Proses Program Enterpreneur Yayasan Kuntum Indonesia

b. Pendampingan Lansung ke Lapangan Pada tahap ke dua yaitu pendampingan lansung ke lapangan untuk membantu memecahkan persoalan yang dihadapi keluarga adalah permasalahan ekonomi dan bagaimana cara untuk meningkatkan ekonomi kelurga. Oleh karena itu Yayasan KUNTUM Indonesia melakukan pendampingan lansung ke lapangan untuk dapat meningkatkan hasil kapasitas SDM melalui pelatihan, pengembangan karir, pembinaan, bantuan pendidikan, dan identifikasi potensi diri. c. Membentuk Kader Lokal Pembentukan kader lokal, yaitu unsur warga pada lokasi program yang akan melanjutkan peran, fungsi dan tugas-tugas pedamping ketika program telah memasuki tahap kemandirian. Yayasan Kuntum Indonesia mendorong anak-anak yatim bisa mandiri dengan cara memotivasi mereka agar tidak putus sekolah. Sekolah memberikan pendidikan dan pelatihan kepada mereka.Selain itu juga pembentukan PKK seperti Karang Taruna, dan Kelompok Usaha Mandiri. adalah untuk membantu meningkatkan kesadaran dan mengembangkan potensi sosial dan potensi ekonomi kelurga dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan dalam membangun potensi ekonomi kelurga yaitu munculnya suatu produk baru yang lahir dari masyarakat, meluasnya produk yang dikenal oleh orang luar, meningkatnya omset penjulan. d. Pengembangan Kelembagaan Komunitas Pengembangan kelembagaan komunitas yaitu upaya mengembangkan suatu kelembagaan yang berbasis moral dan aktif menampung kebutuhan serta aspirasi keluarga, pengembangan kelompok yang telah didampingi lebih lanjut adalah pengorganisasian kelompok melalui pembentukan komunitas, pembentukan wadah konsolidasi, dan membuat forum kegiatan bersama. Memiliki pengaruh terhadap pengembangan entrepreneur selain itu juga meningkatkan peran kepemimpinan yang berasal dari komunitas. e. Menjalin kerja sama lintas pelaku Multi Stakeholders Menjaga kerja sama lintas pelaku Multi Stakeholders dengan pemerintah tingkat desa seperti Balai desa, Dengan Lazis Indosat dan Dompet Dhuafa yaitu untuk pengumpulan dan pengorganisasian dana dalam meningkatkan pendidikan, ekonomi dan kesehatan warga. Tujuan dari pemberdayaan ekonomi kelurga yang telah dilakukan oleh Yayasan Kuntum Indonesia melalui kegiatan-kegiatan entrepreneur untuk menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang, artinya tidak ada masyarakat yang tanpa daya. Dalam hal ini pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya kreasi masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta upaya untuk mengembangkannya.

B. Analisis

1. Analisis Proses Entrepreneur Yayasan Kuntum Indonesia dalam

Meningkatkan Ekonomi Keluarga Desa Tegal waru Proses entrepreneur diawali dengan adanya inovasi, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi entrepreneur diantaranya ialah faktor internal dan eksternal. Faktor internal, meliputi hak kepemilikan, kemampuan, kompetensi dan insentif. Sedangkan faktor eksternal, meliputi lingkungan. Dalam hal ini lingkungan mempengaruhi di antaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, faktor eksternal sangat mempengaruhi Yayasan Kuntum Indonesia selaku model peran, untuk menggerakkan aktivitas warga desa tegal waru dalam memberikan pelatihan, dan keterampilan dalam bidang entrepreneur kepada anggota keluarga, di desa tegal waru termasuk peluang besar dalam meningkatkan ekonomi keluarga, untuk bisa mengatasi kemiskinan, dan pengangguran. Pada saat diwawancarai, Ibu Tatiek Kancaniati selaku leader Program entrepreneur menjelaskan bahwasannya : 4 “program entrepreneur sudah berjalan lansung sejak tahun 2008 hingga saat ini. Bermula dari saya menggandeng ibu-ibu pengajian sekitar 20 orang, untuk membuat kerajinan tangan. Seperti daur ulang kertas, handycraft, nata de coco dan lain-lain. Dan menjadi sebuah kelompok-kelompok kecil, ternyata dari 4 Wawancara Pribadi, Ibu Tatiek Kancaniati Pendamping Program Entrepreneur, Bogor, 28 November 2014 kebiasaan kami ngumpul-ngumpul dipengajian menjadi sebuah wirausaha yang tak terduga, yang tadinya kecil-kecilan menjadi besar dan akhirnya saya menggerakkan para anggota keluarga di desa, untuk ikut bergabung membuat sebuah wirausaha. Ternyata jumlah entrepreneur wirausaha di desa Tegal Waru semakin meningk at.” “Sebenarnya wirausaha di desa dulunya sudah ada, dan lumayan banyak. Tetapi mereka tidak bisa mengembangkan usahanya, alasannya mereka tidak bisa memasarkan produk buatan mereka sendiri, dan akhirnya banyak yang gulung tikar karna tidak bisa mengembangkan usahanya. Saya cukup prihatin melihat warga desa yang gampang menyerah dan akhirnya kembali menjadi buruh migran dan buruh pabrik di kota, padahal sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di desa tegal waru sangat berlimpah. Oleh karna itu saya, melakukan aktivitas di desa tegal waru. Seperti penyuluhan, serta pelatihan kapada masyarakat. Dan menggerakkan anggota-anggota keluarga agar mereka bisa meningkatkan ekonomi keluarga.” 5 Penelusuran wawancara di atas, peneliti dapat menyimpulkan. Bahwa sebagian warga desa tegal waru tidak melanjutkan sekolah, karena sudah nyaman dengan dunia mereka sendiri yaitu wirausaha. Warga desa tegal waru, sudah diajarkan teknik berjualan dari kecil oleh orang tua mereka masing-masing. Dan semakin majunya zaman membuat mereka semakin terbelakang. Karena kurangnya pendidikan membuat mereka sulit untuk mengembangkan usaha. 5 Ibid Oleh karena itu, Yayasan berperan aktif dalam memberikan pendampingan, pelatihan, serta ketrampilan, kepada para masyarakat desa tegal waru, dalam menambahkan income keluarga. Bagi Johnson 6 , pengetahuan dan ketarampilan harus sangat dikusai oleh pekerja sosial yang terlibat dalam pengembangan masyarakat. Meliputi pengetahuan dan keterampilan tersebut tentang masyarakat, dinamika kelompok, program sosial, dan yang terakhir pemasaran sosial social marketing. Keterampilan yang perlu dikuasai meliputi keterampilan interview, relasi sosial, studi sosial, pengumpulan dan pengorganisasian dana, pengembangan dan evaluasi program, serta identifikasi kebutuhan needs assessment. Dalam hal ini, Yayasan Kuntum mampu mengangkat entrepreneur dalam pemberdayaan ekonomi keluarga desa tegal waru. Dengan memberikan pendampingan usaha selama 3 tahun, seperti pembuatan tas, handycraft, brikat, herbal dan nata de coco. Saat di wawancarai Ibu Tatiek Kancaniati, Pada dasarnya entrepreneur di desa tegal waru sudah lama terbentuk, yang dibutuhkan tinggal pendampingan berupa pelatihan-pelatihan dan bantuan modal. Pada tahun 2008 bantuan modal yang diberikan kepada kelompok entrepreneur, mulai dari Rp500.000 – Rp2.000.000 untuk mengembangkan usaha. Dan Yayasan menjalin kerjasama atau lintas pelaku dengan Lembaga- lembaga Swadaya Masyarakat atau Pemerintah Daerah setempat. Untuk dapat 6 Edi Suharto, Membangun Masyarakat dan Memberdayakan Rakyat, Bandung : PT Refika Aditama, 2005, h.45