Kedatangan Masyarakat Tionghoa ke Indonesia juga dipengaruhi oleh berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi yaitu perdagangan. Sebagaimana yang di ketahui,
masyarakat Tionghoa merupakan masyarakat yang cukup pintar dalam berdagang. Hal ini sudah turun temurun diwariskan oleh nenek moyang etnis Tionghoa itu sendiri. Kemudian
masyarakat Tionghoa itu menyebar dan persebarannya meliputi pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Masyarakat Tionghoa di Indonesia adalah masyarakat patrilineal
yang terdiri atas marga atau suku yang tidak terkait secara geometris dan teritorial yang selanjutnya telah menjadi satu dengan suku-suku lainnya di Indonesia.
Masyarakat Tionghoa merupakan masyarakat yang cukup terkenal dengan kebudayaan yang beragam. Seperti seni tulis atau kaligrafi, seni menggunting kertas, pengobatan, seni bela
diri, seni opera atau teater, seni musik tradisional, hingga tradisi pemujaan leluhur yang sampai saat ini masih dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Tionghoa.
2.2.4 Kematian
Kematian adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua
makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan. Setelah kematian, tubuh makhluk
hidup mengalami pembusukan.
Kematian pada dasarnya semua orang tahu adalah kewajaran dalam hidup. Namun demikian, banyak orang berpendapat bahwa hidup ini bersifat ironis, karena manusia sebanarnya
tidak pernah meminta agar ia dilahirkan, tetapi begitu ia lahir, mencintai hidup dan
kehidupannya ia dihadapkan pada realitas yang senang atau tidak senang harus dijalaninnya sebagaimana kelahirannya sendiri, Louis 1996 :14.
Goethe dalam Louis 1996:1 mengatakan bahwa: kematian adalah sesuatu yang aneh walaupun kita akan mengalaminya, kita tidak berfikir bahwa kematian itu mungkin adalah
sesuatu yang untuk kita hargai, kematian selalu mengejutkan kita karena itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dipercayai.
2.2.5 Upacara Kematian
Kematian adalah bagian dari setiap orang dan makluk ciptaan Tuhan, yang tidak mungkin dihindari. Kematian pasti akan dialami oleh setiap manusia. Kematian begitu menyengat nyawa,
tidak memandang ras, ekonomi, usia, jabatan, dan agama. Bruce Milne 1992:16 mengatakan “.. kematian merupakan salah satu bentuk hukuman “ilahi”. Menurut pandangan filsafat Tionghoa
tentang kematian, kematian bukanlah hal yang menakutkan. Kematian dianggap sebagai perjalanan kembali ke asal. Kembali keasal yaitu kembali dengan jiwa yang baru, karena
mayarakat Tionghoa mempercayai adanya reinkarnasi setelah kematian. Menurut konsep budaya Tionghoa maupun filsafatnya, ada tiga hal yang terpenting dalam kehidupan manusia yaitu, lahir,
menikah dan meningal.
Upacara kematian adalah upacara yang dilakukan untuk menghantarkan jenazah keperistirahatannya yang terakhir. Hertz seorang ahli antropologi mengungkap bahwa upacara
kematian selalu dilakukan manusia dalam rangka adat-istiadat dan struktur sosial dari masyarakatnya, yang berwujud sebagai gagasan kolektif. Ia melihat bahwa gagasan kolektif
mengenai gejala kematian yang terdapat pada banyak suku bangsa di dunia adalah gagasan bahwa mati itu berarti suatu proses peralihan dari suatu kedudukan sosial yang tertentu ke
kedudukan sosial yang lain, maksudnya dari kedudukan sosial dalam dunia ini ke kedudukan sosial dalam dunia makhluk halus, Koentjaraningrat 1980:71. Masyarakat Tionghoa percaya
apabila upacara kematian dilakukan dengan benar maka kelak keturunannya tidak akan diganggu oleh roh orang yang meninggal.
2.2.6 Persembahan Makanan