bahkan prilaku-prilaku maladaptive, seperti : autism, ‘nakal’, sukar diatur, yang kelak mendorong mereka menjadi manusia ‘tidak normal’ dan prilaku criminal Huraerah,
2006 : 27.
II.4 Pengertian Anak Jalanan
Anak jalanan adalah anak-anak yang mencari nafkah di jalanan. Umumnya sebagai pengamen, pedagang asongan, gelandangan, pengemis, penjual koran, tukang
semir sepatu, pemulung, tukang parker hingga pekerja seks anak Hambali Batubara, 2010 : v.
Menurut Departemen social, seseorang akan dikatakan anak jalanan bila berumur dibawah 18 tahun dan berada di jalan lebih dari 6 jam sehari, 6 hari
seminggu. UNICEF memberikan definisi tentang anak jalanan, yaitu street child are those who have abandoned their homes, school and immediate communities before
they are sixteen years of age, and have drifted into nomadic street life anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari
keluarga, sekolah, lingkungan dan masyarakat teredekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya.
Sementara, definisi yang dirumuskan dalam Lokakarya Kemiskinan dan Anak Jalanan, yang diselanggarakan Departemen Sosial pada tanggal 25 dan 26 Oktober
1995, anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan dan tempat-tempat umum lainnya. Definisi
tersebut, kemudian dikembangkan oleh Ferry Johanes pada seminar tentang Pemberdayaan Anak Jalanan yang dilaksanakan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial
Universitas Sumatera Utara
Bandung pada bulan Oktober 1996, yang menyebutkan bahwa, anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktunya di jalanan, baik untuk bekerja maupun tidak,
yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan dengan keluarga atau terputus hubungannya dengan keluarga, dan anak yang mandiri sejak kecil karena kehilangan
orang tua keluarga Huraerah, 2006 : 80. Ciri khas sebagian besar anak jalanan yang berada di kota-kota besar
umumnya merupakan perantau. Mereka belajar bagaimana berthan hidup hingga memiliki karakter dan lebih eksis. Resistensinya terhadap permasalahan dijalanan
cukup tinggi. Anak jalanan memiliki beberapa tipe, yakni antara lain:
1. Anak jalanan yang masih memiliki dan tinggal dengan orang tua.
2. Anak jalanan yang masih memiliki orang tua tapi tidak tinggal dengan orang
tua 3.
Anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua tapi tinggal dengan keluarga.
4. Anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua dan tidak tinggal dengan
keluarga. Berdasarkan hasil kajian dilapangan, secara garis besar anak jalanan
dibedakan ke dalam tiga kelompok : 1.
Children On the Street Anak jalanan yang bekerja di jalanan, yakni anak- anak yang mempunyai kegiatan ekonomi – sebagai pekerja anak di jalan,
namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu penyangga
Universitas Sumatera Utara
ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orangtuanya.
2. Children of the street Anak jalanan yang hidup dijalanan, yakni anak-anak
yang berpartisipasi penuh dijalanan, baik secara social maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orangtuanya,
tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab lari atau pergi dari rumah.
Berbagai penelitian menunjukan bahwa anak-anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara social-emosional, fisik maupun
seksual. 3.
Children from families of the street atau children in the street, yakni anak- anak yang berasal dari keluarga yang hidup dijalanan. Salah satu ciri penting
dari kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi bahkan sejak masih dalam kandungan. Di Indonesi, kategori ini dengan
mudah ditemui di berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjangrel kereta api, dan sebagainya walau secara kuantitatif jumlahnya belum
diketahui secara pasti Bagong, 1999 : 41-42. Studi yang dilakukan UNICEF pada anak-anak yang dikategorikan children of
the street, menunjukan bahwa motivasi mereka hidup dijalanan bukanlah sekedar karena desakan kebutuhan ekonomi rimah tangga, melainkan juga karena terjadinya
kekerasan dan keretakan kehidupan rumah tangga orangtuanya. Bagi anak-anak ini, kendati kehidupan dijalanan sebenarnya tak kalah keras, namun bagaimanapun dinilai
lebih memberikan alternative dibandingkan dengan hidup dalam keluarganya yang
Universitas Sumatera Utara
penuh dengan kekerasan yang tidak dapat mereka hindari. Meski tidak selalu terjadi, tetapi acap ditemui bahwa latar belakang anak-anak memilih hidup dijalanan adalah
karena kasus-kasus child abuse tindakan yang salah pada anak Bagong, 1999 : 46.
II.5 Faktor – faktor yang Menyebabkan Munculnya Anak Jalanan