Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi tentang keselamatan mengendarai sepeda motor. Penelitian
ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chang, dkk 2007 di Taipei mengenai perilaku berisiko yang menyebabkan kecelakaan
sepeda motor bahwa tidak ada hubungan signifikan yang berkaitan dengan jenis kelamin dan kecelakaan sepeda motor. Hal tersebut dikarenakan
sebagian besar pengemudi laki-laki menampakkan perilaku pelanggaran dalam berkendara dibandingkan dengan pengemudi perempuan. Namun
sebaliknya, pengemudi perempuan lebih sering terlibat kasus kecelakaan motor dibandingkan dengan pengemudi laki-laki. Dengan demikian, dari teori
tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa perempuan dengan siswa laki-laki dalam hal pembentukkan
persepsi keselamatan mengendarai sepeda motor. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Salihat 2009 yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi risiko keselamatan berkendara. Hal ini dikarenakan adanya faktor lain
misalkan pengaruh teman dalam mengasumsikan risiko yang dihadapinya. Selain itu, frekuensi serta pengalaman mengendarai kendaraan dapat
mempengaruhi persepsi responden terhadap risiko keselamatan.
6.4 Pengetahuan dan Hubungannya dengan Persepsi Keselamatan
Mengendarai Sepeda Motor
Salah satu hal yang mempengaruhi persepsi adalah pengetahuan. Hal tersebut juga didukung oleh David Krech 1962 yang berpendapat bahwa
persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang
dimilikinya. Pengetahuan ini dapat diperoleh dari pendidikan, bacaan, penelitian, dan lain-lain. Dengan alat indera yang dimiliki, manusia dapat
menangkap pengetahuan yang dibutuhkan. Pernyataan mengenai variabel pengetahuan diukur menggunakan
kuesioner melalui 10 buah pernyataan tentang tindakan keselamatan mengendarai sepeda motor di jalan raya. Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan tinggi mengenai keselamatan mengendarai sepeda motor lebih banyak jumlahnya 86,5
dibanding responden yang memiliki pengetahuan rendah mengenai keselamatan mengendarai sepeda motor 13,5. Sebanyak 124 responden
83,8 telah mengetahui bahwa batas usia membuat SIM C yaitu 17 tahun, meskipun mereka yang berusia 17 tahun atau lebih belum semua yang
memiliki SIM C. Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa sebagian besar 65 siswa
yang memiliki pengetahuan rendah tentang tindakan keselamatan mengendarai sepeda motor di jalan raya memiliki persepsi atau berpendapat
bahwa tindakan keselamatan mengendarai sepeda motor di jalan raya itu tidak penting dibandingkan siswa yang memiliki pengetahuan tinggi. Penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ben Fauzi Ramadhan 2009, yaitu salah satu yang mempengaruhi persepsi rendah adalah pengetahuan
yang dimiliki oleh pengendara sepeda motor kurang baik. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara pengetahuan dengan persepsi keselamatan
mengendarai sepeda motor. Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan
teori David Krech 1962 yang menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Namun, penelitian
ini didukung dengan penelitian Widiyanti 2013 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan persepsi risiko keselamatan
berkendara. Hal ini dikarenakan adanya faktor lain misalkan pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang lain dalam mengasumsikan risiko yang
dihadapinya, seperti pernyataan Notoatmodjo 2007, yaitu pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain. Pengalaman juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi Robbins, 1996. Hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa sebagian besar siswa memiliki
pengetahuan yang tinggi tentang tindakan keselamatan mengendarai sepeda motor di jalan raya, namun memiliki persepsi bahwa keselamatan
mengendarai sepeda motor tidak penting. Hal ini dikarenakan adanya faktor lain misalkan pengalaman, seperti pernyataan Mehra dan Burhan 1988,
yaitu pengetahuan yang diperoleh secara langsung didapatkan dari pengalaman.
Mehra dan Burhan 1988, mengatakan bahwa pengetahuan langsung yang didapat pengendara motor pada siswa SMA berkaitan dengan
pengalaman yang diperolehnya tentang kejadian kecelakaan. Semakin banyak seorang pengendara mengalami atau melihat kejadian kecelakaan maka
pengetahuannya akan penyebab dan cara pencegahan kecelakaan seharusnya semakin baik. Akan tetapi tingkat pengetahuan yang baik belum menjamin
seseorang memiliki persepsi risiko yang baik terhadap kecelakaan karena pengetahuan itu sendiri terdiri dari beberapa tingkatan seperti yang dikatakan
Notoatmodjo 2003. Mungkin saja tingkat pengetahuan yang tinggi pada siswa pengendara motor disebabkan oleh tingkat pengetahuan yang mereka
miliki masih ada pada tahap tahu know sehingga mereka hanya mengingat sesuatu yang telah dipelajari tanpa memahami dan menjalankannya. Sehingga
hal ini berpengaruh pada pembentukan persepsi risiko mereka, dimana mereka hanya tahu risiko terhadap kecelakaan tanpa paham benar-benar dan
memiliki keinginan untuk mencegahnya.
6.5 Pengalaman