evaluasi program yayasan kuntum Indonesia dalam upaya pengembangan UMKM Di kampung wisata bisnis Tegal Waru

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

AHMAD WIZA WALADY NIM 1111046100150

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 1436 H/2015 M. Isi xiv + 108 halaman isi + lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengevaluasi program Yayasan Kuntum Indonesia (YKI) berdasarkan aspek-aspek yang ada di dalam GCG (Good Corporate

Governance). Kemudian juga melihat sejauh mana dampak keberadaan yayasan pada

perkembangan UMKM di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

Penulis melakukan wawancara dengan Ketua Yayasan Kuntum Indonesia dan juga tiga pelaku UMKM yang berada di KWBT, dan mencari literatur mengenai latar belakang yayasan dan Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru di Desa Tegalwaru. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi.

Dari hasil penelitian ini, penulis menemukan kesimpulan bahwa penerapan aspek-aspek GCG di Yayasan Kuntum Indonesia itu sudah cukup baik, namun pada aspek akuntabilitas dan transparansi harus dibenahi lagi, yaitu dalam hal kelengkapan SDM yayasan dan pemaparan visi-misi yang dapat diketahui oleh publik. Kemudian mengenai dampak keberadaan yayasan pada perkembangan UMKM disini sangat membantu sekali, terutama dalam hal penambahan jaringan dan marketing, namun dirasa masih kurang dalam hal penyediaan showroom kerajinan KWBT dan pemberian informasi mengenai pembiayaan pada UMKM.

Kata Kunci : Yayasan, KWBT, Evaluasi, GCG, UMKM, Pembiayaan. Pembimbing : Yuke Rahmawati, S.Ag., M.A


(6)

vi

Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang selalu memberikan nikmat dan karunia-Nya yang tiada tara kepada kita semua. Tidak lupa juga kita haturkan sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.

Berkat rahmat dan hidayah Allah Swt. akhirnya penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Penulis sendiri menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif diharapkan oleh penulis agar tidak terjadi kesalahan di masa mendatang.

Tidak lupa juga, skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis perlu mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para pembantu dekannya.

2. Bapak AM Hasan Ali, M.A. dan Bapak Abdurrauf, Lc., M.A. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

3. Ibu Yuke Rahmawati, S.Ag, M.A. selaku dosen pembimbing yang dengan tulus ikhlas memberikan waktu, tenaga, pikiran, dan kesabarannya kepada penulis


(7)

vii

M.Ag yang telah mengoreksi dan menyempurnakan isi skripsi ini.

5. Yayasan Kuntum Indonesia, yaitu Ibu Tatiek Kancaniati yang telah bersedia memberikan data-data yang dibutuhkan penulis dan Teh Rara yang membantu penulis untuk memperoleh data yang dibutuhkan ke UMKM, serta pelaku UMKM di KWBT yang telah bersedia diwawancarai.

6. Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, khususnya kepada dosen program studi muamalat yang telah mentransferkan ilmunya kepada penulis dari mulai awal perkuliahan hingga skripsi ini terselesaikan.

7. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Dosen Pembimbing Akademik yang selama ini mengarahkan perkuliahan, Ibu Dr. Nurhasanah, M.Ag, kemudian kepada Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH. dan Ibu Indah memberikan ilmu pengalaman hidupnya, juga kepada Ka Indra dan Ka Dayat yang selalu terbuka untuk berbagi ilmu.

9. Keluargaku tercinta, yaitu orang tuaku Hasan Basri, SH. dan Dra. Wardah yang selalu memberikan support, dan semangat yang tidak terhingga kepada penulis. Terima kasih juga kepada 2 Kakakku, Elliyati Hasanah dan Fadli Rosyad serta kepada dua adikku, Andri Firmansyah dan M. Raihan Albairuni. berkat kasih


(8)

viii

pikiran dan juga mensupport penulis ketika dalam kondisi yang kurang baik dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat perjuangan penulis di Fakultas Syariah dan Hukum, yaitu Hasbi, Eko, Bunga, Suci, dan Rina. Semoga kita semua menjadi manusia yang senantiasa bermanfaat kepada alam. Keluarga COINS, Bang Tohir, Bang Dono, Bang Fajrul, Bang Zaki, Ucup, Ipul, Desi, Riri, serta adik-adik angkatan dari 2012-2015. Kawan-kawan PSD-2011, sukses untuk kita semua.

12. MAHAD ALI UIN Jakarta, kepada Kiai Mr. Utob Thabrani, LC., MCL. Sahabat setia penulis, Ali Rahman Nasution, keluarga baru penulis Ajat Sudrajat, Adnan Chaidar, dan Edi Fajar Prasetyo, juga Nurjamal Shaid. Kepada abang ideologis, Eddy Najmuddien dan Syamsul Maarif yang tanpa henti mendorong penulis agar menjadi pribadi berkualitas, dan kakak-kakak BUMN.

13. Kawan-kawan Bidik 2011, pihak Kemahasiswaan UIN Jakarta yang bersedia menerima penulis mendapatkan beasiswa perkuliahan sampai akhir, khususnya juga kepada Ka Amellya Hidayat.

14. KAHFI Motivator School, especially Om Bagus dan Mbak Wie, juga wali kelas, dan dosen-dosen, serta kawan-kawan angkatan 15. Alhamdulillah pemikiran penulis menjadi lebih terbuka. Semoga terus menebarkan inspirasi.


(9)

ix

16. Teman singgah penulis sewaktu penulis merasa harus beristirahat di Ciputat, Kepada Nasir, Misbah. Kemudian sahabat sekolah, Abu Rizal, Lia, Dini, Anto, Zilah, juga sahabat baru penulis Ilham.

Walaupun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis senantiasa berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak,. Semoga bisa menjadi amal bakti.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 18 Oktober 2015


(10)

x

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

D. Kerangka Teori dan Konsep ... 12

E. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Evaluasi ... 20

a. Pengertian ... 20

b. Model-model evaluasi ... 22

c. Tujuan evaluasi ... 23

B. Pembiayaan Syariah ... 24

a. Pengertian Pembiayaan ... 24


(11)

xi

a. Pengertian UMKM ... 34

b. Karakteristik UMKM ... 36

c. Perkembangan UMKM ... 38

D. Good Corporate Governance ... 42

a. Pengertian GCG ... 42

b. Prinsip Dasar dan Asas GCG ... 44

c. Tujuan GCG ... 49

d. Manfaat GCG ... 50

E. Review Study ... 52

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 57

B. Jenis dan Sumber Penelitian ... 59

C. Wilayah Penelitian ... 60

D. Metode Pengumpulan Data ... 60

E. Teknik Pengolahan Data ... 63

F. Uji Keabsahan Data ... 64

G. Teknik Penulisan ... 65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil UMKM Tegalwaru ... 66

B. Profil Yayasan Kuntum Indonesia ... 78

C. Analisa Penerapan GCG di Yayasan Kuntum Indonesia ... 83

1. Aspek Transparansi ... 84


(12)

xii

D. Dampak Eksistensi yayasan pada perkembangan UMKM ... 97

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 106 B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109


(13)

xiii

Tabel 1.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan Kriterianya ... 14

Tabel 2.1 Data Jumlah UMKM dan Pertumbuhan UMKM Tahun 2007-2012 .. 38

Tabel 2.2 Data Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan dan Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja UMKM Tahun 2007-2012 ... 39

Tabel 2.3 Data Jumlah Sumbangan PDB UMKM dan Pertumbuhan atas PDB UMKM Tahun 2007-2012 ... 40

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Tegalwaru menurut struktur umur ... 67

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Tegalwaru berdasarkan mata pencaharian .. 68

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Tegalwaru berdasarkan pendidikan ... 69

Tabel 4.4 Penilaian Aspek Transparansi Yayasan Kuntum Indonesia ... 84

Tabel 4.5 Penilaian Aspek Akuntabilitas Yayasan Kuntum Indonesia ... 88

Tabel 4.6 Penilaian Aspek Responsibilitas Yayasan Kuntum Indonesia ... 90

Tabel 4.7 Penilaian Aspek Independensi Yayasan Kuntum Indonesia ... 93


(14)

xiv

Grafik 4.1 Respon UMKM terhadap Keberadaan Yayasan ... 104

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 2 Gambar 2.1 Jenis Pembiayaan ... 3 Gambar 4.1 Struktur Kepengurusan Yayasan Kuntum Indonesia ... 104


(15)

1

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Penduduk Indonesia berjumlah sebanyak 241.452.952 jiwa. Memiliki penduduk yang banyak merupakan sebuah peluang sekaligus menjadi tantangan bagi negara ini. Menjadi peluang jika semua sumber daya manusianya bisa dioptimalkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan negara. Namun, apabila negara ini tidak mampu mengelola SDM yang begitu banyaknya maka akan timbul berbagai masalah dari berbagai segi kehidupan.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto menyatakan, masalah paling krusial yang dihadapi Indonesia pada saat ini dan di masa mendatang adalah masalah ketenagakerjaan. Suryo mengungkapkan, jumlah penduduk Indonesia sejak 10 tahun terakhir terus meningkat tanpa terhambat program-program keluarga berencana. Namun di sisi lain, jumlah penyerapan tenaga kerja di dalam negeri tidak berkembang, malah cenderung menurun.1 Hal ini mengakibatkan meningkatnya angka pengangguran di Indonesia.

1

Masalah Pengangguran diunduh pada 16 Februari 2015 dari

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/04/30/1049038/Kadin.Indonesia.Hadapi.Bencana.Penga ngguran.yang.Serius


(16)

Penduduk Indonesia masih banyak yang menganggur. Hal ini bisa dilihat dari jumlah pengangguran terbuka di Indonesia.

Grafik 1.1 Pengangguran Terbuka di Indonesia 2009-2014

Sumber : BPS diolah

Terlihat pada grafik bahwa angka pengangguran terbuka di Indonesia dari 2009 sampai 2014 masih berada di angka 7,2 sampai 8,7 juta orang. Walaupun secara grafik terlihat sedikit penurunan. Namun, secara angka yang muncul, pengangguran ini masih terbilang tinggi untuk negara sebesar Indonesia yang mempunyai SDM yang berlimpah.

Meningkatnya angka pengangguran dibarengi dengan munculnya masalah kemiskinan. Kemiskinan di Indonesia adalah suatu kondisi manusiawi yang merenggut hak seseorang untuk memenuhi sumber daya yang dibutuhkannya untuk hidup. Berdasarkan catatan Worldfactbook dan Worldbank, penurunan

0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 7,000,000 8,000,000 9,000,000

2009 2010 2011 2012 2013 2014 8,754,736

8,254,426

8,681,392 7,344,866

7,410,931

7,244,905

Tingkat Pengangguran Terbuka

Tingkat Pengangguran Terbuka


(17)

jumlah penduduk miskin di Indonesia termasuk yang tercepat dibandingkan negara yang lainnya.2

Grafik 1.2. Statistik Kemiskinan Indonesia 2005-2013

Sumber : BPS diolah

Walaupun berdasarkan data statistik, kemiskinan di Indonesia sudah berkurang tetapi kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang belum tuntas. Di satu sisi, dunia mengatakan ekonomi di Indonesia meningkat maju tetapi kenyataannya masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.3

Nampaknya lapangan pekerjaan harus dibuka selebar mungkin untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan ini. Salah satunya adalah

2

Wawan Dhewanto, dkk. Inovasi dan Kewirausahaan Sosial, (Bandung : Alfabeta, 2013), h.69

3

Ibid, h.70

15.97 17.75 16.58 15.42 14.15 13.33 12.36

11.66 11.47

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tingkat Kemiskinan di Indonesia

Tingkat Kemiskinan di Indonesia


(18)

dengan melahirkan banyak pengusaha khususnya pada Usaha Mikro Kecil Menengah. Usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM) memiliki peran yang signifikan dalam menggerakkan sektor riil, khususnya mengatasi masalah pengangguran. Sejak diluncurkan Gerakan Wirausaha Nasional Februari 2011 lalu oleh Presiden SBY, data Badan Pusat Statistik mengungkapkan kini sudah ada 55,53 juta UMKM dan 54 juta lebih diantaranya usaha mikro.4

Data Kementrian Negara Koperasi dan UKM menyatakan bahwa UMKM merupakan andalan ekonomi Indonesia karena merupakan mayoritas (lebih 99.5%) pelaku usaha dan menyerap lebih dari 90% penyerapan tenaga kerja nasional. Namun demikian UMKM hanya mampu menghasilkan sekitar 54.6 % Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan laju pertumbuhannya juga tidak lebih besar daripada non-UMKM (usaha besar).

Berdasarkan kenyataan di lapangan, UKM sering tergambarkan sebagai

usaha yang memiliki “manajemen tradisional”. Hal ini disebabkan umumnya

praktik UKM di Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, UKM yang tumbuh dan berkembang di Indonesia lebih banyak dikelola oleh perorangan (one man show) atau dikelola dalam satu keluarga yang memegang teguh tradisi pengelolaan usaha dengan pola manajemen tertentu. Kedua, UKM tumbuh dan berkembang dengan manajemen sederhana dengan penggunaan bahan baku yang terbatas, proses produksi yang sederhana, dan hasil produk

4

Aunur Rofiq, Kemajuan Ekonomi Indonesia Isu Strategis, Tantangan, dan Kebijakan,


(19)

yang cenderung kurang bervariasi. Ketiga, Pola permintaan cenderung sangat monoton (relatif tidak banyak berubah), dan Keempat, Penggunaan alat produksi yang sederhana (bukan berbasis teknologi tinggi).5

Salah satu wilayah yang terkenal karena UMKM-nya adalah Desa Tegalwaru, Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Desa ini memiliki beragam jenis UMKM, mulai dari kerajinan tas, anyaman bambu, peternakan, perikanan, sampai kepada obat-obatan herbal. Dengan banyaknya jenis UMKM yang dimiliki oleh wilayah ini, maka ada salah seorang warga yang mendorong UMKM tersebut agar bisa dikoordinir dan disatukan, kemudian ia ingin membangun image desa ini, maka tercetuslah sebuah ide pendirian kampung wisata dengan nama Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan via telepon kepada penggagas Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini, yaitu Ibu Tatiek Kancaniati bahwa perkembangan UMKM yang terjadi di Tegalwaru ini lumayan pesat perkembangannya setelah dicetuskannya ide menjadi Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru. Perkembangan ini bisa dilihat dari jenis produk UMKM yang semula berjumlah 15 jenis pada 2008 kemudian pada saat sekarang sudah terdapat 35-40 jenis produk UMKM. Lalu, dari segi pemasaran produk, sekarang jenis produk UMKM di Tegalwaru sudah dikenal luas. Salah satunya adalah sentra herbal menjadi mitra yang dipercaya terbaik se-Kabupaten Bogor. Hal ini menjadi daya

5


(20)

tarik media cetak maupun media elektronik lainnya untuk meliput kegiatan UMKM di wilayah ini.6

Perkembangan Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini tidak lepas dari peran Yayasan Kuntum Indonesia yang berusaha mengangkat kearifan lokal dan memberdayakan masyarakat agar ketimpangan kekayaan antara si miskin dan si kaya menjadi semakin sedikit. Sebagai upaya mengatasi ketimpangan yang dihadapi oleh sebagian lapisan masyarakat kita dewasa ini dan sebagai antisipasi munculnya masalah yang sama di masa mendatang, kemitraan usaha merupakan solusi untuk mengurangi masalah ketimpangan tersebut, kemitraan dijadikan solusi karena baik keberadaan maupun fungsi dan perannya diperlukan untuk memberdayakan semua lapisan masyarakat.7

Yayasan Kuntum Indonesia merupakan sebuah yayasan yang terbentuk dan berdiri atas dasar inisiatif dari masyarakat setempat yang lokasinya berada di daerah Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Bogor. Yayasan ini merupakan yayasan yang bergerak di bidang kesejahteraan masyarakat dimana anggotanya banyak dari kalangan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang merupakan warga asli Tegalwaru. UMKM yang menjadi anggota Yayasan Kuntum ini otomatis juga menjadi mitra usaha Yayasan. Program-program yayasan dirancang dan diimplementasikan untuk mendorong kegiatan usaha dan pertumbuhan UMKM di Tegalwaru. Yayasan ini membantu para pelaku UMKM

6

Wawancara pribadi kepada Ibu Tatiek Kancaniati, 15 februari 2015

7

Mohammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi, (Jakarta : PT Penebar Swadaya, 2000), h.14


(21)

dalam meningkatkan kegiatan usahanya, mulai dari pelatihan kewirausahaan, manajemen usaha, dan juga sampai kepada pemasarannya.

Dalam menjalankan sebuah program kerja bagi sebuah perusahaan atau organisasi diperlukan sebuah etika yang mendorong kegiatan bisnis berjalan sesuai dengan norma/aturan yang berlaku. Menerapkan tata kelola yang baik bagi perusahaan atau organisasi merupakan suatu keharusan jika perusahaan/organisasi tersebut menginginkan kemajuan. Berbagai acuan tata kelola perusahaan yang baik dipublikasikan, salah satunya mengenai penerapan

Good Corporate Governance (GCG) yang diterbitkan oleh Komite Nasional

Kebijakan Governance (KNKG) pada tahun 2006 dimana isi GCG itu meliputi aspek Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, dan Fairness (kesetaraan dan kewajaran).

Tata kelola yang baik (good governance) maupun tata kelola perusahaan yang baik atau (good corporate governance/GCG), sebenarnya merupakan konsep dan instrumen umum sebagai langkah pembaharuan dalam sistem organisasi. Setiap organisasi seperti perusahaan milik Negara (BUMN), perusahaan milik Daerah (BUMD), perusahaan milik swasta, koperasi, organisasi seperti kantor pemerintah, lembaga atau yayasan nirlaba, dan organisasi lain wajib dikelola dengan baik.8

8

Prijambodo, Tata Kelola Yang Baik Pada Koperasi (Good Governance Cooperative) Satu Kebutuhan Peningkatan Kualitas Sdm Koperasi, (Jurnal Kementrian Koperasi dan UKM), h.1, 2012


(22)

Penerapan Good Corporate Governance dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan yang menguntungkan diri sendiri, dan umumnya Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan investor. Corporate Governance yang buruk menurunkan tingkat kepercayaan investor, lemahnya praktik Good Corporate Governance merupakan salah satu faktor yang memperpanjang krisis ekonomi di negara kita.9

Melihat kepada fakta di lapangan yang terjadi pada perkembangan UMKM yang terdapat di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru tentunya juga tak lepas dari peran siapa atau badan apa yang mengelola Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini. Dalam hal ini, kita melihat ke Yayasan Kuntum Indonesia sebagai wadah yang mengoordinir dan menyatukan UMKM di KWBT. Membuat suatu kegiatan atau mengkoordinir pelaku UMKM yang berada di Tegalwaru ini tentunya bukan merupakan sebuah pekerjaan yang mudah jika memang tidak ada aturan baku atau tata kelola yang baik pada yayasan. Namun sayangnya, belum ada peraturan baku tertulis tentang tata cara pengelolaan yang baik pada sebuah Yayasan atau organisasi nirlaba lainnya. Penelitian ini bermaksud melihat dan mengevaluasi tata kelola dari Yayasan Kuntum Indonesia yang merujuk kepada aspek-aspek

Good Corporate Governance, yaitu TARIF (Transparansi, Akuntabilitas,

Responsibilitas, Independensi, dan Fairness). Kemudian penelitian ini juga

9

Sedarmayanti, Good Governance dan Good Corporate Governance, (Bandung : Mandar Maju, 2007), h.60


(23)

melihat bagaimana dampak dari penerapan aspek tersebut dan keberadaan Yayasan Kuntum Indonesia bagi perkembangan UMKM di KWBT.

Menjadi sebuah hal yang menarik sekaligus menjadi tantangan bagi penulis meneliti tentang evaluasi penerapan GCG pada Yayasan dimana penelitian sejenis masih belum atau sangat jarang ditemukan. Maka, penelitian ini ingin mengevaluasi sejauh mana Yayasan Kuntum Indonesia mengimplementasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG), bagaimana dampak keberadaannya terhadap perkembangan UMKM di KWBT, dan hal apa saja yang perlu ditingkatkan. Sehingga penulis menuliskan penelitian ini dengan judul

“Evaluasi Program Yayasan Kuntum Indonesia dan Pengetahuan Pelaku UMKM dalam Upaya Pengembangan UMKM di Kampung Wisata Bisnis

Tegalwaru”.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Apakah aspek Transparansi sudah berjalan dengan baik di Yayasan Kuntum Indonesia ?

b. Apakah aspek Akuntabilitas sudah berjalan dengan baik di Yayasan Kuntum Indonesia ?


(24)

c. Apakah aspek Responsibilitas sudah berjalan dengan baik di Yayasan Kuntum Indonesia ?

d. Apakah aspek Independensi sudah berjalan dengan baik di Yayasan Kuntum Indonesia ?

e. Apakah aspek Fairnes sudah berjalan dengan baik di Yayasan Kuntum Indonesia ?

f. Apakah program-program yayasan berguna bagi para pelaku UMKM di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ?

g. Apakah pelaksanaan konsep GCG oleh Yayasan mendorong pelaku UMKM untuk mengajukan pembiayaan ke Lembaga Keuangan ?

2. Pembatasan Masalah

Penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini yaitu pada penerapan GCG Yayasan Kuntum Indonesia, asas GCG pada penelitian ini merupakan asas GCG yang tercantum pada KNKG 2006. Lalu, pelaku UMKM yang dipilih adalah yang merupakan anggota dari Yayasan Kuntum Indonesia yang mendapatkan pembiayaan dan dalam kategori usaha yang menjadi pionir di dalam Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru.

3. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(25)

a.Bagaimana implementasi Good Corporate Governance di Yayasan Kuntum Indonesia dalam upaya peningkatan perkembangan UMKM di KWBT ?

b.Bagaimana dampak keberadaan Yayasan Kuntum Indonesia terhadap perkembangan UMKM di KWBT ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengevaluasi pelaksanaan program Yayasan Kuntum Indonesia

dengan indikator Good Corporate Governance agar diketahui mana program yang sudah efektif dan belum efektif dilaksanakan dalam standard GCG. 2. Untuk mengevaluasi seberapa besar dampak keberadaan yayasan lewat

pengetahuan UMKM di KWBT.

Dengan diadakannya penelitian ini maka akan mendatangkan manfaat sebagai berikut :

1. Akademisi

Penelitian tentang GCG di yayasan dan UMKM saat ini masih sangat terbatas. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan menjadi tambahan referensi dan informasi bagi penelitian yang sejenis.


(26)

2. Lembaga Terkait

Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pengelola Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT) dalam usaha mengembangkan UMKM di wilayahnya.

3. Pelaku UMKM

Sebagai bahan evaluasi pengetahuan dan tindakan yang telah dilaksanakan oleh UMKM sehingga kedepannya bisa lebih memperhatikan aspek-aspek yang semestinya dilaksanakan untuk perkembangan usahanya.

4. Pemerintah

Bagi pemerintah setempat, sebagai bahan evaluasi kinerja pemerintah dan tambahan referensi membuat kebijakan selanjutnya untuk pengembangan UMKM di Tegalwaru.

5. Bagi Penulis

Dengan melakukan penelitian ini, penulis mendapatkan wawasan dan pengalaman baru mengenai konsep dan praktik tata kelola yang baik lewat pendekatan GCG, khususnya penerapan pada Yayasan Kuntum Indonesia dan dampaknya keberadaannya bagi UMKM yang berada di KWBT.

D. Kerangka Teori dan Konsep

Evaluasi merupakan alat dari berbagai macam pengetahuan untuk menganalisis dan menilai fenomena ilmu pengetahuan dan aplikasi ilmu pengetahuan dalam penerapan ilmu pengetahuan dalam praktik profesi. Teori


(27)

evaluasi mengemukakan bagaimana memahami objek evaluasi, bagaimana memberikan nilai terhadap program yang dievaluasi dan kinerjanya, bagaimana mengembangkan ilmu pengetahuan dari hasil evaluasi. Teori program menjelaskan bagaimana dan mengapa suatu program seharusnya bekerja. Teori program menjelaskan suatu logika dan deskripsi yang rasionabel apa yang dilakukan dan aktivitas program yang dilakukan harus menuju hasil yang dituju dan benefit dari program.10

Menurut Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.11

Sedangkan menurut UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan menyatakan bahwa pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.12

Berdasarkan UU No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Masing-masing golongan usaha tersebut memiliki definisi dan kriteria tersendiri yaitu :

10

Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standard, Aplikasi, dan Profesi, (Jakarta : Rajawali Press, 2012), h. 30-31

11Muhammad Syafi’i Antonio,

Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta : Gema Insani Press), h.160

12


(28)

Tabel 1.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan Kriterianya

S s

Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM

Uraian Definisi

Kriteria

Aset Omset

Usaha Mikro

Usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi

kriteria Usaha Mikro

sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. Maksimal 50 juta rupiah Maksimal 300 juta rupiah Usaha Kecil

Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana

dimaksud dalam Undang-

Undang ini. Diatas 50 juta rupiah hingga 500 juta rupiah Diatas 300 juta rupiah hingga 2,5 milyar rupiah Usaha Menengah

Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini

Diatas 500 juta rupiah hingga 10 milyar rupiah Diatas 2,5 milyar rupiah hingga 50 milyar rupiah


(29)

Menurut BPS, UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu usaha mikro merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 1 s.d 4 orang, usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.

Ciri perusahaan kecil dan menengah di Indonesia :13

1. Manajemen berdiri sendiri, dengan kata lain tidak ada pemisahan yang tegas antara pemilik dengan pengelola perusahaan. Pemilik adalah sekaligus pengelola.

2. Modal disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok kecil pemilik modal. 3. Daerah operasinya umumnya lokal, walaupun terdapat juga usaha kecil dan

menengah yang memiliki orientasi luar negeri, berupa ekspor ke negara-negara mitra perdagangan.

4. Ukuran perusahaan, baik dari segi total aset, jumlah karyawan, maupun sarana prasananya kecil.

Komite Cadbury mendefinisikan corporate governance sebagai berikut :

Corporate governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan

perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan

13

Joko Priyono dan Husin Syarbini, UKM Naik Kelas, (Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2014), h.24


(30)

eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham dan sebagainya. 14

Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahuun 2000. Merumuskan arti Good

Governance adalah kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan

prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi hukum, dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.15

Pengertian Corporate Governance menurut Price Waterhouse Coopers sebagai berikut : Corporate governance terkait dengan pengambilan keputusan yang efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses, kebijakan-kebijakan, dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang menguntungkan, efisien, dan efektif dalam mengelola risiko dan bertanggung jawab dengan memerhatikan kepentingan stakeholders.16

Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan

14

Indra Surya, dkk. Penerapan Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha. (Jakarta : Prenada Media Grup, 2006), h.24-25

15

Sedarmayanti, Good Governance dan Good Corporate Governance, (Bandung : Mandar Maju, 2007), h,37

16

Indra Surya, dkk. Penerapan Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha. (Jakarta : Prenada Media Grup, 2006), h.27


(31)

kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).17

Berikut adalah kerangka konsep dalam penelitian ini : Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian

E. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini dibagi menjadi lima bab besar dimana setiap babnya mengandung subab-subab yang menjelaskan lebih rinci mengenai pembahasan dari tiap bab tersebut. Adapun rincian bab tersebut adalah sebagai berikut :

17

Pedoman Umum GCG Indonesia Tahun 2006 oleh KNKG

GCG

Yayasan Kuntum Indonesia :  Transparansi

 Akuntabilitas  Responsibilitas  Independensi  Fairnes

Pengetahuan Pelaku UMKM Perkembangan UMKM di KWBT


(32)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang pendahuluan yang mencerminkan isi skripsi secara global yang berisi landasan awal yang melatarbelakangi permasalahan dalam skripsi ini, identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian, kerangka teori dan konsep, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Bab ini memaparkan konsep atau teori yang terkait dengan Evaluasi, Pembiayaan Syariah, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dan Good

Coorporate Governance serta review study terdahulu.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi pendekatan penelitian, jenis dan sumber penelitian, wilayah penelitian, metode pengumpulan data, teknis pengolahan analisis data, dan uji keabsahan data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai hasil dan pembahasan objek yang diteliti. Penulis akan menyajikan profil UMKM di Wilayah Tegalwaru, profil Yayasan Kuntum Indonesia, analisa penerapan GCG di Yayasan Kuntum Indonesia, dan dampak eksistensi Yayasan pada peningkatan pembiayaan di UMKM.


(33)

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Bab ini juga diisi dengan saran bagi objek penelitian maupun bagi peneliti selanjutnya.


(34)

20 1. Pengertian Evaluasi Program

Propham, Provus, dan Rivlin menjelaskan bahwa evaluasi adalah kegiatan membandingkan data tentang penampilan orang-orang dengan standar yang telah diterima umum. Malcolm dan Provus, sebagai pencetus gagasan discerepancy Evaluation, menjelaskan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengetahui perbedaan antara apa yang ada dengan suatu standar yang telah ditetapkan serta bagaimana menyatakan perbedaan antara keduanya.1 Kemudian Viji Srinipasan, mengevaluasi berarti menguji dan menentukan suatu nilai, kualitas, kadar kepentingan, jumlah, derajat, atau keadaan. Dengan demikian, evaluasi ini dimaksudkan untuk menyusun nilai-nilai indikator dalam mencapai suatu sasaran.2

Program dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti rancangan mengenai asas-asas serta dengan usaha-usaha dalam ketatanegaraan, perekonomian dan sebagainya yang akan dijalankan.3 Teori program

1

Djuju Sudjana, Evaluasi Pendidikan Luar Sekola, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), h.19

2

Anita Zahara, Evaluasi Program Yayasan Lima Belas Juli (Yaliju) Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kelurahan Sawangan Lama- Depok, (Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta, 2007), h.14

3


(35)

berkenaan dengan esensi program, yaitu tujuan program, perlakuan program, perubahan yang diharapkan dari pelaksanaan program.4

Wilbur Harris dalam “The Nature and Functions of Educational Evaluation” menjelaskan bahwa evaluasi program adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas, atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu didasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data yang diobservasi dengan menggunakan standard tertentu yang telah dibakukan.5

Paulson dalam bukunya “A Strategy for Evaluation Design”, yang dikutip

oleh Grotelueschen, mengemukakan bahwa evaluasi program adalah proses pengujian berbagai objek atau peristiwa tertentu dengan menggunakan ukuran-ukuran nilai khusus dengan tujuan untuk menentukan keputusan-keputusan yang sesuai. Berdasarkan pengertian ini maka evaluasi program adalah kegiatan pengujian terhadap suatu fakta atau kenyataan sebagai bahan untuk pengambilan keputusan.6

Sehingga kalau kita simpulkan, evaluasi program adalah suatu proses atau pun cara untuk mempelajari dan menganalisis suatu program yang dicanangkan, direncanakan, dan diimplementasikan oleh suatu lembaga atau organisasi agar dapat diketahui aspek penilaian yang mana program yang sudah berjalan dengan

4

Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standard, Aplikasi, dan Profesi, (Jakarta : Rajawali Press, 2012), h. 70

5

Djuju Sudjana, Evaluasi Pendidikan Luar Sekola, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), h.18-19

6


(36)

baik dan mana yang belum agar organisasi bisa mengambil keputusan secara tepat.

2. Model-model Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan desain atau konstelasi evaluasi tertentu. Desain evaluasi adalah kerangka proses melaksanakan evaluasi dan rencana menjaring dan memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh informasi dengan presisi yang mencukupi atau hipotesis dapat diuji secara tepat dan tujuan evaluasi dapat dicapai. Model evaluasi menentukan jenis evaluasi apa saja yang harus dilakukan dan bagaimana proses melaksanakan evaluasi tersebut.7

Beberapa macam model evaluasi yaitu sebagai berikut : a. Evaluasi Konteks, yaitu menyajikan data tentang alasan-alasan untuk menetapkan tujuan program dan prioritas tujuan. b. Evaluasi Masukan, yaitu evaluasi yang menyediakan data untuk menentukan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program. c. Evaluasi Proses, yaitu menyediakan umpan balik yang berkenaan dengan efisiensi pelaksanaan program, termasuk di dalamnya pengaruh sistem dan keterlaksanaannya, dan d. Evaluasi Produk yang mengukur dan menginterpretasi pencapaian program selama pelaksanaan program dan pada akhir program.8

7

Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standard, Aplikasi, dan Profesi, (Jakarta : Rajawali Press, 2012), h. 147

8

Djuju Sudjana, Evaluasi Pendidikan Luar Sekola, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), h.54-56


(37)

3. Tujuan Evaluasi

Tujuan evaluasi berfungsi sebagai pengarah kegiatan evaluasi program dan sebagai acuan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas kegiatan evaluasi program. Tujuan evaluasi secara implisit telah terumuskan dalam definisi evaluasi yaitu untuk menyajikan data sebagai masukan bagi pengambilan keputusan. Tujuan khusus mencakup upaya untuk memberi masukan tentang kebijaksanaan pendidikan, hasil program pendidikan, kurikulum, tanggapan masyarakat terhadap program, sumber daya program pendidikan, dampak pembelajaran, manajemen, program pendidikan, dan sebagainya.

Tujuan evalasi program luar sekolah bermacam ragam, di antaranya adalah memberi masukan untuk perencanaan program, kelanjutan, perluasan, dan penghentian program, serta untuk modifikasi program. kemudian untuk memperoleh informasi tentang faktor pendukung dan penghambat program. Memberi masukan untuk motivasi dan pembinaan pengelola dan pelaksana program serta untuk memahami landasan keilmuan bagi evaluasi program.

Menurut Feurstein, terdapat sepuluh alasan mengapa evaluasi perlu dilakukan, antara lain : untuk melihat apa yang sudah dicapai, mengukur kemajuan, agar tercapai manajemen yang lebih baik, mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan, melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif, biaya dan manfaat, mengumpulkan informasi, berbagi pengalaman,


(38)

meningkatkan keefektifan, dan memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik.9

B. Pembiayaan Syariah

1. Pengertian Pembiayaan

Secara harfiah, pembiayaan (financing atau marhun bih) dapat diartikan sebagai dana rahn, yaitu dana yang diperoleh rahin (nasabah) setelah aplikasi rahn-nya diterima oleh pihak murtahin (bank), dengan syarat setelah ada penyerahan marhun (jaminan) kepada pihak murtahin.10

Secara istilah, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil.11

Dalam pengertian lain, pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga dengan kesepakatan antara lembaga keuangan dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

9

Anita Zahara, Evaluasi Program Yaliju dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat,(Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h.17-18

10

Bank Indonesia, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.5

11

Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 31-32


(39)

mengembalikan uang atau tagihan tesebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.12

Menurut UU. No.20 Tahun 2008 Pasal 1 menjelaskan bahwa pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.13

2. Tujuan Pembiayaan

Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Secara makro tujuan pembiayaan bertujuan untuk:14

a. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak mendapatkan akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi. Dengan demikian dapat meningkatkan taraf ekonominya.

b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk pengembangan usaha yang membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melalui aktivitas pembiayaan.

12

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta : UUP AMP YKPN, 2005), h.17

13

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pasal 1

14

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta : UUP AMP YKPN, 2005), h.17-18


(40)

c. Meningkatkan produktivitas, artinya adanya pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat untuk mampu meningkatkan daya produksinya dan mengembangkan usahanya sebab upaya peningkatan produksi tidak dapat terlaksana tanpa adanya dana.

d. Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktifitas kerja, berarti mereka memperoleh pendapatan dari hasil usahanya.penghasilan merupakan pendapatan bagi masyarakat. Jika ini berhasil, maka akan terjadi distribusi pendapatan.

e. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor usaha akan menyerap tenaga kerja.

Kemudian secara mikro, pembiayaan bertujuan untuk:

a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan yang tinggi, yaitu memaksimalkan laba usaha. Untuk menghasilkan laba maksimal, maka perlu pendukung dana yang cukup.

b. Upaya meminimalkan resiko, artinya usaha yang dilakukan mampu menghasilkan laba maksimal, maka para pengusaha harus mampu meminimalkan resiko. Resiko kekurangan modal dapat diatasi dengan tindakan pembiayaan.

c. Pendayagunaan ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal (pembiayaan).


(41)

3. Klasifikasi Pembiayaan

Pembiayaan pada dasarnya dapat diklasifikasikan menurut beberapa aspek, di antaranya:

a. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal sebagai berikut :15

1) Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditunjukan untuk memenuhi produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.

2) Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

b. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut :16

1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: (a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi, dan (b) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan

utility of place dari suatu barang.

2) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan

15 Muhammad Syafi’i Antonio,

Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta : Gema Insani Press, 2006), h.160.

16


(42)

itu. Secara umum, jenis-jenis pembiayaan dapat digambarkan sebagai berikut :17

Gambar 2.1 Jenis Pembiayaan

c. Pembiayaan menurut jangka waktunya dibedakan menjadi :18 1) Pembiayaan jangka waktu pendek ( 1 bulan - 1 tahun) 2) Pembiayaan jangka waktu menengah ( 1-5 tahun)

3) Pembiayaan jangka waktu panjang ( kurang lebih 5 tahun)

Di dalam perbankan syariah, pembiayaan adalah salah satu jenis kegiatan usaha bank syariah. Yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa :19

a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarokah;

b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk

ijarah muntahiya bittamlik;

c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang qard; dan

17

Ibid. h.161

18

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta : UUP AMP YKPN, 2005), h.22.

19

A. Wangsawidjaja Z., Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta, Kompas Gramedia, 2012), h.78

PEMBIAYAAN

Produktif

Investasi Konsumtif


(43)

d. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.

Dengan demikian, nasabah bisa memilih jenis pembiayaan yang paling tepat atau cocok dari klasifikasi pembiayaan yang telah disebutkan di atas. Mereka bisa memilih pembiayaan dari segi sifat penggunaan, keperluan, maupun jangka waktu.

4. Sumber-Sumber Pembiayaan pada UMKM

Sumber-sumber pembiayaan pada usaha mikro, kecil, dan menengah bisa didapatkan dari lembaga keuangan perbankan dan non bank. Adapun rinciannya sebagai berikut :

a. Lembaga Bank

Lembaga keuangan bank yaitu lembaga keuangan yang berbentuk bank. Sedangkan definisi bank itu sendiri telah dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, pasal 1 ayat (2) yaitu sebagai berikut:

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak”.20

Dalam mengembankan usahanya, ada dua jenis bank pilihan bagi para calon debitur untuk mengajukan pembiayaan, yaitu :

20

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi ke-6 (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.396


(44)

1) Bank konvensional. Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah mendefinisikan bank konvensional sebagai bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri dari Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.21

2) Bank Syariah. Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang mendefinisikan bank syariah sebagai Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri

atas Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah”.22

Baik bank konvensional maupun bank syariah telah berusaha untuk memberikan fasilitas pembiayaan kepada para calon peminjam dana. Namun, banyak dari pelaku UMKM yang enggan mengajukan pembiayaan ke bank karena merasa terhambat oleh persyaratan administratif yang diberikan oleh bank. Persyaratan-persyaratan tersebut yang cenderung tidak dapat dipenuhi oleh pelaku UMKM, seperti adanya agunan untuk pembiayaan. Berbelitnya birokrasi juga menjadi alasan pengusaha kecil untuk tidak mengajukan pembiayaannya. b. Lembaga Non Bank

Lembaga Keuangan Bukan Bank merupakan Badan usaha bukan bank ataupun bukan perusahaan asuransi, yang kegiatan usahanya langsung ataupun tidak langsung menghimpun dana dari masyarakat dengan jalan mengeluarkan

21

Ahmad Ifham S., Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h.147

22


(45)

surat berharga dan menyalurkannya untuk pembiayaan investasi perusahaan, baik berupa pinjaman maupun berupa penyertaan modal.23

1) Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi merupakan badan usaha yang anggotanya terdiri atas orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama. Koperasi simpan pinjam merupakan lembaga sejenis koperasi yang didirikan kooperatif oleh kelompok tertentu, misalnya kelompok petani, kelompok supir taksi, yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana kepada anggotanya; tujuan lembaga ini bukan semata-mata mencari keuntungan, tetapi terutama ditujukan untuk kesejahteraan anggotanya.24

2) Baitul Mal wat Tamwil (BMT)

Baitul Mal wat Tamwil adalah lembaga keuangan mikro yang

dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salaam: keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan.25

Sejak awal berdirinya, BMT-BMT dirancang sebagai lembaga ekonomi. Dapat dikatakan bahwa BMT merupakan suatu lembaga ekonomi rakyat, yang secara konsepsi dan secara nyata memang lebih fokus kepada

23

Ibid, h.472

24

Ibid., h.423

25


(46)

masyarakat bawah yang miskin dan nyaris miskin (poor and near poor). BMT-BMT berupaya membantu pengembangan usaha mikro dan usaha kecil, terutama bantuan permodalan. Untuk melancarkan usaha mambantu permodalan tersebut, yang biasa dikenal dengan istilah pembiayaan (financing) dalam khazanah keuangan modern, maka BMT juga berupaya menghimpun dana, terutama sekali berasal dari masyarakat lokal di sekitarnya.26

Sesuai dengan pengertian istilahnya, BMT melaksanakan dua jenis kegiatan, yaitu Bait al-Mal dan Bait at-Tamwil. Sebagai Bait al-Mal, BMT menerima titipan zakat, infak, sedekah serta menyalurkan (tasaruf) sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Sedangkan sebagai Bait at-Tamwil, BMT bergiat mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan pengusaha kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan ekonomi.27

3) Bank Keliling/Rentenir

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rentenir berarti orang yang mencari nafkah dengan membungakan uang; tukang riba; pelepas uang; lintah darat.28 Dalamtransaksi simpan-pinjam dana, secara konvensional, si pemberi pinjaman mengambil tambahan dalam bentuk bunga tanpa adanya suatu

26

Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Press, 2009), h.83

27

Ibid., h.85

28

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet. Ke-3, h.949


(47)

penyeimbang yang diterima si peminjam kecuali kesempatan dan faktor waktu yang berjalan selama proses peminjaman tersebut. Yang tidak adil disini adalah si peminjam diwajibkan untuk selalu, tidak boleh tidak, harus, mutlak, dan pasti untung dalam setiap penggunaan kesempatam tersebut.29 Riba adalah hukumnya haram. Di dalam al-quran ada ayat yang menjelaskan tentang keharaman riba, yakni bisa kita temui dalam surat Arruum, Annisaa, Ali Imran, dan Albaqarah.

Dengan demikian, rentenir/lintah darat dapat diartikan sebagai orang atau badan yang usahanya memberikan pinjaman dana kepada orang atau badan lain dengan mengenakan bunga yang sangat tinggi. Pemberian pinjaman ini biasanya dilakukan dengan cara memanfaatkan kelemahan atau kesulitan hidup dari peminjamnya; seorang lintah darat tidak jarang mengancam bahkan tak segan-segan mengambil barang-barang milik peminjam apabila terjadi keterlambatan pembayaran.30

4) Pegadaian

Secara umum pengertian usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai.31 Pegadaian adalah lembaga keuangan nonbank yang termasuk dalam klasifikasi perantara investasi (investment

29

Muhammad Syafi’i Antonio, BankSyariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta : Gema Insani Press, 2006), h.38

30

Ahmad Ifham S., Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h.477

31

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi ke-6 (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.246


(48)

intermediary). Pegadaian banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dan pengusaha golongan kecil dan menengah sebagai alternatif sumber pendanaan selain bank.32

C. UMKM

1. Pengertian UMKM

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Masing-masing golongan usaha tersebut memiliki definisi dan kriteria berbeda. Berikut ini adalah definisi dan kriteria UMKM yang tercantum dalam Undang-undang tersebut :33

1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

32

Ktut Silvangita, Bank & Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama, 2009), h.64

33

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pasal 1


(49)

3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Menurut BPS, UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu usaha mikro merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 1 s.d 4 orang, usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.

Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM): Usaha Kecil (UK) termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.

Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset


(50)

per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari : (1) badang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan (2) perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa).

Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.

2. Karakteristik UMKM

Adapun kriteria untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah termuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 pasal 6, yaitu sebagai berikut :34

1) Kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

34

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pasal 6


(51)

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2) Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.0000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3) Kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Penentuan kriteria ini nominalnya dapat dirubah dan disesuaikan dengan perkembangan perekonomian Indonesia. Perubahan ini bisa terjadi bila ada Peraturan Presiden yang dikeluarkan oleh Presiden Republik Indonesia sebagaimana yang dijelaskan dalam UU. No. 20 Tahun 2008 di pasal 6 ayat 4


(52)

a, huruf b, dan ayat (2) huruf a, huruf b, serta ayat (3) huruf a, huruf b nilai nominalnya dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian yang telah diatur dengan Peraturan Presiden.35

3. Perkembangan UMKM

Dalam melihat perekonomian Indonesia, UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) selalu menjadi bahasan yang menarik untuk dikaji. Sektor UMKM mempunyai peran yang sangat penting dalam perekonomian nasional.

Pertama, dapat dilihat bahwa jumlah unit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada setiap tahunnya selalu bertambah, Melihat perkembangan jumlah UMKM ini (Tabel 2.1), bisa dikatakan bahwa UMKM merupakan penopang utama perekonomian Indonesia. Data dari Kementrian Koperasi dan UKM menyebutkan bahwa UMKM merupakan andalan atau harapan kemajuan ekonomi Indonesia karena merupakan mayoritas (99,5%) dan menyerap lebih dari 90% penyerapan tenaga kerja nasional.

Tabel 2.1. Data Jumlah UMKM dan Pertumbuhan UMKM Tahun 2007-2012

TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah UMKM 50.145.800 51.409.612 52.764.603 53.823.732 55.206.444 56.534.592

Pertumbuhan (%) 2,29 2,52 2,64 2,01 2,57 2,41

Sumber : Data BPS

35

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pasal 6 ayat 4


(53)

Kedua, dari sisi penyerapan tenaga kerja, potensi UMKM sangatlah bagus untuk menyerap daya tenaga kerja nasional yang jumlahnya berlimpah. Data perkembangan penyerapan tenaga kerja UMKM selalu mengalami peningkatan (lihat Tabel 2.2). Maka dari itu UMKM sangat diharapkan untuk dapat terus berperan secara optimal dalam upaya menanggulangi pengangguran yang jumlahnya cenderung meningkat setiap tahunnya. Penyerapan tenaga kerja dari sektor UMKM ini berarti UMKM juga memiliki peranan yang strategis dalam upaya pemerintah selama ini untuk memerangi kemiskinan di dalam negeri.

Tabel 2.2. Data Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan dan Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja UMKM Tahun 2007-2012

TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Penyerapan

Tenaga Kerja

90.491.930 94.024.278 96.211.332 99.401.775 101.722.458 107.657.509

Pertumbuhan(%) 2,94 3,90 2,33 3,32 2,33 5,83

Sumber : Data BPS

Ketiga, dalam sumbangan UMKM terhadap PDB (harga konstan) tiap tahunnya trennya pun juga positif. Hal ini berarti selalu mengalami peningkatan (lihat tabel 2.3). UMKM memegang posisi yang terbesar yaitu sekitar 57.94% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.


(54)

Tabel 2.3. Data Jumlah Sumbangan PDB UMKM dan Pertumbuhan atas PDB UMKM Tahun 2007-2012

TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Sumbangan PDB

UMKM

(harga konstan)

1.099.301,1 1.165.753,2 1.212.599,3 1.282.571,8 1.369.326,0 1.504.928,2

Pertumbuhan(%) 6,46 6,04 4,02 5,77 6,76 9,90

Sumber : Data BPS

Melihat Perkembangan sektor UMKM di Indonesia menyiratkan bahwa terdapat potensi yang besar atas kekuatan domestik, jika hal ini dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik tentu akan dapat mewujudkan usaha menengah yang tangguh. Perkembangan UMKM yang meningkat dari segi kuantitas tersebut belum diimbangi oleh meratanya peningkatan kualitas UMKM. Permasalahan klasik yang dihadapi yaitu rendahnya produktivitas. Keadaan ini disebabkan oleh masalah internal yang dihadapi UMKM yaitu : rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia UMKM dalam manajeman, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran, lemahnya kewirausahaan dari para pelaku UMKM, dan terbatasnya akses UMKM terhadap permodalan, informasi, teknologi, dan pasar, serta faktor produksi lainnya. Sedangkan masalah eksternal yang dihadapi oleh UMKM diantaranya adalah besarnya biaya transaksi akibat iklim usaha yang kurang mendukung dan kelangkaan bahan baku. Juga yang menyangkut perolehan legalitas formal yang


(55)

hingga saat ini masih merupakan persoalan mendasar bagi UMKM di Indonesia, menyusul tingginya biaya yang harus dikeluarkan dalam pengurusan perizinan. 36

Dalam rangka memperkuat permodalan UMKM , Kementrian Negara Koperasi telah melaksanakan berbagai program perkuatan, antara lain di bidang Agribisnis, P2KER, P3KUM, Perkasa, Pembiayaan untuk Koperasi Pondok Pesantren, permodalan untuk Koperasi Siviat Akademika, dan lain-lain melalui dana bergulir, baik konvensional maupun syariah. Program tersebut dikerjasamakan dengan berbagai koperasi dan BMT melalui bank yang ditunjuk sebagai pelaksana.37

Tanpa akses yang tetap pada lembaga keuangan Mikro (LKM) hampir seluruh rumah tangga miskin akan menggantungkan pembiayaan pada kemampuan sendiri yang sangat terbatas pada kelembagaan keuangan informal (renternir/tengkulak/pelepas uang) yang membatasi kelompok miskin untuk berpartisipasi dan mendapat manfaat dari kegiatan pembangunan.38

36

Siti Nurjanah, dkk., Analisis Kualitas Layanan Berdasarkan Karakteristik Gender Pada Pelaku Umkm Bidang Usaha Makanan, Jurnal Fakultas Ekonomi Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis.

37

Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Press, 2009), h.18

38


(56)

D. Good Corporate Governance

1. Pengertian GCG

Istilah corporate governance (CG) pertama kali diperkenalkan olek Komite Cadbury (Cadbury Committee) dalam The Report of Cadbury Committee on Financial Aspects of Corporate Governance: The Code of Best

Practiceatau yang lazim disebut dengan Cadbury Report pada tahun 1992.

Komite ini dibentuk oleh London Stock Exchange pada bulan Mei 1991 sebagai wujud keprihatinan atas skandal yang terjadi pada Maxwell Communication pada tahun yang sama.39 Komite Cadbury mendefinisikan corporate governance sebagaimana sebagai berikut : Corporate governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan dengan tujuan agar mencapai keseimbangan antara kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya.40

Pengertian Corporate Governance menurut Price Waterhouse Coopers sebagai berikut : Corporate governance terkait dengan pengambilan keputusan yang efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai

39

Any Maskur, Analisis Pelaksanaan Good Corporate Governance Di Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Studi Kasus Pada Mitra Binaan Unit PKBL PT Taspen (Persero), Tesis FE Universitas Indonesia, 2012, h.7

40

Indra Surya, dkk. Penerapan Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha. (Jakarta : Prenada Media Grup, 2006), h.24-25


(57)

proses, kebijakan-kebijakan, dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang menguntungkan, efisien, dan efektif dalam mengelola risiko dan bertanggung jawab dengan memerhatikan kepentingan stakeholders..41

OECD mendefinisikan corporate governance sebagai : Sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate

governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan

dan pengawasan atas kinerja. Corporate governance yang baik dapat memberikan rangsanagan bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya dengan lebih efisien.42

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Good

Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar.

Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap

perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu diterapkannya Good Corporate Governance (GCG) bagi perusahaan-perusahaan

41

Ibid., h.27

42


(58)

di Indonesia sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan.43

2. Prinsip Dasar dan Asas GCG

Di dalam pedoman umum yang dikeluarkan oleh KNKG Tahun 2006, GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Prinsip-prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah:

1. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten

(consistent law enforcement).

2. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman dasar pelaksanaan usaha.

3. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan

43

Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia Tahun 2006, h.i


(59)

melakukan kontrol sosial (social control) secara obyektif dan bertanggung jawab.44

Penerapan good corporate governance (GCG) dapat didorong dari dua sisi, yaitu etika dan peraturan. Dorongan dari etika (ethical driven) datang dari kesadaran individu-individu pelaku bisnis untuk menjalankan praktik bisnis yang mengutamakan kelangsungan hidup perusahaan, kepentingan stakeholders,dan menghindari cara-cara menciptakan keuntungan sesaat. Di sisi lain, dorongan dari peraturan (regulatory driven) “memaksa” perusahaan untuk patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kedua pendekatan ini memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing dan seyogyanya saling melengkapi untuk menciptakan lingkungan bisnis yang sehat.45

Pedoman umum good corporate governance Indonesia yang disusun oleh KNKG menyebutkan ada 5 asas GCG yaitu : Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, dan Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran). Adapun penjelasannya sebagai berikut :

a. Transparansi

Prinsip dasar transparansi terkait dengan penyediaan informasi yang material dan relevan kepada pemangku kepentingan. Perusahaan diharuskan untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan

44

Ibid., h.3

45


(60)

perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. Jenis informasi yang diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.

b. Akuntabilitas

Akuntabilitas terkait dengan pengelolaan perusahaan secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan harus:

1. Menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing organ perusahaan dan karyawannya secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (Corporate values), dan strategi perusahaan. 2. Meyakini bahwa semua organ perusahaan dan karyawannya

mempunyai kemampuan yang sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.


(61)

3. Memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.

4. Memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem reward and punishment.

5. Memiliki etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang disepakati.

c. Responsibilitas

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

d. Independensi

Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Yaitu dengan menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif. Kemudian masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain.


(62)

e. Fairness

Prinsip dasar dari fairness adalah dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan, melalui:

1.Memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing.

2. Memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.

3. Memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa memberdakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik.

Berikut penjelasan prinsip-prinsip Good Corporate Governance menurut

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor :

Kep-117/M-MBU/2002 :46

46

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep-117/M-Mbu/2002 Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)Bab 2 Pasal 3


(1)

(2)

KEMENTER"IAN

AGAMA

UNIVERSITAS

ISLAM

NEGERI (UIN)

SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS SYARIAH DAN

HUKUM

Jln. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakarta 15412 lndonesia

Telp. (62-2 1 ) 7 47 1 1 537, 7 401 925 F ax. (62-21 ) 7 49 1 821

Website : www.uinjK.ac.id E-mail : syar_hukuin@yahoo.com

Nomor Lampiran

Hal

uN.01 /F4 /KM,01 .O3t1 407 t201 5

Permohonan Data/Wawancara Kepada

Yth. Pengurus

Yayasan Kuntum lndonesia

di

Tempat

Assa la mmu'a la ikum, Wr, Wb.

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa :

Jakarta, 09 Juli 2015

Nama

Tempat/Tanggal

NIM

Semester Program Studi Alamat

Telp/Hp

AHMAD WIZA WALADY Jakarta / 29 Maret 1993 1111046100150

B

Muamalat (Hukum Ekonomi Syari'ah)

KAMPUNG BARU RT OO2 RW OO7 SUKABUMI SELATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT 1 1560

085775845949

Adalah benar yang bersangkutan mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN

syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi dengan judul:

EVALUASI PROGRAM YAYASAN KUNTUM INDONESIA DAN PENGETAHUAN PELAKU UMKM

DALAM UPAYA PENGEMBANGAN UMKM DI KAMPUNG WISATA B'S/V'S TEGALWARU

Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranya Bapak/lbu dapat menerima

yang bersangkutan untuk wawancara serta memperoleh data guna penulisan skripsi dimaksud.

Atas kefasama dan bantuannya, kami ucapkan terima kasih.

Wassalam,

Akademik

M. AG

32002

a.n.

Tembusan :

'l . Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Ka/Sekprodi Muamalat (Hukum Ekonomi Syari'ah) / Perbankan Syariah


(3)

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS

ISLAM

NEGERI (UIN)

SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS SYARIAH DAN

HUKUM

Jln. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakarta 15412 lndonesia

Telp. (62-2 1 ) 7 47 11 537, 7 40 1 525 F ax. (62-21 ) 7 49 1 821

Website : www.uinjkt.ac.id E-mail : syar_hukuin@yahoo.com

Nomor

:

UN.01/F4 /KM.01 .031140812015

Lampiran :

Hal

:

Permohonan Data/Wawancara

Nama

TempaUTanggal

NIM

Semester Program Studi Alamat

Telp/Hp

Jakarta,09 Juli 2015

Kepada

Yth, Pelaku UMKM Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT) Yayasan Kuntum Indonesia

di

Tempat

Assalammu' ala i kum, Wr. Wb.

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa :

Tembusan :

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Ka/Sekprodi Muamalat (Hukum Ekonomi Syari'ah) / perbankan Syariah

AHMAD WIZA WALADY Jakarta / 29 Maret 1993

1111046100150

8

Muamalat (Hukum Ekonomi Syari'ah)

KAMPUNG BARU RT OO2 RW OO7 SUKABUMI SELATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT 1 1560

085775845949

i

EIiHEI

I

r

lEEffi

]

lrJ+tJ

;

i_l

_

Adalah benar yang bersangkutan mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN

syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi d-engan judul:

EVALUASI PROGRAM YAYASAN KUNTIIM INDONESIA DAN PENGETAHUAN PELAKU T]MKM

DALAM UPAYA PENGEMBANGAN UMKM D' KAMPUNG WISATA B'Sru/S TEGALWARU

Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranya Bapak/lbu dapat menerima

yang bersangkutan untuk wawancara serta memperoleh data guna penulisan skripsi dimaksud,

Atas kerjasama dan bantuannya, kami ucapkan terima kasih. Wassalam,


(4)

PERTANYAAN WAWANCARA Pengurus Yayasan

1. Tentang Yayasan

1. Bagaimana sejarah berdirinya Yayasan Kuntum Indonesia ?

2. Bagaimana struktur organisasi/kepengurusan Yayasan Kuntum Indonesia ?

3. Apakah Yayasan Kuntum memiliki AD/ART yayasan ?

4. Apa visi-misi Yayasan Kuntum Indonesia ?

5. Berapa jumlah UMKM yang tergabung sebagai anggota yayasan ?

6. Program-program apa saja yang dijalankan oleh Yayasan Kuntum Indonesia ?

7. Bagaimana kondisi ekonomi bisnis di KWBT ?

8. Apakah ada lembaga keuangan khusus yang menaungi para UMKM di KWBT ? seperti

koperasi, BMT, dll ?

A. Transparansi

1. Apakah masyarakat/publik dapat dengan mudah melihat visi-misi yayasan ?

2. Apakah yayasan selalu menginformasikan kegiatan-kegiatan yayasan kepada masyarakat ?

3. Apakah yayasan memiliki website ?

4. Bagaimana sikap yayasan jika ada yang mau meliput kegiatan yayasan di KWBT ini ?

5. Apakah yayasan selalu memberikan laporan keuangan dan kegiatannya kepada donatur atau

pihak terkait ?

6. Dalam setiap melakukan kerjasama dengan UMKM, apakah yayasan menerangkan peraturan

yayasan yang harus dipatuhi ?

7. Dalam setiap program kegiatannya, apakah yayasan selalu menginformasikan sasaran-sasaran

kegiatannya ?

8. Bagaimana cara yayasan memberikan informasi mengenai perkembangan KWBT kepada

UMKM ?

9. Bagaimana cara yayasan memberikan informasi yayasan dengan tetap memperhatikan

kerahasiaan informasi pada yayasan ?

10. Bagaimana cara yayasan menginformasikan suatu kebijakan yayasan kepada UMKM ?

11. Apakah yayasan memiliki agenda rutin dengan para UMKM di Tegalwaru ?

12. Apakah yayasan memberikan open house kepada para pengunjung untuk belajar tentang

homeindustry UMKM ?

13. Apakah yayasan memiliki dewan penasihat untuk memberikan masukan kebijakan dan

strategi ?

B. Akuntabilitas

1. Apakah yayasan memiliki organ yang lengkap sesuai dengan struktur organisasi yayasan ?

2. Apakah setiap organ yayasan sudah menjalankan kerjanya sesuai fungsinya masing-masing ?

3. Bagaimana cara yayasan menentukan tugas dan tanggung jawab pada setiap organ ?

4. Bagaimana cara yayasan mengontrol kegiatan-kegiatan UMKM di KWBT ?

5. Apakah yayasan sudah berperilaku sesuai dengan peraturan (AD/ART) yayasan ?

6. Apakah anggota UMKM sudah berperilaku sesuai dengan peraturan (AD/ART) yayasan ?


(5)

8. Apakah yayasan memberikan reward pada UMKM yang berprestasi ?

9. Apakah yayasan memberikan punishment pada UMKM yang melanggar peraturan dari

yayasan ?

C. Responsibiltas

1. Apakah yayasan mempunyai peraturan-peraturan tersendiri yang menjadi pedoman dalam

setiap kegiatan ?

2. Bagaimana sistem peraturan tersebut dibuat ?

3. Apakah peraturan tersebut merujuk kepada peraturan perundang-undangan tertentu ?

4. Apakah yayasan mengadakan program pemberdayaan kepada masyarakat ? seperti apa

bentuknya ?

5. Bagaimana yayasan memastikan kegiatan yang dilakukan oleh yayasan maupun anggota

UMKM ramah lingkungan dan tidak mengganggu masyarkat ?

6. Bagaimana bentuk tanggung jawab yayasan kepada para UMKM ?

D. Independensi

1. Apakah yayasan terlalu didominasi oleh beberapa orang atau kelompok tertentu ?

2. Apakah terdapat ketimpangan tanggung jawab antar masing-masing organ di yayasan ?

3. Apakah ada suuatu pihak yang mempengaruhi jalannya kegiatan yayasan selain pada dewan

penasihat ?

4. Bagaimana cara yayasan menyikapi golongan/kelompok dari luar yayasan yang memberikan

sumbangan kepada yayasan namun harus mendapatkan timbal baliknya ?

E. Fairness (Kejujuran dan kesetaraan)

1. Apakah penasihat dan pihak luar (misal donatur tetap) diberikan kesempatan untuk

memberikan masukan-masukan program kepada yayasan ?

2. Apakah sistem komunikasi di pada setiap organ yayasan sudah efektif dilakukan ?

3. Bagaimana cara yayasan memberikan program pelatihan kepada para UMKM sehingga

tercipta kesamaan hak pada setiap UMKM ?

4. Bagaimana cara yayasan memberikan kesempatan kepada para UMKM sehingga tercipta

persamaan kesempatan pada setiap UMKM untuk mempromosikannya kepada pengunjung ?

5. Apakah yayasan membuka kesempatan pada setiap UMKM untuk mengajukan pembiayaan

kepadanya ?

6. Bagaimana cara yayasan memberikan kesempatan kepada masyarakat apabila ada seseorang


(6)

PERTANYAAN WAWANCARA Pelaku UMKM

A.

Info UMKM

1.

Bagaimana sejarah usaha ini didirikan ?

2.

Bagaimana cara pengelolaan usaha ini ?

3.

Apa yang menjadi kendala dalam pengelolaan usaha ini ?

B.

Dampak Keberadaan Yayasan bagi Pengembangan UMKM

1.

Apa sajakah program-program yang diberikan oleh yayasan kepada UMKM di

KWBT?

2.

Apakah tepat program-program yang diberikan oleh yayasan kepada usaha Bapak ?

3.

Apa hasil yang Bapak peroleh setelah menerima program pelatihan dari yayasan ?

4.

Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari program yayasan kepada UMKM

?

5.

Apakah yayasan membantu memberikan pemahaman tentang pembiayaan ?

6.

Apakah Bapak merasa dari pembiayaan yang bapak terima itu membantu usaha

Bapak?

7.

Apakah yang Bapak rasakan setelah usaha Bapak bergabung dengan Yayasan

Kuntum Indonesia ?

8.

Bagaimana cara Anda memperoleh modal usaha ?

9.

Pembiayaan jenis apa saja yang Anda ketahui untuk pengembangan UMKM ?

10.

Apa Anda berniat untuk melakukan pembiayaan ?

11.

Apa alasan Anda memilih sebuah pembiayaan ?

12.

Apa yang Anda ketahui dari pembiayaan syariah ?

13.

Apakah Anda berminat untuk mengajukan pembiayaan syariah untuk