c. Isolasi Virus
Penemuan virus dari sampel darah atau jaringan adalah cara yang paling konklusif untuk menunjukan infeksi dengue dan serotipenya,
namun perlu perlakuan khusus, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil, sulit dan mahal.
2.1.6. Derajat
16
Derajat demam berdarah dengue dikelompokkan dalam empat derajat pada setiap derajat ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi, yaitu
a. Derajat I
Demam yang disertai dengan gejala klinis tidak khas, satu-satunya gejala pendarahan adalah hasil uji Torniquet positif.
b. Derajat II
Gejala yang timbul pada DBD derajat I, ditambah pendarahan spontan, biasanya dalam bentuk pendarahan di bawah kulit dan atau bentuk
pendarahan lainnya. c.
Derajat III Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan
lemah, menyempitnya tekanan nadi āļ 20 mmHg atau hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah.
d. Derajat IV
Syok berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darah.
2.1.7. Prognosis
16
Prognosis demam berdarah dengue sulit diramalkan. Pasien yang pada waktu masuk keadaan umumnya tampak baik, dalam waktu singkat dapat
Universitas Sumatera Utara
memburuk dan tidak tertolong.Sebaliknya, pasien yang keadaan umumnya sangat buruk, dengan pengobatan yang adekuat dapat tertolong.
2.1.8. Pengobatan
16
Pengobatan yang spesifik untuk DBD tidak ada, karena obat terhadap virus dengue belum ada. Oleh karena itu prinsip dasar pengobatan penderita DBD
adalah penggantian cairan tubuh yang hilang karena kebocoran plasma. 2.1.9. Diagnosis Banding
16
a. Pada awal perjalanan penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi
bakteri, virus atau infeksi parasit seperti demam tifoid, campak,
influenza, hepatitis, demam chikungunya, leptospirosis, dan malaria.
b. Perdarahan seperti petekie dan ekimosis ditemukan pada beberapa
penyakit infeksi misalnya sepsis dan meningitis meningokokus.
c. Idiopathic thrombocytopenic purpura ITP sulit dibedakan dengan
demam berdarah dengue derajat II, oleh karena didapatkan demam
disertai perdarahan di bawah kulit.
d. Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemia stadium lanjut dan anemia
aplastik stadium lanjut. 2.1.10. Epidemiologi
1
Di Indonesia kasus DBD pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968. Penyakit DBD ditemukan di 200 kota pada 27 provinsi dan telah terjadi
KLB akibat DBD. CFR penyakit DBD mengalami penurunan dari tahun ke tahun walaupun
masih tetap tinggi. CFR tahun 1968 sebesar 43, tahun 1971 sebesar 14 tahun 1980 sebesar 4,8 dan tahun 1999 masih di atas 2.
Universitas Sumatera Utara
Data dari Departemen Kesehatan RI melaporkan bahwa pada tahun 2004 selama bulan Januari dan Februari, pada 25 provinsi tercatat 17.707 orang terkena
DBD dengan kematian 322 penderita. Daerah yang perlu diwaspadai adalah DKI Jakarta, Bali dan NTB.
Ada empat serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.Serotipe DEN-1 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus parah.
Infeksi oleh salah satu serotipeakan menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak untuk serotipe yang lain. Keempat jenis virus
tersebut semuanya terdapat di Indonesia.Di daerah endemik DBD, seseorang dapat terkena virus pada waktu yang bersamaan.
Untuk pertama kalinya, pada bulan Maret 2002, Michael Rossman dan Richard Kuhn dari Purdue University.Amerika Serikat melaporkan bahwa struktur
virus dengue
yang berbeda
dengan struktur
virus lainnya
telah ditemukan.Permukaan virus ini halus dan selaputnya ditutupi oleh lapisan protein
yang berwarna biru, hijau, dan kuning.Protein amplop tersebut dinamakan protein E yang berfungsi melindungi bahan genetik di dalamnya.
2.2. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian DBD