Pengertian Entrepreneurship Pemberdayaan Entrepreunership

bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang menjadi wirausaha adalah orang- orang yang mengenal potensi dan belajar mengembangkannya untuk menangkap peluang serta mengorganisasi usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karna itu, untuk menjadi wirausaha yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahuan mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuninya. Dilihat dari perkembangannya, sejak awal abad ke-20, kewirausahaan sudah diperkenalkan di beberapa negara, misalnya di Belanda dikenal dengan “ondernemer” dan di Jerman dikenal dengan dengan “unternehmer”. Di beberapa negara, kewirausahaan memiliki banyak tanggung jawab, antara lain tanggung jawab dalam mengambil keputusan yang menyangkut kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisasi dan komersial, penyediaan modal, penerimaan dan penanganan tenaga kerja, pembelian, pemasangan iklan, dan lain-lain. Kemudian, pada tahun 1950-an, pendidikan kewirausahaan mulai dirintis di beberapa negara seperti di Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan, sejak tahun 1970-an, banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan, menejemen usaha kecil atau menejemen usaha baru. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di AS memberikan pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia, pendidikan kewirausahaan masih terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu. 18 Pada mulanya kewirausahaan berkembang dalam bidang perdagangan, namun kemudian diterapkan di berbagai bidang lain seperti industri, perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan seperti institusi lainnya. Di bidang bisnis, misalnya, 18 Ibid, h.10 perusahaan sukses dan memperoleh peluang besar karna memiliki kreatifitas dan inovasi. Melalui proses kreatif dan inovatif, wirausaha menciptkan nilai tambah atas barang dan jasa. Nilai tambah barang dan jasa yang menciptakan melalui proses inovatif dan kreatif banyak menciptakan keunggulan, termasuk keunggulan bersaing. Ada empat strategi yang biasanya digunakan wirausaha dalam menghadapi lingkungan eksternal, yaitu : 1 Berada pertama di pasar dengan produk dan jasa baru, 2 Memosisikan produk dan jasa tadi dalam relung yang tidak terlayani, 3 Memfokuskan produk dan jasa tadi pada relung yang kecil tetapi bisa tertahan, 4 Mengubah karakteristik produk, pasar, dan industri.

2. Langkah – Langkah Menuju Wirausaha

Dari beberapa pengertian tentang entrepreneurship dan social entrepreneur di atas, dapat disimpulkan bahwa peran social entrepreneur dalam perekonomian masyarakat sangat signifikan. Usaha tersebut merupakan model pencaharian masyarakat kebanyakan. Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan, dan aktif dalam proses pembangunan nasional demi tujuan-tujuan sosial. Dapat digambarkan bahwa social entrepreneur lebih mengedepankan sektor ekonomi masyarakat, seperti petani, nelayan, buruh dan pedagang kecil. Konsepsi kewirausahaan sosial secara teknis dan prosedurnya sama dengan kewirausahaan biasa, namun, dalam segi kebermanfaatan, kewirausahaan sosial memiliki manfaat yang sangat luas dalam segi pemecahan masalah sosial yang ada di masyarakat. Dalam rangka mempermudah dan memperlancar proses pemberdayaan ekonomi masyarakat. 19 Untuk memberdayakan industri kecil seperti industri rumahan terutama untuk memperbesar peranannya dalam struktur perekonomian nasional, maka langkah-langkah berikut dipertimbangkan sebagai strategi : Pertama, peningkatan akses kepada akses produktif. Masalah yang mendasar dalam rangka perluasan iklim usaha dan pemberdayaan wirausaha ini akses kepada dana. Akses kepada modal harus diartikan sebagai keterjangkauan, yang memiliki dua sisi ada pada saat diperlukan dan di sisi yang lain dalam jangkauan kemampuan untuk memanfaatkannya. Selain itu yang lebih penting dalam meningkatkan akses produksi adalah akses kepada tekhnologi. Akses kepada tekhnologi ini terkait dengan peningkatan keterampilan teknik produksi, teknik pemasaran, dan teknik manajerial. Karna itu, peningkatan pelatihan- pelatihan untuk memperkuat keterampilan tersebut bagi industri kecil seperti industri rumahan sangat diperlukan. Kedua, memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha antara indutri kecil dan industri menengah besar. Peningkatan posisi tawar ini bisa dilakukan melalui pengembangan dan pembangunan prasarana dan sarana perhubungan yang akan memperlancar pemasaran produknya. 19 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha Jakarta : CED Center for Enterpreneurship Devlopment, 2005, h.43-49 Ketiga, kebijaksanaan pengembangan industri harus mengarah pada penguatan industri kecil. Proses indutrialisasi harus mengarah ke pedesaan dengan memanfaatkan potensi setempat. Keempat, kebijaksanaan ketenagakerjaan yang merangsang tubuhnya tenaga kerja mandiri sebagai cikal-bakal wirausaha yang kuat dan saling menunjang. Dalam rangka itu secara luas harus disediakan pelatihan keterampilan teknis, menejemen dan perdagangan, termasuk pengetahuan mengenai pasar serta cara untuk memperoleh pendanaan. Kelima, adanya perangkat peraturan perundangan yang benar-benar melindungi dan mendukung pengembangan wirausaha yang ditunjukan khusus untuk kepentingan rakyat kecil. Munculnya UU No.901995 tentang usaha kecil merupakan perwujudan dari komitmen itu. Namun, tanpa diberlakukannya peraturan pemerintah sebagai peraturan pelaksanaan maka UU tersebut masih belum cukup efektif untuk melindungi wirausaha.