Berangkat dari kondisi yang telah dipaparkan dan latar belakang permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian berkenaan dengan
evaluasi pelaksanaan program penguatan kelompok yang diberikan oleh Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan KKSP Medan terhadap anak jalanan serta
melihat sejauh mana keberhasilan pelaksanaan program tersebut dalam upaya pemberdayaan anak jalanan di kota Medan. Untuk itu, penulis mengangkat
permasalahan yang dirangkum dalam penelitian sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul: Evaluasi pelaksanaan program penguatan kelompok anak
jalanan oleh Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan KKSP Medan”.
I.2 Perumusan Masalah
Menurut Husaini Usman dan Purmono Setiady Akbar, 1995:26 perumusan masalah ialah usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan
penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahannya. Perumusan masalah merupakan penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan
masalah. Perumusan masalah bertujuan agar keseluruhan proses penelitian bisa benar-benar terarah dan fokus pada satu topik penelitian yang jelas. Berdasarkan latar
belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan yaitu sebagai berikut :
“Bagaimana pelaksanaan program penguatan kelompok anak jalanan yang diberikan oleh yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan KKSP Medan?”
I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.3.1 Tujuan Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengevaluasi pelaksanaan program penguatan kelompok yang dilakukan oleh Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan KKSP Medan
untuk anak jalanan.
I.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah : 1.
Secara akademis, dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap keilmuan yang dikembangkan Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan
dapat bermanfaat dalam pembuatan keputusan dan kebijakan dalam upaya menyikapi masalah sosial.
2. Secara teoritis, dapat mempertajam kemampuan penulis dalam penulisan
karya ilmiah, menambah pengetahuan dan mengasah kemampuan berpikir penulis dalam menyikapi dan menganalisis masalah-masalah sosial.
3. Secara praktis, dapat digunakan sebagai bahan masukan, pertimbangan dan
sebagai bahan evaluasi khususnya bagi Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan KKSP Medan dan bagi pemerintah, maupun pihak-pihak luar
secara umum guna meningkatkan pelaksanaan program yang diberikan kepada anak jalanan.
I.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Universitas Sumatera Utara
Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tentang uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti, kerangka
pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang tiooe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan
teknik analisa data.
BAB IV : DESKRIIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang uraian sejarah geografis dan gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan
masalah objek yang diteliti.
BAB V : ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran atas penelitian yang telah dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Evaluasi Program, Dimensi dan Tahapan Evaluasi Program serta Tujuan Evaluasi Program
II.1.1 Pengertian Evaluasi Program
Istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan program. Secara
umum, istilah evaluasi sapat disamakan dengan penaksiran appraisal, pemberian angka ratting dan penilaian assessment kata-kata yang menyatakan usaha untuk
menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat
hasil kebijakan. Ketika hasil kebijakan pada kenyataan mempunyai nilai, hal ini karena hasil tersebut member sumbangan pada tujuan atau sasaran, dalam hal ini
dikatakan bahwa kebijakan atau program telah mencapai tingkat kinerja yang
Universitas Sumatera Utara
bermakna, yang berarti bahwa masalah-masalah kebijakan dibuat jelas atau diatasi Dunn, 1999.
Menurut Bryant dan White dalam Kuncoro 1997, evaluasi adalah upaya untuk mendokumentasikan dan melakukan penilaian tentang apa yang terjadi.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata evaluasi berarti penilaian hasil.
Anderson dalam Arikunto, 2004 : 1 memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan
untuk mendukung tercapainya tujuan. Sedangkan Stufflebeam dalam Arikunto, 2004 : 1, mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian
dan pemberian informasi yang bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternative keputusan.
Patton dan Sawicki 1991 mengklasifikasikan metoda pendekatan yang dapat dilakukan dalam penelitian evaluasi menjadi 6 enam yaitu :
a. Before and after comparisons, metode ini mengkaji suatu objek penelitian
dengan membandingkan antara kondisi sebelum dan kondisi sesudahnya suatu kebijakan atau program diimplementasikan.
b. With and without comparisons, metode ini mengkaji suatu objek penelitian
dengan menggunakan pembandingan kondisi antara yang tidak mendapat dan yang mendapat kebijakan atau program, yang telah di modifikasi dengan
memasukan perbandingan kriteria-kriteria yang relevan di tempat kejadian peristiwa TKP dengan program terhadap suatu TKP tanpa program.
Universitas Sumatera Utara
c. Actual versus planed performance comparisons, metode ini mengkaji suatu
objek penelitian dengan membandingkan kondisi yang ada actual dengan ketetapan-ketetapan perencanaan yang ada planned.
d. Experimental controlled models, metode ini mengkaji suatu objek penelitian
dengan melakukan percobaan yang terkontroldikendalikan untuk mengetahui kondisi yang diteliti.
e. Quasi experimental models, metode ini mengkaji suatu objek penelitian
dengan melakukan percobaan tanpa melakukan pengontrolanpengendalian terhadap kondisi yang diteliti.
f. Cost oriented models, metode ini mengkaji suatu objek penelitian yang hanya
didasarkan pada penelitian biaya terhadap suatu rencana. Fungsi utama evaluasi, pertama memberi informasi yang valid dan dapat
dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan yang telah dicapai melalui tindakan public. Kedua, evaluasi memberi
sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target, nilai diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan
dan target. Nilai juga dikritik dengan menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan dan taget dalam hubungan dengan masalah yang dituju yang dapat menganalisis
alternative sumber nilai misalnya kepentingan kelompok maupun landasan mereka dalam berbagai bentuk rasionalitas misalnya teknis, ekonomis, legal, social,
substantif. Nugroho 2004 : 185 mengatakan bahwa evaluasi akan memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan yaitu seberapa
jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan yang telah dicapai melalui tindakan public.
Universitas Sumatera Utara
Suharsimi Arikunto dan Abdul Jabar 2004 ; 14 Evalusi program adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas atau kecocokan
sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu didasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data
yang diobservasi dengan menggunakan standard tertentu yang telah di bakukan. Ralp Tyler, 1950 dalam Suharsimi, 2007 mendefinisikan bahwa evaluasi
program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan program sudah dapat terealisasi. Sedangkan Cronbach 1963 dan Stufflebeam 1971 evaluasi program
adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi program adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu program pemerintah yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternative atau pilihan yang tepat dalam mengambil
sebuah keputusan. Dengan melakukan evaluasi maka akan ditemukan fakta pelaksanaan
kebijakan public dilapangan yang hasilnya bisa positif ataupun negative. Sebuah evaluasi yang dilakukan secara professional akan menghasilkan temuan yang obyektif
yaitu temuan apa adanya; baik data, analisis dan kesimpulannya tidak dimanipulasi yang pada akhirnya akan memberikan manfaat kepada perumus kebikan, pembuat
kebijakan dan masyarakat.
II.1.2 Pengertian Program
Universitas Sumatera Utara
Program dapat diartikan menjadi dua istilah yaitu program dalam arti khusus dan program dalam arti umum. Pengertian secara umum dapat diartikan bahwa
program adalah sebuah bentuk rencana yang akan dilakukan. Apabila “program” dikaitkan langsung dengan evaluasi program maka program didefinisikan sebagai unit
atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi
yang melibatkan sekelompok orang. Dengan demikian yang perlu ditekankan bahwa program terdapat tiga unsur
penting yaitu : a.
Program adalah realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan. b.
Terjadi dalam kurun waktu yang lama dan bukan kegiatan tunggal tetapi jamak berkesinambungan.
c. Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.
Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena
melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu relatif lama. Pelaksanaan program selalu terjadi dalam sebuah
organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang.
II.1.3 Dimensi dan Tahapan Evaluasi Program
Setelah kita menentukan obyek evaluasi selanjutnya harus menentukan aspek- aspek dari obyek yang akan di evaluasi. Menurut Stake, 1967, Stuffebeam, 1959,
Universitas Sumatera Utara
Alkin 1969 dalam Suharsimi, 2007 telah mengemukakan bahwa evaluasi berfokus pada empat aspek yaitu :
a. Konteks
b. Input
c. Proses implementasi
d. Produk
Menurut Beni Setiawan 1999:20 Direktorat Pemantauan dan Evaluasi Bapenas, tujuan evaluasi program adalah agar dapt diketahui dengan pasti apakah
pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan program dimasa yang akan
datang. Menurut Beni Setiawan, 1999:20 dimensi utama evaluasi diarahkan kepada
hasil, manfaat, dan dampak dari program. Pada prinsipnya yang perlu dibuat perangkat evaluasi yang dapat diukur melalui empat dimensi yaitu :
a. Indikator masukan input
b. Proses process
c. Keluaran ouput
d. Indikator dampak outcame
Evaluasi merupakan cara untuk membuktikan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan dari suatu program, oleh karena itu pengertian evaluasi sering digunakan
untuk menunjukan tahapan siklus pengelolahan program yang mencakup : a.
Evaluasi pada tahap perencanaan EX-ANTE. Pada tahap perencanaan, evaluasi sering digunakan untuk memilih dan menentukan prioritas dari
Universitas Sumatera Utara
berbagai alternative dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
b. Evaluasi pada tahap pelaksanaan ON-GOING. Pada tahap pelaksanaan,
evaluasi digunakan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan program dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Evaluasi pada tahap Pasca Pelaksanaan EX-POST pada tahap pasca
pelaksanaan evaluasi ini diarahkan untuk melihat apakah pencapaian keluaranhasildampak program mampu mengatasi masalah pembangunan
yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini dilakukan setelah program berakhir untuk menilai relevansi dampak dibandingkan masukan, efektivitas hasil
dibandingkan keluaran, kemanfaatan dampak dibandingkan hasil, dan keberlanjutan dampak dibandingkan dengan hasil dan keluaran dari suatu
program. Hubungan ketiga tahapan tersebut sangat erat, selanjutnya terdapat perbedaan
metodelogi antara evaluasi program yang berfokus kerangka anggaran dengan yang berfokus pada kerangka regulasi. Evaluasi program yang berfokus pada anggaran
dilakukan dengan dua cara yaitu : penilaian indicator kinerja program berdasarkan keluaran dan hasil dan studi evaluasi program berdasarkan dampak yang timbul. Cara
pertama dilakukan melalui perbandingan indicator kinerja sasaran yang direncanakan dengan realisasi, informasi yang relevan dan cukup harus tersedia dengan nudah
sebelum suatu indicator kinerja program dianggap layak. Cara yang kedua dilaksanakan melalui pengumpulan data dan informasi yang bersifat mendalam
terhadap hasil, manfaat dan dampak dari program yang telah selesai dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
Hal yang paling penting adalah mengenai informasi yang dihasilkan dan bagaimana memperoleh informasi, dianalisis dan dilaporkan. Informasi harus bersifat
independen, obyektif, relevan dan dapat diandalkan.
II.1.4 Tujuan Evaluasi Program
Seperti disebutkan oleh Sudjana 2006:48, tujuan khusus evaluasi program terdapat 6 enam hal, yaitu untuk :
a. Memberikan masukan bagi perencanaan program;
b. Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan yang berkaitan dengan tindak
lanjut, perluasan atau penghentian program; c.
Memberikan masukan bagi pengambil keputusan tentang modifikasi atau perbaikan program;
d. Memberikan masukan yang berkenaan dengan faktor pendukung dan
penghambat program; e.
Memberi masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan pengawasan, supervise dan monitoring bagi penyelenggara, pengelola, dan pelaksana
program; f.
Menyajikan data tentang landasan keilmuan bagi evaluasi program pendidikan luar sekolah.
Selanjutnya Sudjana berpendapat bahwa tujuan evaluasi adalah untuk melayani pembuat kebijakan dengan menyajikan data yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan secara bijaksana. Oleh karenanya evaluasi program dapat menyajikan 5 lima jenis informasi dasar sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Berbagai data yang dibutuhkan untuk menentukan apakah pelaksanaan suatu
program harus dilanjutkan. b.
Indicator-indikator tentang program-program yang paling berhasil berdasarkan jumlah biaya yang digunakan.
c. Informasi tentang unsur-unsur setiap program dan gabungan antar unsur
program yang paling efektif berdasarkan pembiayaan yang diberikan sehingga efisiensi pelaksanaan program dapat tercapai.
d. Informasi untuk berbagai karakteristik sasaran program-program pendidikan
sehingga para pembuat keputusan dapat menentukan tentang individu, kelompok, lembaga atau komunitas mana yang paling menerima pengaruh
dari pelayanan setiap program. e.
Informasi tentang metode-metode baru untuk memecahkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan evaluasi pengaruh program.
II.2 Pengertian Kelompok Sebuah kelompok merupakan sekumpulan orang-orang yang saling
berinteraksi satu sama lain secara teratur selama jangka waktu tertentu, dan mereka beranggapan bahwa mereka saling bergantungan satu sama lain, sehubungan dengan
upaya mencapai sebuah tujuan umum. Jhonson dan Johnson menyebutkan kelompok adalah dua individu atau lebih
berinteraksi tatap muka face to face interaction yang masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok dan saling ketergantungan secara positif dalam
mencapai tujuan bersama.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut Bion, kelompok bukanlah sekedar kumpulan individu, melainkan merupakan suatu satuan dengan ciri dinamika dan emosi tersendiri. Ciri-
ciri group ini berfungsi pada taraf tidak sadar dan didasarkan pada kecemasan- kecemasan dan motivasi-motivasi dasar yang ada pada manusia.
Dengan definisi tersebut menekankan ciri penting suatu kelompok, yaitu bahwa dengan berbagai cara anggotanya saling mempengaruhi satu sama lain. Besar
atau ruang lingkup kegiatan yang ditunjukan oleh satu kelompok merupakan dimensi lain yang penting. Ada kelompok yang terpusat pada satu masalah. Di sini, kelompok
dibentuk untuk suatu tujuan khusus. Salah satu cara membedakan kelompok dengan kelompok lainnya adalah
melalui beberapa karakter: 1.
Entiativityentiativitas : merupakan derajat dimana satu kelompok dipersepsikan sebagai satuan koheren.
2. Komposisi Kelompok
• The Size ukuran
• The Gender jenis kelamin
• Ethnicidentity of The Member Etnik anggota kelompok
3. Homogenitas Kelompok
4. Tujuan Kelompok
Terdapat tiga kriteria objektif bagi suatu kelompok. Pertama, kelompok ditandai oleh sering terjadinya interaksi. Kedua, pihak yang berinteraksi
mendefinisikan diri mereka sebagai anggota. Ketiga, pihak yang berinteraksi
Universitas Sumatera Utara
didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok Merton, 1965 : 285-286. Lebih tegas Merton membedakan konsep kelompok dengan konsep kolektiva yang
didefinisikan bahwa kriteria yang ditonjolkan dalam kelompok ialah adanya sejumlah orang yang mempunyai solidaritas atas dasar nilai bersama yang dimiliki serta adanya
rasa kewajiban moral untuk menjalankan peran yang diharapkan.
II.2.1 Klasifikasi Kelompok
a. Kelompok Formal
Ditandai dengan peraturan atau anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dan pembagian tugas yang jelas. Contoh : Partai Politik, Koperasi
b. Kelompok Informal
Tidak didukung oleh peraturananggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang ada. Sifatnya berdasarkan kekeluargaan dengan perasaan simpatik. Contoh :
Kelompok Arisan
c. Kelompok Terbuka
Kelompok terbuka adalah suatu kelompok yang secara tetap mempunyai rasa tanggap akan perubahan dan pembaharuan
d. Kelompok Tertutup
Universitas Sumatera Utara
Adalah suatu kelompok yang kecil kemungkinannya untuk menerima perubahan dan pembaharuan atau memiliki kecenderungan untuk tetap
menjaga kestabilan yang telah ada. e.
Kelompok Primer Kelompok Primer Merupakan kelompok sosial dimana interaksi sosial
terjadi yg anggotanya saling mengenal dekat dan memiiki hubungan yg erat dalam kehidupan Contoh : keluarga, rukun tetangga, kelompok diskusi,
kelompok agama dan lain-lain f.
Kelompok Sekunder Terjadi apabila interaksi sosial dilakukan secara tidak langsung,
berjauhan dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan sifatnya lebih objektif. Contoh: Partai politik, Himpunan serikat pekerja, dll
II.2.2 Fungsi Kelompok
Kelompok sering kali memiliki dampak yang kuat terhadap anggota- anggotanya. Empat aspek dari kelompok yang memainkan peran kunci, yakni peran,
status, norma, dan kohesivitas. a.
PERAN: Diferensiasi fungsi di dalam kelompok Peran merupakan suatu set prilaku yang diharapkan dilakukan oleh
individu yang memiliki posisi spesifik dalam suatu kelompok Robert A Baron Donn Byrne, 2005 : 177. Peran dapat membantu memperjelas
tanggung jawab dan kewajiban anggota-anggotanya, maka peran sangat berguna. Orang-orang yang berbeda melakukan tugas-tugas yang berbeda
Universitas Sumatera Utara
dan diharapkan dapat mencapai hal-hal yang berbeda demi kelompok. Dan setiap anggota dalam kelompok akan memainkan peran yang berbeda.
b. STATUS: Hierarki dalam kelompok
Status adalah posisi atau tingkatan di dalam suatu kelompok. Peran atau posisi yang berbeda dalam kelompok sering dihubungkan dengan tingkat
status yang berbeda. Orang-orang sering kali sensitif pada status, karena status terkait dengan begitu banyak hasil akhir yang diharapkan. Untuk alasan
ini, kelompok sering menggunakan status sebagai alat dalam mempengaruhi perilaku anggotanya. Hanya anggota yang “baik”, yang mengikuti peraturan
kelompok yang menerima status tinggi. c.
NORMA: Peraturan Permainan Faktor ketiga yang menyebabkan kelompok memiliki dampak yang
kuat terhadap anggota-anggotanya adalah norma. Norma merupakan peraturan yang diciptakan oleh kelompok untuk memberi tahu anggotanya bagaimana
mereka seharusnya bertingkah laku. Norma sering kali memiliki dampak yang kuat terhadap perilaku. Kepatuhan pada norma sering kali merupakan kondisi
yang diperlukan untuk mendapatkan status dan penghargaan lain yang dikontrol oleh kelompok Robert A Baron Donn Byrne, 2005 : 179.
d. KOHESIVITAS: Kekuatan yang mengikat
Kohesivitas merupakan segala kekuatan faktor-faktor yang menyebabkan anggota bertahan dalam kelompok. Sepeti kesukaan pada
anggota lain dalam kelompok dan keinginan untuk menjaga atau meningkatkan status dengan menjadi anggota dari kelompok yang tepat
Universitas Sumatera Utara
Festinger dkk, 1950. Kohesivitas meliputi depersonalized attraction yang berarti kesukaan pada anggota lain dalam kelompok yang muncul dari fakta
bahwa mereka adalah anggota dari kelompok tersebut dan mereka menunjukan atau merepresentasikan karakteristik-karakteristik kunci
kelompok yang cukup berbeda dari trait mereka sebagai individu Hogg Haines, 1966.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kohesivitas, antara lain; o
Status di dalam kelompok. Kohesivitas sering kali lebih tinggi pada diri anggota dengan status yang tinggi daripada yang
rendah. o
Usaha yang dibutuhkan untuk masuk kedalam kelompok. Makin besar usaha yang dilakukan, makin tinggi kohesivitas.
o Keberadaan ancaman eksternal atau kompetisi yang kuat.
Ancaman seperti itu meningkatkan ketertarikan dan komitmen anggota pada kelompok.
o Ukuran. Kelompok kecil cenderung untuk lebih kohesif
daripada yang besar.
II.2.3 KOORDINASI DALAM KELOMPOK
Pertolongan bersifat timbal balik dan saling menguntungkan kedua belah pihak, pola seperti ini dikenal dengan kerja sama coorperation. Dalam kerjasama
melibatkan situasi dimana kelompok bekerja secara bersama-sama untuk mendapatkan tujuan yang sama. Kerja sama dapat menjadi sangat menguntungkan,
Universitas Sumatera Utara
bahkan, melalui proses ini, kelompok dapat memperoleh hasil yang tidak pernah mereka harap dapat dicapai sendirian Robert A Baron Donn Byrne, 2005 : 188.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja sama adalah, timbal balik, orientasi pribadi dan komunikasi. Timbal balik reciprocity adalah faktor yang paling pasti
diantara ketiganya. Karena ketika seseorang bekerja sama dengan orang lain dan mengesampingkan kepentingan pribadinya, biasanya seseorang tersebut akan
melakukan hal yang sama sebagai balasannya. Sebaliknya, jika mereka tidak bersikap baik dan memaksakan kepentingan sendiri, seseorang akan melakukan hal yang sama
Kerr Kaufman-Gilliland, 1944. Faktor kedua yang memiliki efek kuat terhadap kerjasama adalah orientasi
pribadi pada prilaku seperti itu. Secara spesifik, temuan penelitian memperlihatkan bahwa individu dapat memiliki satu dari tiga orientasi yang berbeda terhadap situasi
yang meliputi dilemma sosial, yaitu : 1.
Orientasi kooperatif, di mana mereka memilih untuk memaksimalkan hasil akhirbersama yang diterima oleh semua orang yang terlibat.
2. Orientasi individualistic, di mana fokus utamanya adalah untuk
memaksimalkan hasil mereka sendiri. 3.
Orientasi kompetitif, di mana fokus utamanya adalah untuk mengalahkan orang lain DeDreu McCusker, 1997; Van Lange Kuhlman, 1994.
Orientasi ini memiliki dampak besar pada bagaimana orang bertindak di banyak situasi, jadi hal tersebut merupakan factor penting sehubungan dengan
tercipta atau tidak terciptanya kerjasama.
Universitas Sumatera Utara
Faktor ketiga yang mempengaruhi kerja sama adalah komunikasi. Penalaran umum menunjukan bahwa jika individu dapat mendiskusikan situasi dengan
orang lain, mereka mungkin akan segera menyimpulkan bahwa pilihan yang terbaik untuk setiap orang adalah bekerja sama, karena hal ini akan bermanfaat
bagi semua yang terlibat. Secara spesifik, dampak yang menguntungkan dapat dan memang terjadi jika
anggota kelompok membuat komitmen pribadi untuk bekerja sama satu sama lain dan jika komitmen ini didukung oleh norma pribadi yang kuat untuk
menghargainya Robert A Baron Donn Byrne, 2005 : 192.
II.3 Pengertian Anak
Menurut The Minimum Age Convention Nomor 138 tahun 1973, pengertian tentang anak adalah seseorang yang berusia 15 tahun ke bawah. Sebaliknya, dalam
Convention on The Right of The Child Tahun 1989 yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Keppres Nomor 39 Tahun 1990 disebutkan bahwa anak adalah
mereka yang berusia 18 tahun kebawah. Sementara itu, UNICEF mendefisikan anak sebagai penduduk yang berusia antara 0 sampai dengan 18 tahun. Undang-undang RI
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga menyebutkan bahwa anak adalah Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk
anak yang masih dalam kandungan. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Universitas Sumatera Utara
Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia,
dan sejahtera. Menurut Undang-undang no.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, hak
anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, masyarakat, pemerintah dan Negara. Hak dan kewajiban
anak tercantum dalam pasal Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa :
1. Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
2. Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status
kewarganegaraan. 3.
Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbinga
orang tua. 4.
Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.
5. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial
sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.
Universitas Sumatera Utara
6. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya
http:www.pdat.co.idUUnomer23tahun2002tentangperlindungananak, Medan, diakses 01 February 2011 Pukul 10.00 WIB
Disamping uraian hak-hak anak yang tertuang dalam Undang – undang nomer 23 Tahun 2002 di atas, pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi Konvensi Hak
Anak PBB melalui Keppres Nomor 39 tahun 1990. Menurut KHA yang diadopsi dari Majelis Umum PBB tahun 1989, setiap anak tanpa memandang ras, jenis kelamin,
asal-usul keturunan, agama maupun bahasa, mempunyai hak-hak yang mencakup empat bidang:
1. Hak atas kelangsungan hidup, menyangkut hak atas tingkat hidup yang layak
dan pelayanan kesehatan. 2.
Hak untuk berkembang, mencakup hak atas pendidikan, informasi, waktu luang, kegiatan seni dan budaya, kebebasan berfikir, berkeyakinan dan
beragama, serta hak anak cacat berkebutuhan khusus atas pelayanan, perlakuan dan perlindungan khusus.
3. Hak perlindungan, mencakup perlindungan atas segala bentuk eksploitasi,
perlakuan kejam dan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana. 4.
Hak partisipasi, meliputi kebebasan untuk menyatakan pendapat, berkumpul dan berserikat, serta hak untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan yang
menyangkut dirinya.
Universitas Sumatera Utara
Selain hak anak yang harus dipenuhii oleh orang tua, keluarga dan negara, anak juga memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar yang menuntut untuk dipenuhi
sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan wajar. Menurut Katz, kebutuhan dasar yang penting bagi anak adalah adanya hubungan orang tua dan anak
yang sehat dimana kebutuhan anak seperti, perhatian dan kasih sayang yang continue, perlindungan, dorongan dan pemeliharaan harus dipenuhi oleh orang tua Huraerah,
2006 : 27. Sedangkan Huttman menyebutkan kebutuhan anak antara lain :
1. Kasih sayang orang tua
2. Stabilitas emosional
3. Pengertian dan perhatian
4. Pertumbuhan kepribadian
5. Dorongan kreatif
6. Pembinaan kemampuan intelektual dan keterampilan dasar
7. Pemeliharaan kesehatan
8. Pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal yang sehat dan
memadai 9.
Aktivitas rekreasional yang konstruktif dan positif 10.
Pemeliharaan, perawatan dan perlindungan Huraerah, 2006 : 28. Kegagalan dalam proses pemenuhan kebutuhan tersebut akan berdampak
negative pada pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual, mental, dan social anak. Anak bukan saja mengalami kerentanan fisik akibat gizi dan kualitas kesehatan
yang buruk, melainkan pula mengalami hambatan mental, lemah daya – nalar dan
Universitas Sumatera Utara
bahkan prilaku-prilaku maladaptive, seperti : autism, ‘nakal’, sukar diatur, yang kelak mendorong mereka menjadi manusia ‘tidak normal’ dan prilaku criminal Huraerah,
2006 : 27.
II.4 Pengertian Anak Jalanan