1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber
daya manusia melalui kegiatan pengajaran, kegiatan pengajaran ini diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Aktivitas operasional dari kegiatan pengajaran untuk jenjang pendidikan dasar dan
menengah dilaksanakan oleh guru Yamin, 2007.
Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan dan merupakan sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan Djamarah,
2000. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, selain harus memenuhi syarat kedewasaan, sehat jasmani dan rohani, guru juga harus memiliki ilmu dan
keterampilan keguruan, salah satunya adalah keterampilan guru dalam berkomunikasi Sukmadinata, 2005. Sama halnya, menurut Santrock 2007
dalam menjalankan tugasnya guru harus menguasai beberapa keterampilan profesional, salah satunya adalah keterampilan komunikasi. Keterampilan
komunikasi tersebut antara lain keterampilan yang diperlukan guru dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami
komunikasi nonverbal dari murid dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif. Komunikasi di sini diartikan sebagai interaksi hubungan timbal balik
antara anak dengan orang tua atau pendidik dan sebaliknya Ahmadi, 2001.
Universitas Sumatera Utara
2 Menurut Yamin 2007 komunikasi yang dilakukan oleh guru terdiri dari
komunikasi pembelajaran dan komunikasi umum. Komunikasi pembelajaran bertujuan untuk mengomunikasikan materi pelajaran dalam bentuk verbal dan
nonverbal yang telah dikemas sedemikian rupa sehingga mudah dipahami, dimengerti, dipelajari, dicerna dan diaplikasikan para siswa. Pada umumnya
komunikasi pembelajaran ini dilakukan di dalam kelas melalui penyajian materi pelajaran.
Djamarah 2000 juga menambahkan, dalam penyajian materi di kelas ada beberapa aspek yang yang perlu dipertimbangkan antara lain, penyampaian
informasi dan penggunaan tingkah laku verbal dan nonverbal. Penyampaian informasi merupakan bentuk awal dari komunikasi antara guru dan siswa di kelas.
Informasi yang disampaikan bukan hanya menyangkut masalah apa yang harus dikerjakaan siswa, tetapi juga menyangkut masalah lainnya seperti petunjuk,
pengarahan dan apersepsi yang divariasikan dalam berbagai bentuk untuk kegiatan pengajaran. Penggunaan tingkah laku verbal mencakup penggunaan kata-
kata misalnya kata-kata “bagus”, “benar”, “tepat” dan sebagainya, dengan kalimat, misalnya “pekerjaanmu baik sekali”, “saya senang dengan pekerjaanmu”.
Penggunaan tingkah laku nonverbal misalnya kedekatan fisik, kontak mata dan sikap diam Djiwandono, 2002.
Berkaitan dengan komunikasi pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas, terkadang guru secara tidak disadari sering mengeluarkan kata-kata yang tidak
empatik misalnya “dasar murid bodoh ”, “kamu bandel sekali”. Keadaan ini juga dialami oleh siswa SMA Negeri 2 Medan:
Universitas Sumatera Utara
3 “Waktu itu pernah, saya ribut dan guru itu lagi ngajar, trus dia marah,
dibilangnya kau udah bodoh, ribut pula dimana otak kau, kau simpan, emosi saya liat ibu itu kok ngomong kaya gitu, gak pantes aja kayanya, jadinya
malas aja saya merhatiin kalo pelajaran dia.” A, Komunikasi interpersonal, Tanggal 9 Mei 2008.
“Waktu itu saya sih masalahnya karena ribut juga, waktu itu temen-temen banyak yang ribut, trus guru itu seenaknya aja nyalahin saya karena saya ketua
kelas, waktu itu dia bilang ketua kelas apa kau beda sama ketua kelas yang lain, enak aja dia nyalah-nyalahin orang, males jadinya masuk asal pelajaran
dia.” H, Komunikasi interpersonal, Tanggal 9 Mei 2008.
Menurut Rani 2007 kata-kata tidak empatik yang sering diucapkan guru ini menimbulkan dampak yang negatif dalam diri anak didik, anak menjadi
terpengaruh dan merasa dirinya betul-betul bodoh atau tidak berguna. Kata-kata mampu membentuk emosi, bahkan memunculkan reaksi nyata dari emosi atau
perasaan tersebut. Winataputra 2002 juga menambahkan bahwasannya respon negatif seperti kata-kata kasar, cercaan, hukuman atau ejekan dari guru
merupakan senjata ampuh yang dapat menghancurkan iklim kelas yang kondusif dan kepribadian siswa itu sendiri.
Pengaruh terhadap anak didik akan sangat terasa bila setiap guru mampu mengontrol emosi, teguran-teguran yang diberikan kepada anak didik yang
dianggap menyimpang akan dirasa sebagai nasihat dan kasih sayang, bukan sekedar unjuk emosi kamu salah dan kamilah yang benar. Guru yang mampu
mengontrol dan menguasai emosi pada saat berhadapan dengan kondisi-kondisi yang tidak mengenakkan dalam proses mendidik, semakin memiliki peluang yang
besar untuk menanamkan pengaruhnya kepada anak didik dan semakin kuat pula kebesaran jiwa guru yang bersangkutan tertanam dalam diri anak didik. Sebaiknya
guru menghindari segala jenis respon negatif tersebut, jika siswa memberikan
Universitas Sumatera Utara
4 jawaban atau menunjukkan penampilan yang tidak memuaskan, guru hendaknya
menahan diri dari keinginan mencela atau menghina jawaban atau penampilan siswa Winataputra, 2002.
Menurut Djiwandono 2000 tugas utama guru tidak hanya menyampaikan informasi melainkan juga bertanggung jawab untuk menciptakan susasana kelas
yang kondusif, salah satunya adalah mengatur interaksi antara guru dan siswa. Sama halnya Sadirman 2007 juga menyatakan bahwa tugas guru tidak semata-
mata sebagai pengajar yang melakukan pengiriman informasi tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan pengiriman nilai dan sekaligus sebagai pembimbing
yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Guru adalah sosok panutan dan teladan dalam ilmu dan pribadi bagi siswa di kelasnya
Suherman, 2008. Guru harus bisa dan terbiasa berkomunikasi secara positif dan sekaligus
menghindar dari prilaku komunikasi negatif. Cara berkomunikasi positif adalah dengan menjaga citra diri yang positif, berbicara fokus, bersikap mengajak dan
bukan memerintah, ekspresi wajah ramah, nada suara rendah menyenangkan, tutur kata lembut menyejukkan, gerakan badan wajar tidak dibuat-buat Suherman,
2008. Santrock 2007 juga menambahkan guru yang efektif menggunakan keterampilannya berkomunikasi dengan siswa, tetap kritis namun tidak
berlebihan, lebih asertif daripada agresif, manipulatif ataupun pasif. Pola komunikasi yang terjadi dalam interaksi antara guru dan siswa yang efektif akan
menghasilkan sebuah pemahaman antara kedua belah pihak yang akan sangat membantu dalam menyukseskan proses belajar mengajar Eny, 2002.
Universitas Sumatera Utara
5 Menurut Kunandar 2007 profesionalisme guru merupakan kondisi, arah,
nilai, tujuan, kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata
pencahariannya. Persepsi guru terhadap profesionalisme guru merupakan proses menginterpretasikan dan mengorganisasikan profesionalisme guru yang dapat
menentukan bagaimana seharusnya seseorang bereaksi terhadap profesionalisme guru tersebut.
Berdasarkan persepsi yang dimiliki terhadap profesionalisme guru maka selanjutnya akan memberikan kemungkinan guru melakukan perbaikan dan
pengembangan diri yang selanjutnya memungkinkan guru tersebut dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan keterampilannya,
salah satunya adalah keterampilan berkomunikasi yang baik dengan siswa. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merasa penting untuk meneliti
hubungan persepsi terhadap profesionalisme guru dengan keterampilan komunikasi pada guru SMA Negeri 2 Medan.
Universitas Sumatera Utara
6
B. RUMUSAN MASALAH