yang telah meninggal. Upacara ini juga bertujuan untuk memanjatkan doa kepada dewa dan dewi agar orang yang meninggal mencapai tempat tertinggi yaitu nirwana sehingga rohnya tidak
tersasar ke dunia. Selain itu, masyarakat Tionghoa mempercayai bahwa jika sanak keluarga yang telah meninggal memperoleh tempat yang baik di nirwana, maka hal ini akan berpengaruh
terhadap kehidupan keluarga yang ditinggalkan di bumi. Sanak keluarga akan memperoleh rejeki yang melimpah, kesehatan yang baik serta memiliki umur yang panjang.
Upacara kematian pada masyarakat Tionghoa terbagi atas 4 tahapan yaitu:upacara sebelum masuk peti, upacara masuk peti dan penutupan peti, upacara pemakaman, serta sesudah
upacara pemakaman.
4.3.3 Upacara Sebelum Masuk Peti
Segara setelah seseorang meninggal, anak-cucu sudah harus membakar kertas perak uang di akhirat yang merupakan lambang biaya perjalanan ke akhirat yang dilakukan sambil
mendoakan yang meninggal.Ketika terjadi kematian dalam masyarakat Tionghoa, biasanya pihak keluarga segera menutup kaca atau benda yang dapat memantulkan bayangan. Hal
tersebut dilakukan karena menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa apabila kaca tidak ditutup maka arwah akan terkejut melihat bayangan dirinya terpantul lewat kaca atau cermin.
Setelah itu jenazah dibersihkan dengan cara dimandikan dengan air bunga. Lalu diberikan pakaian sebanyak tujuh lapis.Lapis pertama adalah pakaian putih sewaktu almarhum menikah.
Selanjutnya, pakaian yang lain sebanyak enam lapis, biasanya adalah pakaian yang biasa
dipakai almarhum semasa hidupnya didunia. Sesudah dibaringkan kedua mata lubang hidung, mulut, telinga diberi mutiara sebagai lambang penerangan untuk berjalan ke alam lain.
Di sisi kiri dan kanan diisi dengan pakaian yang meninggal.Sepatu yang dipakai harus dari kain. Apabila yang meninggalsemasa hidupnya memakai kacamata maka kedua kaca harus
dipecah yang melambangkan bahwa dia telah berada di alam lain Jenazah biasanya disemayamkan di rumah atau di balai persemayaman. Di tempat inilah
tahapan upacara kematian akan dilaksanakan. Di bawah jenazah diletakkan semangkuk nasi dan diatasnya ditancapkan sumpit.Jika jenazah diletakan di rumah, biasanya pihak keluarga
segera menyiapkan altar roh, dan pada altar roh diletakkan hiolotempat dupa beserta sesajian berupa nasi, mie, dan teh.Jika jenazah disemayamkan di balai persemayaman, maka pihak
keluarga tak perlu repot menyiapkan altar dan kebutuhan upacara lainnya, karena di balai persemayaman segala kebutuhan upacara telah tersedia.
4.3.4 Upacara Masuk Peti dan Penutupan Peti
Pada saat upacara masuk peti berlangsung, Seluruh keluarga harus menggunakan pakaian tertentu.Anak laki-laki harus memakai pakaian berwarna putih. Kepala diikat dengan sehelai
kain putih .Demikian pula pakaian yang dipakai oleh anak perempuan.Cucu hanya memakai pakaian berwarna putih.
Saat pelaksanaan upacara masuk peti ditentukan oleh pemimpin upacara melalui pemilihan hari baik. Hal ini disebabkan kepercayaan masyarakat Tionghoa bahwa jika upacara
tersebut tidak dilakukan berdasarkan pemilihan hari baik, maka akan mendatangkan sial bagi keluarga yang ditinggalkan.
Pada saat yang ditentukan telah tiba, maka jenazahakan dimasukkan kedalam peti.Jenazahharus diangkat oleh anak-anak lelaki.Sementara itu anakperempuan, cucu dan
seterusnya harus terus menangis dan membakar kertas perak, di bawah peti mati.Mereka harus memperlihatkan rasa duka cita yang amat dalam sebagai tanda bakti.Sesudah masuk peti, ada
upacara penutupan peti yang dipimpin olehSaikong.Bagi yang beragama Budha upacara ini dipimpin oleh Biksu atauBiksuni.Upacara ini berlangsung cukup lama, dan dilaksanakan di
sekeliling peti mati dengan satusyarat bahwa air mata keluarga yang masih hidup pada upacara penutupan peti tidak boleh mengenai jenazah.
Bagi anak cucu yang “berada” kaya, mulai menyiapkan rumah-rumahan yang diisi dengan segala perabotan rumah tangga yang dipakai semasa hidup.Semuanya harus dibuat dari
kertas.Bahkan, diperbolehkan pula diisi secara berlebih-lebihan, termasuk adanya para pembantu rumahtangga.Semua perlengkapan ini dapat dibeli pada toko tertentu.
Setiap tamu-tamu yang datang harus bersalaman dengan anak-anaknya, terutama anak laki-laki. Di atas meja kecil yang terletak di depan peti mati, selalu disediakan makanan yang
menjadi kesukaannya semasa masih hidup.Selama peti mati masih di dalam rumah, harus ada sepasang lampion putih yang selalu menyala di depan rumah. Hal ini menandakan bahwa ada
orang yang meninggal di rumah tersebut.Ketika tiba pada waktu yang telah ditetapkan berdasarkan penghitungan hari baik, maka diadakan upacara penutupan peti.Dalam tahapan ini
semua anak, menantu, cucu dan sanak keluarga dari almarhum harus jongkok atau berjalan mengelilingi peti mati.
4.3.5 Upacara Pemakaman