Pengujian hipotesis dengan anava satu jalur
Data pretest juga melalui tahap uji homogenitas, hasil perhitungan uji homogenitas data pre-test diperoleh nilai F
hitung
=0,6447 dan F
tabel
= 5,991 pada taraf signifikansi α = 0,05 karena X
2 hitung
X
2 tabel
berarti H0 diterima. H0: δ
2 1 =
δ
2 2 =
δ
2 3 =
δ
2 4
Data Homogen. Rata
– rata skor nilai pada pre-test ketiga kelas masih tergolong rendah dan relatif sama. Sebagaimana juga hasil analisis uji perbedaan rata-rata
menggunakan uji anava satu jalur diperoleh F
hitung
= 0,519 dan F
tabel
= 3,08 menunjukan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan awal antara ketiga kelas
eksperimen tersebut karena F
hitung
F
tabel,
maka tidak terdapat perbedaan yang berarti antara ketiga kelompok. Sebelum pada uji anava satu jalur, data pre-
test pun melalui tahap normalitas dan uji homogenitas. Kondisi ini dapat diasumsikan bahwa sebelum diberikannya perlakuan
pembelajaran pada ketiga kelompok eksperimen tersebut, ketiga kelompok eksperimen bersifat homogen berdasarkan uji statistik. Karena itu, pengujian
hipotesis untuk melihat ada tidaknya perbedaan hasil melalui pendekatan SETS, STEM, STS dapat didasarkan pada hasil test akhir post-test.
Hasil yang diperoleh dari pengolahan data postest menunjukan bahwa sampel berasal dari populasi yang normal, sehingga langkah selanjutnya
adalah uji homogenitas dengan menggunakan uji barlett dengan taraf signifikan 5. Nilai signifikan yang diperoleh dari uji homogenitas
sebesar1,1766 nilai tersebut lebih kecil dari X
tabel
sebesar 5.99 dan berdasarkan kriteria pengambilan keputusan maka H
diterima artinya data bersifat homogen.
Hasil uji normalitas dan uji homogenitas varian, diketahui bahwa data ketiga kelas berdistribusi normal dan mempunyai varians homogen, sehingga
untuk menguji apakah terdapat perbedaan hasil belajar dari ketiga kelompok eksperimen digunakan uji anava satu jalur. F
hitung
dari uji anava satu jalur yaitu 4,93 nilai tersebut lebih tinggi dari F
tabel
5 yaitu 3,07. Hal ini berarti adanya perbedaan hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran SETS,
STEM, STS.
Penelitian yang dilakukan dapat membuktikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar menggunakan pembelajaran SETS, STEM dan STS. Hasil
belajar biologi pada konsep virus menggunakan pembelajaran STEM lebih tinggi dari kelas SETS dan STS.
Penelitian ini
memiliki lima
indikator yang
diujikan yaitu,
mendeskripsikan sejarah tentang virus, mendeskripsikan replikasi virus, mendeskripsikan ciri-ciri virus, mengklasifikasikan virus, menyebutkan
peranan virus dalam kehidupan. Pencapaian persentasi indikator yang lebih tinggi adalah mendeskripsikan
sejarah virus. Pada kelas SETS mencapai 80,55, kelas STEM mencapai 86,11, kelas STS 83,33. Hal tersebut dapat memberikan kesimpulan pada
kelas SETS, STEM, dan STS sebagian besar siswanya lebih menguasai indikator mendeskripsikan sejarah tentang virus.
Pendekatan SETS, STEM, dan STS terbukti berpengaruh terhadap hasil belajar dibuktikan dengan ada perbedaan hasil belajar dan adanya
peningkatan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar dibuktikan dengan deskripsi nilai N-Gain. Pada kelas SETS nilai rata-rata N-Gain yang
diperoleh 0,69 dengan skor Gain tertinggi 1,0 dan skor Gain terendah 0,09 pada kelas STEM nilai rata
–rata N-Gain yang diperoleh 0,78 dengan skor Gain tertinggi 1,0 dan skor terendah 0,4, kemudian pada kelas STS nilai rata-
rata N-Gain yang diperoleh 0,73 dengan skor Gain tertinggi 1,0 dan skor Gain terendah 0,43.
Rata-rata skor Gain kelas STEM lebih besar daripada kelas SETS dan STS, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa kelas
STEM lebih baik daripada peningkatan hasil belajar SETS dan STS. Observasi guru dilakukan juga pada penelitian ini, observasi guru
bertujuan untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar selama pembelajaran SETS, STEM, dan STS. Guru pamong berperan sebagai obsever aktivitas
peneliti dan sebagai observer aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Observasi yang dilakukan mengacu pada lembar observasi yang