Jenis Kelamin dan Hubungannya dengan Persepsi Keselamatan

Pada hasil penelitian ini, siswai yang memiliki persepsi bahwa keselamatan mengendarai sepeda motor itu penting hanya memiliki selisih jumlah yang sedikit dengan siswai yang memiliki persepsi bahwa keselamatan mengendarai tidak penting, sehingga dapat disimpulkan bahwa siswai yang memiliki persepsi bahwa keselamatan mengendarai sepeda motor di jalan raya tidak penting juga cukup tinggi.

6.3 Jenis Kelamin dan Hubungannya dengan Persepsi Keselamatan

Mengendarai Sepeda Motor Iversen dan Rundmo 2004 menyebutkan bahwa berdasarkan kelompok umur, pengemudi remaja yang berjenis kelamin laki-laki memiliki kemampuan memperkirakan kondisi di jalan dan lingkungan sekitar untuk meminimalisasi risiko dibandingkan dengan pengemudi perempuan. Oleh karena itulah, jumlah pengemudi laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pengemudi perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada pengemudi sepeda motor siswa SMA di Kota Depok Tahun 2016. Dari hasil penelitian pada siswa SMA di Kota Depok tahun 2016, diketahui bahwa sebagian besar siswa laki-laki mengendarai sepeda motor yaitu 51,4, dibandingkan dengan siswa perempuan 48,6 yang mengendarai sepeda motor. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa siswa SMA Kota Depok yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yang mengendarai sepeda motor ke sekolahnya dibandingkan dengan siswa yang berjenis kelamin perempuan, namun perbandingannya tidak terlalu jauh. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari 2013 pada siswa kelas X sepuluh SMAN di Depok, juga menunjukkan hasil bahwa sebagian besar 65,4 siswa yang mengendarai sepeda motor berjenis kelamin laki-laki dibandingkan siswa berjenis kelamin perempuan 34,6, namun perbandingannya cukup jauh sehingga terdapat perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Hal tersebut dikarenakan responden pada penelitian Lestari hanya mencakup siswa SMA kelas X sepuluh, dimana siswa perempuan masih memiliki rasa tidak aman untuk mengendarai sepeda motor ke sekolah dari pada siswa laki-laki yang memiliki keberanian lebih tinggi dari perempuan. Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa sebagian besar 51,3 siswa laki-laki berpersepsi atau berpendapat bahwa keselamatan mengendarai sepeda motor itu tidak penting, daripada siswa perempuan. Pendapat bahwa keselamatan mengendarai sepeda motor itu tidak penting oleh siswa laki-laki menggambarkan bahwa laki-laki lebih beresiko daripada perempuan dalam hal berkendara sepeda motor. Hal tersebut membuktikan pernyataan Botteril Mazur 2004, bahwa laki-laki cenderung untuk berlebihan dalam menilai kemampuan berkendaranya. Laki-laki muda khususnya lebih menilai peraturan lalu lintas secara negatif dan menganggap remeh risiko yang berhubungan dengan pelanggaran lalu lintas Botterill Mazur, 2004. Begitu juga pernyataan Matthews dan Moran 1986, mengatakan bahwa laki- laki muda cenderung untuk menganggap remeh bahaya pada situasi berkendara yang berisiko menengah hingga tinggi. Ditambahnya lagi pernyataan dari Trankle, dkk 1990, ditemukan bahwa remaja laki-laki lebih rendah dalam hal menilai risiko pada situasi lalu lintas dibandingkan laki-laki dewasa. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi tentang keselamatan mengendarai sepeda motor. Penelitian ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chang, dkk 2007 di Taipei mengenai perilaku berisiko yang menyebabkan kecelakaan sepeda motor bahwa tidak ada hubungan signifikan yang berkaitan dengan jenis kelamin dan kecelakaan sepeda motor. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar pengemudi laki-laki menampakkan perilaku pelanggaran dalam berkendara dibandingkan dengan pengemudi perempuan. Namun sebaliknya, pengemudi perempuan lebih sering terlibat kasus kecelakaan motor dibandingkan dengan pengemudi laki-laki. Dengan demikian, dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa perempuan dengan siswa laki-laki dalam hal pembentukkan persepsi keselamatan mengendarai sepeda motor. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Salihat 2009 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi risiko keselamatan berkendara. Hal ini dikarenakan adanya faktor lain misalkan pengaruh teman dalam mengasumsikan risiko yang dihadapinya. Selain itu, frekuensi serta pengalaman mengendarai kendaraan dapat mempengaruhi persepsi responden terhadap risiko keselamatan.

6.4 Pengetahuan dan Hubungannya dengan Persepsi Keselamatan