Acuan Teori Area dan Fokus yang diteliti

11

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang diteliti

1. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Sebagaimana yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik bahwa “hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya. 1 Supriyono mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Gagne dalam Suproyono menjelaskan hasil belajar berupa : a. Informasi Verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengalaman dalam bahasa baik lisan maupun tulisan. b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif. d. Keterampilan motorik yaitu melakukan serangkaian gerak jasmani. 1 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta:BumiAksara, 2008, hlm.155 cet.ke-7 e. Sikap yaitu kemampuan menerima atau menoleh objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Pengertian hasil belajar sebagaimana pula dikatakan oleh Nawawi dalam K.Braim dalam buku “Teori belajar dan pembelajaran” karangan Drs. Ahmad Susanto yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagi tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang dipeoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu .” 2 Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hordwar kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni a keterampilan dan kebiasaan b pengetahuan dan pengertian c sikap dan cita- cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi yang telah ditetapkan kurikulum. 3 Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau instruksional. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Evalusi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Dengan dilakukan evaluasi penilaian 2 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di sekolah dasar, Jakarta: PT.Kharisma Putra Utama, 2013, h.5 cet.ke-1 3 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar , Jakarta: PT.Remaja Rosda karya , h.22 dapat dilakukan tindak lanjut feedback untuk mengukur tingkat penguasaan siswa”. 4 Dapat dipahami tentang makna yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Bloom dalam Sudirman 2011:23 menyampaikan tiga taksonomi yang disebut ranah belajar yaitu kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. a. Ranah kognitif Meliputi : C1 mengingat, C2 memahami, C3 mengaplikasi, C4 menganalisa, C5 mengevaluasi dan C6 mencipta. b. Ranah afektif Meliputi : A1 menerima, A2 merespon, A3 menghargai, A4 mengorganisasikan, A5 karakteristik menurut nilai. c. Ranah psikomotor Meliputi : P1 meniru, P2 manipulasi, P3 presisi, P4 artikulasi, P5 naturalisasi. Dari beberapa pendapat para ahli, penulis mengambil kesimpulan mengenai hasil belajar. Hasil belajar adalah suatu tujuan dalam pembelajaran dimana di dalamnya terdapat beberapa aspek yang terkandung atau dinilai didalamnya. Aspek-aspek tersebut adalah aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek ini sifatnya komprehensif dan tidak secara pragmentis atau terpisah. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, adapun faktor-faktor itu digolongkan sebagai berikut: 4 Ibid. h.5 1. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri, seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya. Faktor internal disebut juga faktor pada organism siswa. Muhibbin Syah menyebutkan bahwa “yang termasuk faktor internal adalah aspek fisiologis dan psikologis. Aspek fisiologis mencakup kondisi tubuh siswa termasuk organ tubuh dan kondisi alat indera. Sedangkan aspek psiologis banyak sekali macamnya tetapi yang esensial antara lain kecerdasan intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa”. 5 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri sianak, seperti keadaan rumah, udara yang panas, lingkungan dan sebagainya. Faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga, masyarakat dan sekolah. Selama hidup anak didik tidak biasa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Interaksi dari kedua lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan anakdidik. Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup dan berusaha di dalamnya seperti lingkungan sekolah. Sedangkan lingkungan sosial budaya, sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak biasa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang terbentuk mengikat perilaku anak didik untuk tunduk pada norma sosial, susila dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Seperti dalam lingkungan sekolah maka anak didik berada dalam system sosial di sekolah. 6 5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, cet.ke-16, hlm.130-134 6 Saiful Bahri Djamarah, PsikologiBelajar, Jakarta:RinekaCipta, 2002, h. 143 3. Faktor pendekatan belajar approach to learning Faktor pendekatan merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan model yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran”. 7 Pemilihan metode dan media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang menjadi objek pembelajaran. Untuk memilih model pembelajaran tidak boleh sembarangan, banyak faktor yang mempengaruhinya dan perlu pertimbangan. Tidak semua strategi dan metode dapat di terapkan pada mata pelajaran tertentu, seorang guru harus pandai memilih dan menentukan strategi dan metode apa yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran akan sangat berarti dan dapat meningkatkan minat, motivasi belajar siswa. Media pembelajaran juga dapat membantu guru dari keterbatasan bercerita. Dengan meningkatnya minat dan motivasi diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal. Hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lainnya sangat erat kaitannya dan bersifat saling mendukung. Dalam faktor internal terdapat faktor psikologis dan fisiologis siswa yang didukung faktor eksternal dan pendekatan belajar. Oleh karena itu lingkungan yang merupakan bagian dari factor eksternal dan metode belajar yang merupakan bagian dari pendekatan belajar perlu diperhatikan dengan seksama dalam penerapannya. Hal ini dimaksudkan agar hasil belajar yang akan dicapai dapat diperoleh dengan maksimal. 7 MuhibbinSyah, Ibid, hlm.132 2. Hakikat Pendidikan IPS a. Pengertian Pendidikan IPS Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SDMISDLB sampai SLTAMASMK. Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SDMI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Dimasa yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. 8 Hakikat IPS adalah mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan memberikan pendidikan IPS dapat melahirkan warga negara yang baik yang bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya, serta mampu memahami dan menelaah secara kritis kehidupan sosial di sekitarnya, dan mampu secara aktif berpartisipasi dalam lingkungan kehidupan, baik dimasyarakatnya, negara, maupun dunia. Dalam kurikulum pendidikan dasar disebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografis, ekonomi, sejarah, antropologi, sosialogi, dan tata negara. 8 Ahmad Susanto,Op.Cit.h.137 Dari pengertian di atas, menunjukkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan perpaduan antara ilmu sosial dan kehidupan manusia, dimana tujuan utamanya adalah membantu mengembangkan kemampuan dan wawasan siswa yang menyeluruh komprehensif tentang berbagai aspek ilmu -ilmu sosial dan kemanusian humaniora. 9 Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. b. Landasan Pendidikan IPS Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran dan pendidikan disiplin ilmu seyogyanya memiliki landasan pengembangan, baik sebagai mata pelajaran maupun pendidikan disiplin ilmu. Landasan ini diharapkan akan dapat memberikan pemikiran-pemikiran mendasar tentang pengembangan struktur, metodologi, dan pemanfaatan PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu. Landasan-landasan IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu meliputi : a Landasan Filosofis, memberikan gagasan pemikiran mendasar yang digunakan untuk menentukan apa obyek kajian atau domain apa saja yang menjadi kajian pokok dan dimensi pengembangan PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu aspek ontologis b Landasan Ideologis, dimaksudkan sebagai gagasan mendasar untuk memberi pertimbangan dan menjawab pertanyaan: 1 bagaiman keterkaitan antara das sein PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu dan das sollen PIPS; 2 bagaimana keterkaitan antara teori-teori pendidikan dengan hakikat dan praktis etika, moral, politik dan norma-norma perilaku dalam membangun dan mengembangkan PIPS. 9 Ibid ,h.139 c Landasan Sosiologi, memberikan sistem gagasan mendasar untuk menentukan cita-cita kebutuhan, kepentingan, kekuatan, aspirasi, serta pola kehidupan masa depan melalui interaksi sosial yang kan membangun teori-teori atau prinsip- prinsip PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu. d Landasan antropologis, memberikan gagasan-gagasan mendasar dalam menentukan pola, sistem dan struktur pendidikan disiplin ilmu sebagai relevan dengan pola, sistem dan struktur kebudayaan bahkan dengan pola, sistem dan struktur perilaku manusia yang kompleks. e Landasan Kemanusiaan, memberikan sistem gagasan- gagasan mendasar untuk menentukan karakteristik ideal manusiasebagai sasaran proses pendidikan. f Landasan Politis, memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar untuk menentukan arah dan garis kebijakan dalam politik pendidikan dari PIPS. g Landasan Psikologi, memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar untuk menentukan cara-cara PIPS membangun struktur tubuh disiplin pengetahuannya, baik dalam tataran personal maupun komunal berdasarkan entitas-entitas psikologinya. h Landasan Religius, memberikan gagasan-gagasan mendasar tentang nilai-nilai, norma, etika, dan moral yang menjadi jiwa roh yang melandasi keseluruhan pembangunan PIPS, khususnya pendidikan di Indonesia. 10 c. Karakteristik IPS Karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu. Rumusan IPS berdasarkan realitas dan fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner. Mata pelajaran IPS memiliki beberapa karakteristik antara lain, sebagai berikut: a Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur- unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama . 10 Sapriya M.ed, Pendidikan IPS, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2012, cet 3 h. 16-17 b Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik tema tertentu. c Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. d Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. d. Tujuan Pendidikan IPS Pada dasarnya tujuan pendidikan IPS adalah untuk mendidikan dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Mata pelajaran IPS secara umum bertujuan agar memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Selain itu juga Tujuan Pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positip terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpah dirinya sendiri maupun yang menimpah masyarakat. 11 Tujuan lain dari IPS yaitu pendekatan rasionalitas dalam pendidikan IPS antara lain mengembangkan kemampuan menggunakan penalaran dan pengambilan keputusan setiap persoalan yang dihadapinya. 12 Para ahli sering merumuskan tujuan Pendidikan IPS dengan mengaitkannya dengan mempersiapkan para pelajar menjadi warga negara yang baik. ini merupakan dari model pendidikan IPS sebagai Pendidikan Kewarganegaraan “citizenship education”. Adapun tujuan kurikuler pembelajaran IPS disekolah dasar menurut munir, sebagai berikut : 1. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan kelak di masyarakat. 2. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. 3. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan bidang keilmuan serta bidang keahlian. 11 Ibid.h.149 12 Ilmu dan aplikasi Pendidikan, Pendidikan Disiplin Ilmu, PT IMPERIAL BHAKTI UTAMA 2009, h.275 cet 3 4. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan keilmuan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut. 5. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam buku teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar Ahmad Susanto, Nurhadi menyebutkan ada empat tujuan pendidikan IPS Yaitu: 1. Knowledgemembantu para siswa untuk mengenal dirinya sendiri dan lingkungannya. 2. Skill mencakup keterampilan berpikir. 3. Attitudeyang terdiri atas tingkah laku berpikir intelletual behavior dan tingkah laku sosial social behavior. 4. Valueyakni nilai yang terkandung di dalam masyarakat yang diperoleh dari lingkungan masyarakat maupun lembaga pemerintah termasuk didalamnya nilai kepercayaan, nilai ekonomi, pergaulan, ketaatan kepada pemerintahan dan hukum. 13 e. Fungsi IPS sebagai pendidikan Fungsi IPS sebagai pendidikan yaitu membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna untuk masa depannya, keterampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta kepedulian sosialnya sebagai SDM yang bertanggung jawab dalam merealisasikan tujuan pendidikan Nasional. Sangatlah jelas mengapa IPS harus dipelajari mengingat pengertian tujaun dan fungsi itu sendiri karena pengetahuan sosial itu diperoleh secara alamiah dari kehidupan sehari-hari yang telah 13 Ibid .h.147 ada pada diri kita masing-masing namun hal ini belum cukup mengingat masyarakat dengan permasalahannya makin berkembang. Tujuan yang wajib dicapai dicapai dalam pembelajaran IPS adalah membina anak didik menjadi warga negara yang baik yang memiliki pengetahuan keterampilan dan kepedulian sosil yang berguna bagi dirinya sendiri serta masyarakat dan negara. f. Ruang lingkup IPS Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek - aspek sebagai berikut: 1. Manusia, tempat, dan lingkungan 2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3. Sistem sosial dan budaya 4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. g. Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarMata Pelajaran IPS Kelas IV, Semester 1 dan II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupatenkota dan provinsi 1.1. Membaca peta lingkungan setempat kabupatenkota, provinsi dengan menggunakan skala sederhana 1.2. Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupatenkota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya 1.3. Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat 1.4. Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat kabupatenkota, provinsi 1.5. Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat kabupatenkota, provinsi dan menjaga kelestariannya 1.6. Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungannya Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupatenkota dan provinsi 2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya 2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya serta pengalaman menggunakannya 3. Pendekatan Pembelajaran CTL a. Hakikat CTL Contextual Teaching And Learning Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari istilah CTL Contextual Teaching and Learning. Kata kontekstual berasal dari kata contex yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan demikian kontekstual diartikan yang berhubungan dengan suasana konteks. 14 Sehingga Contextual Teaching and Learning CTL dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. 14 Elaine B. Johnsos, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan kegiatan Belajar- MengajarMenjadiMengasyikandanBermakna, Bandung: Kaifa Learning, 2010, Cet. VIII,h. 58 Pendekatan Contexstual Teaching and LearningCTL merupakan strategi pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran secara alamiah dengan dunia nyata, sehingga siswa mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa akan merasakan pentingnya belajar, dan dapat memaknai apa yang dipelajarinya. 15 Contextual Teaching and Learning CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka. 16 Pendekatan CTL Contextual Teaching And Learning adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkannya bisa dilakukan berbagai cara, selain karena memang materi yang dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media dan lainnya yang terkait dan ada hubungan dengan dunia nyata. 17 Pendekatan kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang bersifat konkret terkait dengan kehidupan nyata melalui pelibatan aktivitas belajar mencoba melakukan dan mengalami sendiri learning by doing.` Dari definisi di atas ditarik kesimpulan bahwa CTL adalah pengajaran dan pembelajaran kontekstual didasarkan pada pengetahuan bahwa mengaitkan merupakan kegiatan alami manusia. CTL merupakan suatu cara yang tepat untuk mempersiapkan siswa kita 15 E.Mulyasa”Menjadi Guru Professional” Bandung:Rosda, 2013.h. 102 16 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010, Cet. 7, h. 255 17 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme guru, Jakarta: grafindo persada, h.187 dalam menghadapi era reformasi, perubahan instan, dan kehadiran teknologi di mana-mana. Dengan demikian pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses. Oleh karena itu, tugas guru mensiasati strategi pembelajaran bagaimana yang dipandang lebih efektif dalam membimbing kegiatan siswa agar siswa dapat menemukan apa yang menjadi harapannya. Sehubungkan dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL Contextual Teaching and Learning yaitu : 1 Dalam CTL pembelajaran merupakan proses mengaktifkan pengetahuan yang sudah ada artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. 2 Pembelajaran yang CTL adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajarn dimulai dengan membelajarkan secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya. 3 Pemahaman pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan. 4 Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut. Pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan prilaku siswa. 5 Melakukan refleksi strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik terhadap proses perbaikan dan penyempurnaan strategi”. 18 b. Komponen CTL Contextual Teaching And Learning 1. Membangun untuk menemukan makna Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pengajaran dan pembelajaran kontekstual. Ketika murid dapat mengaitkan isi dari mata pelajaran akademik matematika, ilmu pengetahuan alam, sejarah, atau bahasa Indonesia dengan pengalaman mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna memberikan mereka untuk belajar. Bisa dikatakan pengaitan yang paling ampuh adalah pengaitan yang mengundang siswa untuk membuat pilihan, menerima tanggung jawab, dan memberikan hasil yang penting bagi orang lain. 2. Pembelajaran Mandiri dan kerjasama Definisi Contextual Teaching and Learning CTL tentang pembelajaran mandiri sangat terkait pada pengertian”mandiri” itu sendiri. Para pelajar yang memiliki tipe seperti itu “mengatur diri sendiri” memerintah diri sendiri. Mereka mengambil keputusan sendiri dan menerima tanggung jawab untuk itu. Pola belajar mereka juga diatur, maksudnya disesuaikan dan dilaksanakan dalam kaitannya dengan sesuatu yang lain. Mereka mengatur, menyesuaikan tindakan mereka untuk mencapai tujuan penting tertentu. Kerja sama adalah komponen penting dalam CTL. Kerja sama dapat menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya pengalaman dan cara pandang yang sempit. Jadi akan lebih memungkinkan untuk menemukan kekuatan dan kelemahan diri, 18 WinaSanjaya,”StrategiPembelajaran”, Jakarta: Kencana,2011. H. 256 belajar untuk menghargai orang lain, mendengar dengan pikiran terbuka, dan membangun persetujuan bersama. 19 3. Berpikir Kritis dan Kreatif Berpikir kritis merupakan sebuah proses terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental, seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian yang terorganisasi. Sedangkan berpikir Kreatif adalah kegiatan mental yang memupuk ide-ide asli dan pemahaman-pemahaman baru. 20 4. Membantu Individu tumbuh kembang Guru CTL menciptakan lingkungan belajar yang membantu murid tumbuhdan berkembang dengan mencontohkan perilaku yang benar dan sifat-sifatintelektual, sopan santun, rasa belas kasih, saling menghormati, rajin, disiplin diri,dan semangat belajar yang mereka harapkan dari para siswanya. Para guru CTLmembimbing setiap siswa untuk mengembangkan kecerdasan yang mudah untukmereka dan menumbuhkan kecerdasan yang merupakan tantangan untuk mereka.Para guru CTL mendorong mereka untuk meningkatkan kecerdasan mereka, danmengeluarkan bakat yang terpendam di dalam diri mereka. 5. Standar tinggi dan penilaian Otentik Dalam sistem pengajaran dan pembelajaran kontekstual yang terpenting adalah membantu semua siswa untuk mencapai standar akademik yang tinggi. Penilaian autentik mengajak para siswa untuk menggunakan pengetahuan akademik dalam konteks dunia nyata untuk tujuan yang bermakna. Sebagai bagiankecil dari keseluruhan sistem CTL, penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran 19 Elaine B. Johnsos, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan kegiatan Belajar- MengajarMenjadiMengasyikandanBermakna, Bandung: Kaifa Learning, 2010, Cet. VIII,h. 164 20 Elin Rosalie, Gagasan merancang pembelajaran Kontekstual, Bandung: Karsa Mandiri Persada, 2008 h.55 cet 1 secara langsung, mengharuskan membangun keterkaitan dan kerja sama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Dari komponen-komponen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Contextual Teaching and Learning CTL sebuah pendekatan yang holistik terhadap pendidikan yang dapat digunakan oleh semua siswa baik yang berbakat maupun siswa yang mengalami kesulitan belajar. Keampuhan CTL terletak pada kesempatan yang diberikan kepada semua siswa untuk mengembangkan harapan mereka, untuk mengembangkan bakat mereka, dan mengetahui informasi baru,serta menjadi anggota sebuah masyarakat demokrasi yang cakap. c. Karakteristik Pembelajaran CTL Contextual Teaching and Learning CTL memiliki karakteristik tersendiri. Ciri khas atau karakteristik pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL ditandai oleh tujuh hal utama. 1. Kontrukvisme Constructivisme Kontrukvisme merupakan landasan berpikir Filosofis dalam CTL, yaitu proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalama. 21 Filasafat kontruktivisme Mark Baldwin dan diperdalam oleh Jean Peaget menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya sekedar dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek dari setiap objek yang diamatinya. Keterkaitannya adalah yang mengarah pada makna adalah jantung dari pengajaran dan pembelajaran kontekstual. Ketika siswa dapat mengaitkan isi dari mata pelajaran akademik 21 Dharma kesuma dkk, Contextual Teaching And Learning Sebuah panduan awal dalam pengembangan PBM, Garut: CV. Diandra primamitra Media 2010, Cet ke 1 h.62 matematika, ilmu pengetahuan alam, sejarah, atau bahasa Indonesia dengan pengalaman mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna memberikan mereka untuk belajar. Strategi untuk membelajarkan siswa menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan merupak unsur yang diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap seberapa banyak pengetahuan yang harus diingat oleh siswa. 2. Menemukan Inquiri Siswa dituntut mampu mencari, menganalisa, dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru, pembelajaran mandiri adalah sebuah proses. 22 Sebagaimana proses lainnya, pola ini mengikuti beberapa prosedur untuk bisa mencapai suatu tujuan. Para pelajar yang memiliki tipe seperti itu “mengatur diri sendiri” memerintah diri sendiri. Mereka mengambil keputusan sendiri dan menerima tanggung jawab untuk itu. Pola belajar mereka juga diatur, maksudnya disesuaikan dan dilaksanakan dalam kaitannya dengan sesuatu yang lain. Mereka mengatur, menyesuaikan tindakan mereka untuk mencapai tujuan penting tertentu. 3. Bertanya Questioning Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih hidup, akan mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan mendalam, dan banyak yang akan ditemukan unsur-unsur terkait yang sebelumnya tidak terpikirkan baik oleh guru maupun oleh siswa. Penerapan unsur bertanya dalam pendekatan CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan 22 ElinRosalin,”GagasanMerancangPembelajaranKontektual”Bandung: KarsaMandiriPersada, 2008, h. 50 mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran. Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu. Adapun menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa menemukan sendiri. 23 Dalam implementasi CTL, pertanyaan yang diajukan guru atau siswa harus dijadikan alat atau pendekatan untuk menggali informasi atau sumber belajar yang ada kaitanya dengan kehidupan nyata. 4. Bekerja sama Masyarakat Belajar Kerja sama adalah komponen paling penting dalam pembelajaran CTL Contextual Teaching and Learning, Kerja sama dapat menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya pengalaman dan cara pandang yang sempit. Jadi akan lebih memungkinkan untuk menemukan kekuatan dan kelemahan diri, belajar untuk menghargai orang lain, mendengar denganpikiran terbuka, dan membangun persetujuan bersama. Masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Sepertiyang disarankan dalam learning community, bahwa hasil pembelajaran diperolehdari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman sharing. Melalui sharing ini anak dibiasakan untuk saling memberi dan menerima, 23 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar- Mengajar Menjadi Mengasyikan dan Bermakna, Bandung: kaifa Learning, 2010, Cet. VII, h. sifat ketergantungan yang positif dalam learning community dikembangkan. Kebiasaan penerapan dan mengembangkan masyarakat belajar dalam pendekatan CTL sangat dimungkinkan dan dibuka dengan luas memanfaatkan masyarakat belajar lain di luar kelas. Setiap siswa selayaknya dibimbing dan diarahkan untuk mengembangkan rasa ingin tahunya melalui pemanfaatan sumber belajar secara luas yang tidak hanya didekat oleh masyarakat belajar di dalam kelas akan tetapi sumber manusia lain di luar kelas keluarga dan masyarakat. Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain. 5. Pemodelan Modelling Tahap pembuatan model dapat dijadikan untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh guru. Dalam Pemodelan, peserta didik diberi waktu untuk membuat skenarionya sendiri dan menentukan bagaimana mereka ingin menggambarkan kecakapan dan teknik yang dilakukan di kelas. 24 24 Mel Sibermen, Active Learning 101 Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009, Cet. 6, h. 223 Pada sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru siswanya. Misalnya guru memodelkan langkah-langkah cara menggunakan neraca dan demonstrasi sebelum siswanya melakukan tugas tertentu. Model dapat juga didatangkan dari luar yang ahli di bidangnya, misalnya mendatangkan seorang guru lain untuk memodelkan cara menggunakan bahan ajar untuk mengukur kemampuan siswa seperti contoh di bawah ini. a Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. b Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya. 6. Refleksi Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berpikir ke belakang tentang apa-apayang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri learning to be. Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajariyang telah dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. 25 25 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010, Cet. 7, h. 268 7. Menggunakan penilaian autentik”. 26 Tahap terakhir dari pendekatan CTL adalah melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran yang memiliki fungsi yangamat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa. Guru dengan cermat akan mengetahui kemajuan, kemunduran dan kesulitan siswa dalam belajar, dan dengan itu pula guru akan memiliki kemudahan untuk melakukan upaya-upaya perbaikan dan penyempurnaan proses bimbingan belajar dalam langkah selanjutnya. Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa karakteristik pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL adalah kerjasama, saling menunjang, menyenangkan, tidak membosankan, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman, siswa kritis, guru kreatif, dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, sehingga pembelajaran lebih mengasyikan, menyenangkan, dan bermakna. d. Langkah-langkah Pembelajaran CTL Contextual Teaching and Learning Pembelajaran kontekstual dilakukan melalui langkah berikut ini : 26 Wina Sanjaya,Op.cit.264 a Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimiliki. b Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan. c Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pertanyaan- pertanyaan. d Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya. e Menghadirkan model sebagai contoh pelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya. f Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran. g Melakukan penilaian secara obyektif, yaitu menilai kemampuan sebenarnya pada setiap siswa. Tabel 2.1 Langkah-langkah dengan pendekatan CTL Contexstual Teaching Learning No Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual 1 Kontruktivisme  membangun landasan yang kukuh  Membangun Pemahaman Siswa berdasarkan Pengalaman.  Pembelajaran harus dikemas sebagai proses “Mengkontruksi” bukan hanya menerima pelajaran.  membuat rancangan yang dinamis  menciptakan lingkungan yang mendukung 2 Inkuiri  Mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait materi.  maerumuskan masalah yang ditemukan.  merumuskan hipotesis  merancang dan melakukan eksperiment  mengumpulkan dan menganalisa  Menarik kesimpulan dan mengembangkan sikap ilmiah, yakni obyektif, jujur, hasrat ingin tahu terbuka, berkemauan dan tanggung jawab. 3 Bertanya  Bagi guru mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa  mengecek pemahaman siswa.  membangkitkan respon siswa.  mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.  untu menyegarkan kembali pengetahuan siswa. 4 Masyarakat Belajar  Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.  Bekerjasama dengan orang lain lebih baik dari pada belajar sendiri.  Tukar Pengalaman  Berbagi Ide atau alasan 5 Pemodelan  Poses penampilan suatu contoh agar siswa berpikir, bekerja dan belajar. 6 Refleksi  Cara berpikir apa yang telah dipelajari.  Mencatat apa yang telah dipelajari.  Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok. 7 Penilaian yang sebenarnya  Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.  Dilakukan selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung.  Penilaian produk atau kinerja.  Berkesinambungan.  dapat digunakan sebagai feed back e. Kelebihan dan Kelemahan CTL Contextual Teaching and Learning Pembelajaran kontekstual disamping memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan. 1. Kelebihan a. Pembelajaran lebih bermakna dan nyata. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan menghubungkan materi yang telah ditemukan dalam kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak akan mudah dilupakan. b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruksivisme, dimana setiap siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruksivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal. 2. Kelemahan a. Guru lebih intensif dalam membimbing karena metode CTL guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan kekuatan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar dapat belajar sesuatu dengan tahap perkembangannya. b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula. 27

B. Penelitian Yang Relevan

Dokumen yang terkait

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Peningkatan hasil belajar IPS siswa melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe team game tournament materi masalah sosial lingkungan setempat kelas IV MI Dayatussalam Cileungsi Bogor Jawa Barat Tahun pelajaran 2013/2014

0 4 121

Peningkatan hasil belajar PKN melalui pembelajaran Kooperatif metode point counter point pada siswa Kelas IV MI Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang

0 13 136

Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

2 3 135

Peningkatan hasil belajar IPS (pada studi perkembangan teknologi transportasi) melalui penerapan pendekatan belajar pembelajaran kontekstual siswa kelas IV MI Miftahusshibyan Curug Tangerang

1 19 97

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Pengaruh penggunaan metode CTL (Contextual Teaching And Learning) terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak dan energi

1 21 183

Peningkatan motivasi belajar siswa melalui media audio visual pada mata pelajaran PKN siswa kelas II MI Al-Husna Ciledug Tahun pelajaran 2013/2014

3 12 126

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian - Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan pencemaran lingkungan di Kelas X SMA Negeri 1 Kumai Tahu

0 0 16