranan virus dalam aspek kesehatan masyarakat.
Penyusunan tes Pilihan Ganda PG mengacu pada aspek kognitif taksonomi Bloom yang menvakup jenjang C1 pengetahuanhafalan, C2 pemahaman, C3
72
Sukardi, op. cit, h. 75.
73
Sugiyono, op. cit, h.102.