Persembahan makanan kepada orang tua atau yang berkeluarga Persembahan Makanan Kepada Orang yang belum Berkeluarga.

5.1.1 Persembahan makanan kepada orang tua atau yang berkeluarga

Masyarakat Tioghoa sampai saat ini masih mengangap kematian merupakan suatu hal yang tabu untuk di bicarakan. Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, seseorang yang sudah meninggal secara otomatis berubah statusnya menjadi menjadi dewa.Namun tidak semua yang meninggal bisa di anggap sebagai dewa.karena hanya yang sudah berkeluarga dan sudah mempunyai keturunanlah yang bisa di sebut dewa. Oleh sebab itu orang tersebut harus di sembah, terutama oleh mereka yang lebih mudah termasuk anak dan cucu Almarhum.Ketika terjadinya kematian, masyarakat Tionghoa harus memberikan persembahan makanan kepada Almarhum sebagai tanda rasa hormat seorang anak untuk mengenang jasa Almarhum.Etnis Tionghoa selalu memberikan persembahan makanan dari hari pertama kematiannya hingga ke 49 hari, dengan tujuan agar roh Almarhun tidak merasakan kelaparan di alam yang didiaminya. Penyembahan dilakuakan dengan cara memanggil arwah tersebut di depan altar Hio-lo nya untuk mempersilahkan roh menyantap makanan yang telah di sediakan. Biasanya makanan yang di persembahkan kepada Roh adalah makanan yang bisa ia makan semasa dia hidup di dunia. Seperti nasi, sayur, daging, dan lain-lain. Dalam proses ini mereka juga membakar uang yang terdiri dari kertas uang, diatasnya tertera bentuk segi empat dengan cat kuning keemasan dan perak putih. Dengan cara membakar kertas ini, etnis Tionghoa percaya bawa ketras-kertas itu akan berubah menjadi uang dan sampai kepada roh dan dapat di gunakan oleh roh leluhur mereka sebagai uang. Masyarakat Tionghoa percaya jika ritual persembahan ini tidak dilakukan, Roh akan marah dan akan mengangu anggota keluarga yang masi hidup. Initulah sebabnya etnis Tionghoa selalu memberikan Tradisi persembahan makanan kepada orang yang sudah meninggal, Sebagai bentuk rasa penghormatan mereka kepada Almarhum.

5.1.2 Persembahan Makanan Kepada Orang yang belum Berkeluarga.

Bagi masyarakat Tionghoa jika yang meninggal belum menikah dan belum berkeluarga, jenazah tidak boleh di bawa pulang kerumah. Tetapi harus disemayamkan di rumah duka.Karena etnis Tionghoa mempunyai prinsip bahwa orang yang lebih tua tidah harus menunjukan rasa hormat kepada yang lebih mudah. Mereka percaya jika jenazah yang belum menikah dan belum berkeluarga di bawa pulang ke rumah, maka keluarga yang masih hidup akan terkena sial. Itulah sebabnya mengapa jenazah yang belum berkeluarga tidak boleh di bawa pulang kerumah, dan harus di bawa ke persemayaman. Begitu juga dengan persembahan makanan, jika yang meninggal belum menikah atau belum memiliki keluarga, Almarhum tidak harus di berikan persembahan makanan.Namun boleh di berikan Tapi hanya sekedarnya saja.karena pihak keluarga ada yang tidak tega jika tidak memberikan persembahan makanan kepada jenazah, pihak keluarga biasanya menuyuruh pengurus balai persemayaman untuk memberikan dan menganti makanan tersebut, karena keluarga tidak boleh memberikannya secara langsung. Persembahan makanan di berikan dari hari pertama dia meninggal hingga hari pemakamannya. Pada saat hari pemakamannya tiba, jenazah hanya di doakan oleh saikong atau biksu untuk memberagkatkan jenazah, pada hari pemakaman, jenazah yang belum berkeluarga tidak boleh di berikan persembahan makanan.Berbeda dengan jenazah yang sudah memiliki keluarga, pada saat upacara pemakaman biasanya etnis Tionghoa mempersembahkan makanan yang banyak dan mewah untuk memberangkatkan jenazah. Begitu juga dengan Doa, orang tua tidak boleh memberikan doa kepada anak mereka. Karena jenazah belum menikah dan dia tidak memiliki anak untuk melakukan ritual ini.Itulah sebabnya mengapa etnis Tionghoa tidak memberikan persembahan makanan kepada orang meninggal yang belum menikah atau memiliki keluarga.

5.1.3 Persembahan Makanan Kepada Bayi Atau balita