Diagnosis Laboratoris Derajat Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

2.1.5. Diagnosis Laboratoris

16 a. Pemeriksaan Serologis Pemeriksaan serologis didasarkan atas timbulnya antibodi pada penderita setelah infeksi. 1 HI Haemaglutination Inhibition Pemeriksaan HI sampai saat ini dianggap sebagai tes standar gold standard.Namun pemeriksaan ini memerlukan 2 sampel darah serum, dimana spesimen kedua harus diambil pada fase penyembuhan konvalensen, sehingga tidak dapat memberikan hasil yang cepat. 2 ELISA IgMIgG Infeksi dengue dapat dibedakan sebagai infeksi primer atau sekunder dengan menentukan rasio limit antibodi dengue IgM terhadap IgG. Dengan cara uji antibodi dengue IgM dan IgG, uji tersebut dapat dilakukan hanya dengan menggunakan satu sampel darah serum saja, yaitu darah akut sehingga hasil cepat didapat. Saat ini tersedia Dengue Rapid Test dengan prinsip pemeriksaan ELISA. b. Deteksi Antigen Virus dengue atau bagiannya RNA dapat ditentukan dengan cara hibridisasi DNA-RNA danatau amplifikasi segmen tertentu dengan metode PCR Polymerase Chain Reaction. Cara ini dapat mengetahui serotipe virus, namun pemeriksaan ini masih cukup mahal, rumit dan membutuhkan peralatan khusus, biasanya digunakan untuk penelitian. Universitas Sumatera Utara c. Isolasi Virus Penemuan virus dari sampel darah atau jaringan adalah cara yang paling konklusif untuk menunjukan infeksi dengue dan serotipenya, namun perlu perlakuan khusus, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil, sulit dan mahal.

2.1.6. Derajat

16 Derajat demam berdarah dengue dikelompokkan dalam empat derajat pada setiap derajat ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi, yaitu a. Derajat I Demam yang disertai dengan gejala klinis tidak khas, satu-satunya gejala pendarahan adalah hasil uji Torniquet positif. b. Derajat II Gejala yang timbul pada DBD derajat I, ditambah pendarahan spontan, biasanya dalam bentuk pendarahan di bawah kulit dan atau bentuk pendarahan lainnya. c. Derajat III Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi āļ€ 20 mmHg atau hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah. d. Derajat IV Syok berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darah.

2.1.7. Prognosis

Dokumen yang terkait

Hubungan Kondisi Perumahan dengan Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Riau Tahun 2012

1 59 132

Kepadatan Jentik Penular Demam Berdarah Dengue (DBD) Antara Desa Endemis Dan Non Endemis Serta Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Tahun 2000

0 32 97

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Tembelahan Kota Kecamatan Tembelahan Kabupaten Endragem Heler Propinsi Riau Tahun 2003

1 64 85

Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor Kota Medan Tahun 2009

0 28 88

Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008

3 56 108

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

0 2 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

1 1 13

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Dan Jenis Serotipe Virus Dengue Di Kabupaten Semarang

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Demam Berdarah Dengue 2.1.1. Pengertian - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi Tahun 2014

0 1 23

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi Tahun 2014

0 0 12