Program Penguatan Kelompok Anak Jalanan Berdasarkan Dimensi Keterampilan.

mereka mendapatkan program penguatan kelompok untuk anak jalanan yang telah diberikan Yayasan KKSP. Melalui wawancara Iwan salah seorang anak jalanan menceritakan manfaat yang ia rasakan dari materi tentang perlindungan anak dari bahaya trafficking. Dia bercerita ketika dia hampir menjadi korban trafficking. Pada awalnya dia tidak yakin akan di perdagangkan oleh seniornya sendiri yang statusnya anak jalanan juga. Namun sampai di pelabuhan belawan sebelum ia dibawa oleh kapal yang tidak tahu akan dibawa kemana, ia sadar yang dilakukan seniornya merupakan tindakan perdagangan anak. Setelah itu dia berusaha untuk melarikan diri, dan berhasil keluar. “…untung aja aku teringat dengan materi yang pernah aku dapatkan tentang pencegahan trafficking kak, kalo aja aku telat ingat itu sebentar aja, udah gak disini lagi aku kak”. Sedangkan sebelum mereka mengenal program penguatan kelompok untuk anak jalanan yang dilakukan oleh Yayasan KKSP mereka kurang memahami materi tentang hak anak dan perlindungan anak. Yang mereka fikirkan bagaimana mendapat makan hari ini. Namun setelah itu mereka merasakan banyak manfaat dari pengetahuan yang telah mereka dapat, baik untuk mereka sendiri ataupun untuk kawan – kawan bahkan saudara mereka.

5.4 Program Penguatan Kelompok Anak Jalanan Berdasarkan Dimensi Keterampilan.

Selain pendidikan anak – anak jalanan juga diberikan dengan berbagai jenis keterampilan. Ini dimaksudkan agar sampai saatnya nanti mereka memutuskan untuk Universitas Sumatera Utara tidak kembali ke jalanan yang sebenarnya terlalu berat dan keras. Mereka dapat menggunakan keterampilan yang pernah diberikan untuk lahan penghidupan mereka. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis, keterampilan yang dominan yang ditekuni anak – anak jalanan adalah keterampilan bermusik. Mereka belajar menggunakan alat – alat musik, bernyanyi sampai menciptakan lagu. Tidak hanya itu, bahkan mereka memiliki kelompok music dengan nama “the baMBoes”. Nama itu dibuat merujuk pada sifat bambu yang tumbuh secara bergerombol, bisa hidup dimana saja dan bisa bertahan hidup, seperti halnya mereka, anak – anak jalanan Indonesia yang tinggal di Medan. Keunikan kelompok music “the baMboes” ini karena kelompok ini menjadi sebuah identitas untuk semua anak jalanan di Medan. Keanggotaanya bersifat sukarela, tidak terbatas pad mereka yang mendirikan kelompok itu. Alat- alat musik yang mereka gunakan adalah barang – barang bekas yang masih bisa dipergunakan, yang mereka sebut sebagai musik sampah. Namun tidak hanya bermusik yang mereka dapatkan, keterampilan lain seperti pelatihan komputer, kerajinan tangan, sampai jurnalistik yang dapat mereka tuangkan melalui media Tualang, yakni majalah anak-anak, yang dikelola oleh anak-anak mulai dari pengumpulan berita, pencetakan sampai pada pendistribusian. Berikut ini adalah distribusi responden tentang pernah atau tidaknya anak jalanan mendapat keterampilan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.20 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.20 Distribisi Jawaban Responden Mengenai Pernah Atau Tidaknya Anak Jalanan Mendapat Keterampilan No Alternatif Jawaban Sebelum Mendapatkan Program Before Sesudah Mendapatkan Program After Jumlah Orang Persen Jumlah Orang Persen 1. 2. 3. Sering Jarang Tidak pernah 4 12 4 20 60 20 12 8 60 40 Jumlah 20 100 20 100 Sumber, Kuesioner, 2011 Berdasarkan data pada tabel 5.20 di atas dapat diketahui bahwa 60 anak jalanan sering mendapatkan keterampilan setelah bergabung dengan Yayasan KKSP. Keterampilan yang mereka dapatkan beragam. Antara lain bermusik, membuat kerajinan tangan, seperti membuat gelang dari tali, bingkai foto, dan banyak lagi yang mereka buat dengan barang bekas tetapi dijadikan sesuatu yang bermanfaat. Sama halnya kerajinan tangan yang mereka buat kebanyakan berasal dari bahan – bahan yang dikatakan tidak digunakan orang banyak, alat – alat musik yang mereka gunakan adalah barang – barang bekas dan mudah ditemukan di rumah, di sungai, bahkan ditempat pembuangan sampah, tetapi tetap masih bisa dipergunakan dan Universitas Sumatera Utara bahkan menjadi suatu melodi yang indah. Beranjak dari situ mereka menyebutnya sebagai musik sampah. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang staff Yayasan KKSP di divisi pendidikan untuk anak jalanan sekaligus merupakan kordinator “Rumah Musik” karena ia juga dulunya berstatus anak jalanan Alley Atmawidjaya mengatakan, “…Penggunaan musik sampah bukan karena ketidakberdayaan anak jalanan untuk memilikinya, tetapi musik sampah sebagai media pendidikan bagi mereka sendiri untuk dapat mendaur ulang benda – benda yang tidak berguna jadi lebih berguna. Sedangkan konsep musiknya, setiap benda yang menghasilkan bunyi adalah musik. Ini diasumsikan agar anak – anak jalanan lebih peka terhadap lingkungan sosialnya”. Tidak hanya bermusik atau kerajinan tangan yang anak jalanan dapatkan, setelah mengikuti program penguatan kelompok. Pelatihan – pelatihan keterampilan lainnya seperti pelatihan komputer dan software, bahkan diantara mereka pernah dikutkan untuk mengikuti pelatihan mengendarai kendaraan seperti mobil. Keterampilan yang diberikan diharapkan bisa menjadi modal mereka untuk tidak lagi menggantungkan diri di jalanan. Selanjutnya, distribusi responden tentang perasaan mereka ketika mendapat keterampilan. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel 5.21 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.20 Distribisi Jawaban Responden Mengenai Perasaan Anak Jalanan Mendapatkan Keterampilan No Alternatif Jawaban Sebelum Mendapatkan Program Before Sesudah Mendapatkan Program After Jumlah Orang Persen Jumlah Orang Persen 1. 2. 3. Senang Kurang senang Tidak senang 13 7 65 35 16 4 80 20 Jumlah 20 100 20 100 Sumber, Kuesioner, 2011 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.21 di atas menunjukan bahwa anak – anak jalanan senang ketika mereka mendapatkan keterampilan. Setelah bergabung dengan Yayasan KKSP dan mengikuti program penguatan kelompok, anak – anak jalanan menjadi lebih senang. Hal ini dikarenakan, mereka banyak mempelajari hal baru yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya. Sepertinya misalnya, anak – anak jalanan diajarkan menggunakan alat – alat musik yang terbuat dari barang bekas. Contohnya saja gamelan yang terbuat dari botol vodka yang diisi air dengan volume isi bervariasi. Ada juga yang khas seperti biola gergaji. Seperti namanya, gergaji difungsikan sebagai biola. Alat geseknya sama seperti penggesek Universitas Sumatera Utara biola biasa yang disebut bow. Mereka juga menggunakan nama tamborin, dan mereka buat dari kemasan plastik susu yang diisi pasir atau beras. Selain itu mereka juga menggunakan sendok, baskom, tabung kemesan mineral yang berfungsi sebagai drum. Dan masih banyak yang lain. Keterampilan yang didapatkan mereka selama ini membuat mereka senang menjalani hari – harinya. Karena setiap hari mereka bisa mendapatkan keterampilan dan berkumpul bersama dengan kawan – kawan yang lain juga. Ditambah lagi prestasi yang mereka raih dari beberapa perlombaan yang mereka ikuti dari kerempilan yang mereka dapatkan. Prestasi tersebut tentu sangat membanggakan, namun yang selalu membuat anak – anak jalanan bangga adalah penghargaan tak tertulis dari penikmat seni mereka yang kerap kali memberikan aplaus dalam setiap penampilan. Mereka senang karena pesan – pesan yang ingin disampaikan dapat dimaknai dengan baik. Selanjutnya distribusi responden mengenai kebermanfaatan dari keterampilan yang mereka dapat. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 5.22 berikut ini. Universitas Sumatera Utara

5.22 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kebermanfaatan Dari Keterampilan yang Diperoleh