dikenal dapat mempengaruhi siswa tersebut berperilaku tidak aman yang disebabkan oleh persepsi tidak penting terhadap keselamatan mengendarai
sepeda motor. Hal tersebut membuktikan pernyataan Geller 2001, menyebutkan faktor pengalaman pada tugas yang sama dan lingkungan yang
sudah dikenal dapat mempengaruhi orang tersebut berperilaku tidak aman dan terus berlaku karena menyenangkan, nyaman, serta menghemat waktu dan
perilaku ini cenderung berulang. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Widiyanti 2013 yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman dengan persepsi risiko keselamatan berkendara. Hal ini dikarenakan adanya faktor lain yaitu
pengetahuan. Pengetahuan siswa yang tinggi mengenai keselamatan berkendara dapat menimbulkan persepsi atau berpendapat bahwa keselamatan
mengendarai sepeda motor itu penting, sehingga pengalaman siswa yang sedikit dalam berkendara belum tentu berpendapat bahwa keselamatan
mengendarai sepeda motor itu tidak penting. Hal tersebut membenarkan pernyataan Notoatmodjo 2007, bahwa pengetahuan diperoleh dari
pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sehingga pengetahuan dan pengalaman saling berhubungan.
6.6 Motivasi dan Hubungannya dengan Persepsi Keselamatan Mengendarai
Sepeda Motor
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar 58,8 siswa memiliki motivasi yang tinggi mengenai keselamatan mengendarai sepeda
motor. Motivasi siswa terkait keselamatan mengendarai sepeda motor dapat dikatakan tinggi, karena dorongan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya
juga tinggi sehingga siswa akan fokus pada tujuannya yaitu berkendara dengan aman dan selamat. Penelitian tersebut membenarkan pernyataan
Robbins 1996, yaitu motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Motivasi
merupakan hasil dari interaksi antara individu dengan situasi. Setiap individu memiliki dorongan motivasional dasar yang berbeda-beda.
Pada penelitian ini, motivasi diduga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi keselamatan mengendarai sepeda motor. Menurut
Robbins 1996, motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berpersepsi tentang suatu objek. Dari hasil penelitian ini
didapatkan sebagian besar siswa yang memiliki motivasi rendah berpendapat bahwa keselamatan mengendarai sepeda motor itu tidak penting daripada
siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam mengendarai sepeda motor dengan selamat. Motivasi dalam hal ini dorongan atau kebutuhan siswa yang
tinggi untuk mengendarai sepeda motor dengan aman akan menimbulkan persepsi yang positif terhadap keselamatan mengendarai sepeda motor.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi dengan persepsi keselamatan mengendarai sepeda
motor. Hasil penelitian membuktikan teori Robbins 1996 yang menyebutkan bahwa motivasi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang. Penelitian ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiyanti 2013 yang menyatakan adanya
hubungan antara motivasi dengan persepsi. Menurutnya semakin baik tingkat motivasi responden terhadap keselamatan berkendara maka semakin baik
pula persepsi responden terhadap keselamatan berkendara, begitu pula sebaliknya semakin buruk tingkat motivasi responden terhadap keselamatan
berkendara maka semakin buruk juga persepsi responden tersebut terhadap keselamatan berkendara.
Menurut A. H. Maslow, kebutuhan merupakan kekuatan pendorong utama motivasi. Untuk memenuhi kebutuhan baik fisiologis, sosiologis dan
psikologis, kita memotivasi diri kita untuk berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Jika kita ingin memotivasi seseorang, maka kita perlu memahami
sedang berada pada anak tangga manakah orang tersebut sehingga kita dapat mengetahui hal-hal apa yang dapat memotivasi mereka untuk memenuhi
kebutuhannya. Pada penelitian ini terdapat perbedaan tingkatan kebutuhan dimana responden berada pada tingkatan yang berbeda, hal ini menyebabkan
perbedaan antara motivasi tinggi dengan motivasi rendah terhadap persepsi tentang keselamatan mengendarai sepeda motor.
Dari titik pandang motivasi, teori Maslow tersebut mengatakan bahwa meskipun tidak ada kebutuhan yang pernah dipenuhi secara lengkap, suatu
kebutuhan yang dipuaskan secara cukup banyak substansial tidak lagi termotivasi. Hal ini membuktikan bahwa ada responden pada tingkat pertama
penghasilan untuk memenuhi rasa lapar, sandang dan pangan belum merasa puas terhadap kebutuhan itu maka responden tersebut akan berusaha
memenuhi kebutuhan itu sampai merasa puas. Hal ini mengakibatkan kebutuhan tingkat berikutnya yaitu keselamatan selamatbebas dari bahaya
belum menjadi prioritas. Sebaliknya responden pada tingkat ke empat yaitu penghargaan prestasi belajar belum merasa puas terhadap kebutuhan itu
maka responden itu akan berusaha memenuhi kebutuhan itu sampai merasa puas. Dimana pada tahap ini tingkat yang dibawahnya yaitu keselamatan
sudah terpenuhi kebutuhannya atau tidak lagi termotivasi. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini, yaitu didapatkan bahwa
banyak siswa yang memiliki motivasi rendah berpendapat bahwa keselamatan mengendarai sepeda motor itu tidak penting yaitu sebanyak 39 63,9 siswa,
begitu sebaliknya banyak siswa yang memiliki motivasi tinggi berpendapat bahwa keselamatan mengendarai sepeda motor itu penting sebanyak 54
62,1 siswa. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai motivasi tinggi jika menganggap keselamatan merupakan
kebutuhan bagi dirinya atau seseorang yang ada di tingkat diatasnya sudah terpenuhi kebutuhannya, maka ia akan mempersepsikan bahwa keselamatan
penting bagi dirinya. Dan sebaliknya seseorang akan mempunyai motivasi rendah jika menganggap keselamatan bukan merupakan kebutuhan bagi
dirinya atau seseorang yang ada ditingkat dibawahnya belum terpenuhi kebutuhannya, maka ia akan mempersepsikan bahwa keselamatan belum
perlu atau tidak penting bagi dirinya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan persepsi yang baik, disarankan
kepada pihak sekolah untuk menumbuhkan persepsi yang baik tentang keselamatan berkendara, salah satunya dengan meningkatkan motivasi
melalui kegiatan seperti promosi keselamatan, himbauan dan seminar safety riding bagi pengendara motor khususnya pada siswa SMA dan diharapkan
kepada siswa untuk mengikuti pelatihan safety riding berkendara dengan aman dalam berlalu lintas yang diadakan oleh sekolah maupun kepolisian
Kota Depok agar siswa memperoleh informasi yang benar dan lengkap mengenai safety riding dari sumber yang tepat, sehingga dapat menumbuhkan
motivasi untuk menerapkan safety riding saat berkendara.
6.7 Kepemilikan SIM dan Hubungannya dengan Persepsi Keselamatan