Faktor Agent Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian DBD

ABJ.Apabila ABJ 95, diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. b Cara Kimiawi Larvasida Larvasida adalah pemberantasan jentik dengan menaburkan bubuk larvasida.Pemberantasan jentik dengan bahan kimia tersebut untuk wadah yang tidak dapat dibersihkandikuras.Bila wadah sudah diberi larvasida, maka jangan dikuras selama 2-3 bulan.Kegiatan ini tepat digunakan apabila surveilans epidemiologi penyakit dan vektor menunjukkan adanya periode berisiko tinggi dan di lokasi yang berpotensi terjadi KLB.Penentuan waktu dan tempat yang tepat untuk pelaksanaan larvasida sangat penting untuk memaksimalkan efektivitasnya.

2.2.2 Faktor Agent

16 Penularan demam berdarah dengue umumnya melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang biasanya hidup di kebun-kebun. Nyamuk penular demam berdarah dengue ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. a. Morfologi dan Lingkaran Hidup 1 Morfologi Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki. Universitas Sumatera Utara Kepompong pupa berbentuk seperti koma. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibanding larva jentiknya. Pupa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain. Jentik larva ada 4 tingkat instar jentik sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu : a Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1 – 2 mm b Instar II : 2,5 – 3,8 mm c Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II d Instar IV : berukuran paling besar 5 mm Telur berwarna hitam dengan ukuran ±0,80 mm, berbentuk oval yang mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih atau menempel pada dinding tempat penampung air. 2 Lingkaran Hidup Nyamuk Aedes Aegypti seperti juga nyamuk Anophelini lainnya mengalami metaforfosis sempurna yaitu ; telur – jentik – kepompong – nyamuk. Stadium telur, jentik dan kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik biasanya berlansung 6 – 8 hari, dan stadium kepompong berlansung antara 2 – 4 hari.Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9 – 10 hari.Umur nyamuk betina dapat mencapai 2 – 3 bulan. Universitas Sumatera Utara b. Tempat Perkembangbiakan Tempat perkembangbiakan utama ialah tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah.Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang lansung berhubungan dengan tanah. Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1 Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari, seperti drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandiwc, dan ember. 2 Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti ; tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, dan barang- barang bekas ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain. 3 Tempat penampungan air alamiah seperti ; lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu. c. Perilaku Nyamuk Dewasa 1 Setelah lahir keluar dari kepompong, nyamuk istirahat di kulit kepompong untuk sementara waktu. Beberapa saat setelah itu sayap meregang menjadi kaku, sehingga nyamuk mampu terbang mencari mangsadarah. Universitas Sumatera Utara 2 Nyamuk Aedes Aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina mengisap darah. 3 Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya mulai dari pagi sampai petang hari, dengan puncak aktifitas antara pukul 09.00 – 10.00 dan 16.00 – 17.00. Tidak seperti nyamuk lain, Aedes Agypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali multiple bites dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit. 4 Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap istirahat di dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat ini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya. 5 Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur itu di tempat yang kering tanpa air dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -2ºC Universitas Sumatera Utara sampai 42ºC, dan bila tempat-tempat tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat. d. Penyebaran Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal 100 meter, namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa kendaraan dapat berpindah lebih jauh. Aedes Aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub-tropis.Di Indonesia nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah maupun di tempat- tempat umum. Nyamuk ini dapat hidup dan berkembangbiak sampai ketinggian daerah ±1.000 m dari permukaan air laut. Di atas ketinggian 1.000 m tidak dapat berkembangbiak, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk tersebut. e. Variasi Musiman Pada musim hujan tempat perkembangbiakan Aedes Aegypty yang pada musim kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. Telur-telur yang tadinya belum sempat menetas akan menetas. Selain itu pada musim hujan semakin banyak tempat penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan dapat digunakan sebagai tempat perkembangbiakannya nyamuk ini.Oleh karena itu pada musim hujan populasi Aedes Aegypti meningkat.Bertambahnya populasi nyamuk ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan penularan penyakit dengue. Universitas Sumatera Utara f. Ukuran Kepadatan Nyamuk Penular Untuk mengetahui kepadatan populasi nyamuk Aedes Aegypti di suatu lokasi dapat dilakukan beberapa survey di rumah yang dipilih secara acak. 1 Survei Nyamuk Survei nyamuk dilakukan dengan cara penangkapan nyamuk umpan orang di dalam dan di luar rumah, masing-masing selama 20 menit per rumah dan penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah yang sama. Penangkapan nyamuk biasanya dilakukan dengan menggunakan aspirator. 2 Survei Jentik Survei jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut : semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti diperiksa dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik. Untuk memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar seperti bak mandi, tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya. Jika pandangan penglihatan pertama tidak ditemukan jentik, tunggu kira-kira ½ - 1 menit untuk memastikan bahwa benar jentik tidak ada. Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil, seperti ; vas bungapot tanaman airbotol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu dipindahkan ke tempat lain. Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya keruh, biasanya digunakan senter. Universitas Sumatera Utara 3 Survei perangkap telur ovitrap Survei ini dilakukan dengan cara memasang ovitrap yaitu berupa bejana, misalnya potongan bambu, kaleng seperti bekas kaleng susu atau gelas plastik yang dinding sebelah dalamnya dicat hitam, kemudian diberi air secukupnya. Ke dalam bejana tersebut dimasukkan padel berupa potongan bilah bambu atau kain yang tenunnya kasar dan berwarna gelap sebagai tempat meletakkan telur bagi nyamuk.

2.2.3 Faktor Lingkungan

Dokumen yang terkait

Hubungan Kondisi Perumahan dengan Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Riau Tahun 2012

1 59 132

Kepadatan Jentik Penular Demam Berdarah Dengue (DBD) Antara Desa Endemis Dan Non Endemis Serta Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Tahun 2000

0 32 97

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Tembelahan Kota Kecamatan Tembelahan Kabupaten Endragem Heler Propinsi Riau Tahun 2003

1 64 85

Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor Kota Medan Tahun 2009

0 28 88

Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008

3 56 108

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

0 2 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

1 1 13

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Dan Jenis Serotipe Virus Dengue Di Kabupaten Semarang

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Demam Berdarah Dengue 2.1.1. Pengertian - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi Tahun 2014

0 1 23

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi Tahun 2014

0 0 12