Peran Yayasan Kreativitas Unit Usaha Muslimah (Kuntum) Indonesia Dalam Mengurangi Pengangguran Melalui Praktik Kewirausahaan Sosial Di Desa Tegalwaru, Ciampea-Bogor

(1)

PERAN YAYASAN KREATIVITAS UNIT USAHA MUSLIMAH (KUNTUM) INDONESIA DALAM MENGURANGI PENGANGGURAN

MELALUI PRAKTIK KEWIRAUSAHAAN SOSIAL DI DESA TEGALWARU, CIAMPEA-BOGOR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Disusun Oleh :

Bryan Wicaksono

NIM. 1110054100010

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/1436 H


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK BRYAN WICAKSONO

PERAN YAYASAN KREATIVITAS UNIT USAHA MUSLIMAH

(KUNTUM) INDONESIA DALAM MENGURANGI PENGANGGURAN

MELALUI PRAKTIK KEWIRAUSAHAAN SOSIAL DI DESA

TEGALWARU BOGOR

Saat ini pengangguran sudah menjadi suatu masalah yang kompleks di Indonesia. Jumlah pengangguran di Indonesia setiap tahunnya terus bertambah karena lapangan pekerjaan yang sangat terbatas. Tegalwaru sebagai desa yang memilik keanekaragaman UKM, namun desa tersebut memiliki masalah pengangguran yang saat ini belum bisa ditanggulangi. Untuk menanggulangi masalah tersebut perlunya menanamkan jiwa kreativitas untuk berwirausaha. Kewirausahaan sosial merupakan sebuah solusi baru dalam memecahkan masalah pengangguran. Dimana berwirausaha yang berorientasikan layanan sosial. Yayasan Kreativitas Unit Usaha Muslimah (KUNTUM) Indonesia adalah salah satu lembaga yang berani menyelesaikan permasalahan pengangguran melalui praktik Kewirausahaan Sosial yang sasanrannya adalah para pelaku bisnis yang ada di Desa Tegalwaru.

Penelitian ini merumuskan masalah yaitu bagaimana Yayasan Kreativitas Unit Usaha Muslimah (KUNTUM) Indonesia berperan dalam mengurangi pengangguran melalui praktik kewirausahaan sosial. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan serangkaian wawancara dan dokumentasi. Adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang yaitu 1 Ketua Yayasan Kuntum, 5 orang Pelaku UKM. Pemilihan informan menggunakan purposive sampling yaitu memilih informan yang dipilih secara sengaja yang diambil karena ada pertimbangan tertentu.

Yayasan KUNTUM berdiri pada tahun 2008, kemudian masuk untuk melakukan praktik kewirausahaan sosial dan membuat Desa Wisata pada Tahun 2009. Alasan Yayasan KUNTUM masuk ke Tegalwaru adalah karena Ketua Yayasan Asli orang Tegalwaru dan menyadari bahwa Desa Tegalwaru memiliki banyak UKM namun tidak didukung dengan pemasaran yang bagus. Tahun 2009 Desa Tegalwaru mendapat predikat desa dengan pendapatan perkapita paling kecil se-Kabupaten Bogor padahal di dalamnya terdapat banyak UKM. Dalam melakukan Praktik kewiraushaan sosial Yayasan KUNTUM menggunakan komponen-komponen kewirausahaan sosial yang terdiri dari Inovation, opportunity, leadhership, value creation, social benefit dan profitabilty yang nantinya akan didirikanya (KWBT) Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru Kemudian peran yang dilakukan Yayasan KUNTUM dalam mengurangi pengangguran melalui beberapa program antara lain pembiayaan usaha mikro, peningkatan kapaistas Sumber Daya Manusia (SDM), pengembangan kelembagaan komunitas, pembangunan jaringan dan sinergi serta pengembangan informasi & teknologi tepat guna. Hasil yang didapat dari praktik kewirausahaan sosial ini adalah terciptanya lapangan pekerjaan yang dihasilkan dari berbagai macam UKM.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segala bentuk nikmat kepada penulis, nikmat jasmani, rohani, nikmat lahir dan batin, sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa pula penulis ucapkan kepada Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan bagi kita semua.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan ataupun kesalahan baik pada teknis penulisannya ataupun materinya, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu, kritik serta saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi menyempurnakan pembuatan skripsi ini.

Hingga pada akhirnya, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak, kerabat-kerabat yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Dr. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed, MA, selaku Wakil Dekan I, Dr. Roudhonah, M.ag, selaku Wakil Dekan II, dan Dr. Suhaimi, M.Si, selaku Wakil Dekan III

2. Lisma Dyawati Fuaida, M.SI. selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial, Nunung Khoriyah, M.A. selaku Sekertaris Program Studi, dan Dosen-Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah banyak memberikan ilmu-ilmu dan pengalamannya kepada penulis. Semoga ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama masa perkuliahan dapat bermanfaat untuk masa yang akan datang.


(7)

iii

3. Lisma Dyawati Fuaida, M. Si. selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah tulus ikhlas membantu meluangkan waktu, tenaga pikiran dan dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Tatiek Kancaniati selaku ketua Yayasan KUNTUM Indonesia yang telah

banyak membantu dalam penelitian di Tegalwaru.

5. Rara selaku pengurus dan asisten Tatiek Kancaniaty yang telah membimbing dan sabar dalam membantu penelitian di Tegalwaru.

6. Orang Tuaku tercinta, Ayahanda Susanto dan Ibunda Nina Tri Haryani serta Kakanda Dimas Setyo Nugroho. Terima kasih tak terhingga untuk kasih

sayang yang diberikan kepada peneliti. Perhatian, do’a, motivasi, nasehat -nasehat berharga yang peneliti dapat selama ini. Terima kasih, semoga Allah memberikan kesehatan, kebahagiaan dan berkah kepada keluarga kita.

7. Sahabat-sahabatku Rizki Fadilah, Reo Kaniogoro, Dwi Prasetiyo, Santi, dan Dwi Astuti yang sudah memberikan dukungan kepada penulis selama ini. 8. Keluarga besar Baskom Amy Habibul Hadi, Muhammad Soleh, Andi Majid,

Amir Hamzah, Risky Mubarak, Jakfar Rhozi, Varuki Rahman, dan Ilmawati Hasanah yang selalu ada dan memberikan banyak pengalaman pelajaran serta makna pertemanan semasa kuliah.

9. Keluarga besar Kesejahteraan Sosial Angkatan 2010 yang telah memberikan dukungan dan kenyamanan selama masa perkuliahan.

10.Serta seluruh pihak yang telah membantu secara moril maupun materil sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.


(8)

iv

Penulis senantiasa memanjatkan doa untuk kalian semua teman-teman dari Kesejahteraan Sosial semoga kelak kita dapat kembali dipertemukan dengan kesuksesan yang telah kita raih, Aamiin. Penulis menyadari terdapat berbagai kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Namun penulis berharap semoga hasil yang disajikan dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 9 Oktober 2015


(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Manfaat Penelitian ... 9

D. Tinjauan Pustaka ... 10

E. Metodologi Penelitian ... 13

F. Teknik Penulisan Data ... 21

G. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Peran ... 23

1. Pengertian Peran ... 23

2. Tinjauan Tentang Peran ... 24

B. Masalah Sosial ... 25

C. Definisi Pengangguran ... 27

1. Jenis Pengangguran Berdasarkan Penyababnya ... 29

2. Jenis Pengangguran Berdasarkan Cirinya ... 30

D. Definisi Kemiskinan ... 31

E. Kewirausahaan ... 32

1. Pengertian Kewirausahaan ... 32


(10)

vi

F. Kewirausahaan Sosial ... 36

1. Pengertian Kewirausahaan Sosial ... 37

2. Tujuan Kewirausahaan Sosial ... 37

3. Komponen Kewirausahaan Sosial ... 38

4. Wirausaha Sosial ... 40

5. Ide dan Peluang Wirausaha Sosial ... 41

6. Peluang Kewirausahaan Sosial ... 42

7. Batasan Kewirausahaan Sosial ... 44

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN KREATIVITAS USAHA MUSLIMAH (KUNTUM) INDONESIA DAN DESA TEGALWARU BOGOR A. Profil Yayasan Kreativitas Unit Usaha Muslimah (KUNTUM) Indonesia ... 46

1. Sejarah Berdirinya Yayasan KUNTUM ... 47

2. Visi dan Misi Yayasan KUNTUM ... 49

3. Tujuan Yayasan KUNTUM ... 49

4. Struktur Organisasi Yayasan KUNTUM ... 50

5. Fasilitas di Desa Wisata Bisnis Tegalwaru ... 52

B. Profil Desa Tegalwaru Mandiri, Ciampea-Bogor ... 55

1. Letak geografis Desa Tegalwaru Bogor ... 56

2. Keadaan Struktur Organisasi Tata Kerja ... 57

3. Keadaan Sosial Politik dan Tartib ... 58

4. Sarana dan Prasarana di Desa Tegalwaru ... 58

5. Kondisi Demografis ... 59

6. Kondisi Ekonomi dan Pendidikan ... 61

7. Data Penangguran Desa Tegalwaru ... 64 BAB IV PERAN YAYASAN KREATIVITAS UNIT USAHA MUSLIMAH (KUNTUM) INDONESIA DALAM MENGURANGI PENGANGGURAN

MELALUI PRAKTIK KEWIRAUSAHAAN SOSIAL DI DESA


(11)

vii

A. Profil Uasaha Kecil Menengah (UKM) di Desa Tegalwaru ... 66

1. Usaha Wayang Golek ... 66

2. Usaha Perternakan Sapi dan Domba ... 69

3. Usaha Pembibitan Ikan Patin ... 72

4. Pengusaha Tas ... 75

5. Pelaku Usaha Tanaman Obat ... 78

B. Praktik Kewirausahaan Sosial di Desa Tegalwaru Oleh Yayasan KUNTUM ... 82

C. Peran Yayasan KUNTUM dalam Mengurangi Pengangguran di Desa Tegalwaru ... 87

1. Pembiayaan Usaha Mikro ... 87

2. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya manusia (SDM) ... 88

3. Pengembangan Kelembagaan Komunitas ... 89

4. Pembangunan jaringan dan sinergi ... 89

5. Pengembangan informasi dan teknologi tepat guna ... 90

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 100


(12)

viii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1: Karakteristik Sukses Seorang Wirausahawan ... 34

2. Tabel 3.2: Spesifikasi UKM Berdasarkan Wilayah Rukun Warga ... 55

3. Tabel 3.3: Jumlah Penduduk Desa Tegalwaru Menurut Struktur Umur ... 60

4. Tabel 3.4: Jumlah Penduduk Desa Tegalwaru Menurut Mata Pencaharian ... 61

5. Tabel 3.4: Jumlah Penduduk Desa Tegalwaru Menurut Tingkat Pendidikan .. 63


(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.2: Kerangka Berfikir Dalam Kewirausahaan Sosial ... 39

2. Gambar 2.3: Ide, Peluang dan Masalah Sosial ... 41

3. Gambar 3.1: Struktur Yayasan KUNTUM Indonesia ... 50

4. Gambar 3.2: Grafik Mata Pencaharian Tegalwaru ... 64

5. Gambar 3.3 Grafik Angkatan Kerja Yang bekerja dan Yang Tidak Memiliki Pekerjaan ... 65

6. Gambar 4.1: Pembuatan Wayang Golek ... 67

7. Gambar 4.2: Peternakan Domba ... 69

8. Gambar 4.3: Berbagai Macam Bentuk Olahan Sapi dan Domba... 70

9. Gambar 4.4: Bibit Ikan Patin Yang Siap Dikirim ke Peternakan Ikan... 73

10.Gambar 4.5: Pabrik Industri Tas... 76

11.Gambar 4.6: Galeri Tas Yang Ada di Tegalwaru... 77

12.Gambar 4.7: UKM Tanaman Obat Herbal... 79

13.Gambar 4.8: Tamu Yayasan KUNTUM Yang Berkunjung ke Sari Sehat... 80

14.Gambar 4.9: Data Mata Pencaharian Tegalwaru Tahun 2014...92

15.Gambar 4.10: Data Angkatan Kerja Yang Bekerja dan Yang Tidak Memiliki Pekerjaan... 93


(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

Melihat persoalan ketenagakerjaan yang kompleks, tentunya juga membutuhkan pemecahan yang sistematik. Sebab, persoalan tenaga kerja bukan lagi merupakan persoalan individu yang bisa diselesaikan dengan pendekatan individual. Tapi persoalan tenaga kerja merupakan persoalan sosial, yang akhirnya membutuhkan penyelesaian yang mendasar dan menyeluruh. Kemiskinan merupakan salah satu penyebab dari munculnya permasalahan perekonomian dalam masyarakat, karena definisi kemiskinan adalah lemahnya sumber penghasilan yang mampu diciptakan individu masyarakat itu sendiri, dalam memenuhi segala kebutuhan perekonomian dan kehidupannya.1

Di Indonesia jumlah angkatan kerja atau sejumlah orang karena usianya harus bekerja baik untuk dirinya maupun untuk keluarganya, setiap tahun terus bertambah. Lulusan sekolah menengah yang langsung ingin mencari pekerjaan sangat banyak, sementara lapangan pekerjaan sangat terbatas. Kondisi demikian mengakibatkan makin meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak terserap, dan mereka terpaksa menganggur. Akibatnya, banyak lulusan perguruan tinggi bekerja asal bekerja dan tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilkinya.2 Angka produktivitas penduduk Indonesia tidak berbanding lurus dengan besarnya jumlah peluang usaha dan investasi di Indonesia. Ditambah lagi banyaknya

1

Yusuf Qrdhawi. Spektrum Zakat, Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan,( Jakarta : Zikrul hakim, cet 1, h.21

2

Sudrajad Rasyid, dkk, Kewirausahaan Santri : Bimbingan Santri Mandiri ( jakarta : PT. Citratudha,2006 ), h. 1


(15)

peluang dan kesempatan investasi tersebut tidak banyak didukung oleh kemampuan sumber daya manusia yang baik. Akibatnya timbul kesenjangan antara kebutuhan lapangan pekerjaan dengan kesempatan yang diberikan oleh pelaku usaha kepada angkatan kerja, yang pada akhirnya menyebabkan timbul dan banyaknya pengangguran.

Data Biro Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa, angka pengangguran di Indonesia per Februari 2014 turun 7,15 juta jiwa atau 5,7 %, dari Agustus 2013 sebanyak 7,4 juta jiwa atau 6,17 %. Sedangkan angka kemiskinan di Indonesia per Maret 2014 turun mencapai 28.280.001 jiwa atau 11,25 % dari September 2013 sebanyak 28.553.080 jiwa atau 11,47 %. Angka itu masih jauh di bawah target kemiskinan yang ditetapkan pemerintah dalam APBN-P 2014 sebesar 10,5 %.3

Fakta ini merupakan gambaran nyata bagi Indonesia dan pemudanya. Karena sampai saat ini masih banyak masyarakat secara tidak langsung

mengarahkan anaknya kepada “pekerjaan” baik di sawasta maupun pemerintahan. Hal ini membuat dilema yang ditanggung oleh anak-anak semakin besar, serta memotivasi dirinya hanya kepada pekerjaan yang ditawarkan. Namun setelah mereka besar dan kemampuan bersaing semakin berat, mereka akan merasa lelah dan menyerah dengan kata lain “menganggur”. Itulah yang banyak dialami oleh pemuda Indonesia.

Pengangguran itu sendiri memiliki banyak dampak negatif di antara lain banyak anak yang putus sekolah karena rendahnya ekonomi atau pendapatan keluarga. Banyak anak yang hidup telantar di jalanan dan mengais rezeki di jalan. Ini salah satu permasalahan yang besar bagi pemerintah untuk mancari solusi yang

3BPS Indonesia, “

Kemiskinan Indonesia, “ artikel diakses pada 2 September 2014 dari


(16)

kongkrit. Partisipasi masyarakat dalam menangani masalah sosial di Jawa Barat dirasakan masih meningkat. Banyaknya masalah sosial yang semakin tahun bertambah membuat pemerintah Provinsi Jawa Barat harus bekerja lebih ekstra dalam menangani permasalahan ini. Masalah sosial yang paling menonjol di Provinsi Jawa Barat adalah masih tingginya tingkat pengangguran, Anak telantar, gelandangan, pengemis dan wanita tuna susila.

Tingkat partisipasi angkatan kerja di Jawa Barat mengalami kenaikan, dari 63,96 % pada Februari 2013 menjadi 64,36 % pada Februari 2014. Angakatan kerja pada bulan Febuari berjumlah 21.287.374 orang. Jika dibandingkan dengan kondisi tahun lalu, jumlah tersebut mengalami penambahan sebesar 453.284 orang, dimana pada Februari 2013 angkatan kerja Jawa Barat adalah sebesar 20.834.090 orang. Selama kurun waktu satu tahun terjadi jumlah kenaikan pengangguran sebanyak 9.948 orang. Pada Febuari 2013 jumlah pengangguran di Jawa Barat sebanyak 1.833.643 orang, sedangkan pada bulan Februari 2014 jumlah pengangguran mencapai 1.843.591 orang 4.

Terlebih lagi masih banyaknya orang tua yang tidak bekerja, tinggal dihiruk pikuk kota tanpa pekerjaan yang jelas sedangkan hidup masih harus terus berjalan, sehingga dengan himpitan kebutuhan seperti ini mereka seringkali

“banting stir” kepada jalan yang dibenci oleh agama antara lain mencuri,

mencopet, jambret dan tindakan kriminal lainnya yang meresahkan lingkungan sekitar.

Penanaman nilai-nilai kewirausahaan bagi banyak orang diharapkan bisa menimbulkan jiwa kreativitas untuk berbisnis atau berwirausaha sendiri dan tidak

4

BPS Provinsi Jawa Barat. Pengangguran di akses pada tanggal 2 september 2014 dari


(17)

bergantung pada pencarian kerja yang semakin hari semakin sempit dan ketat persaingannya. Kreativitas ini sangat dibutuhkan bagi orang yang berjiwa wirausaha untuk menciptakan sebuah peluang kerja, tidak hanya bagi dirinya sendiri tapi juga bagi orang lain. Ini sesuai dengan keinginan Kantor Menteri Koperasi dan UKM untuk menciptakan 20 juta usaha kecil menengah baru tahun 2020. Katakanlah satu UKM mempekerjakan 5 orang, maka 20 juta UKM akan mempekerjakan lebih dari 100 juta tenaga kerja. Hal ini tidak bisa dilakukan oleh perusahaan besar. 5

Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam hal pendidikan kewirausahaan (enterpreneurship), Indonesia tertinggal jauh dengan negara-negara lain. Bahkan

beberapa negara, pendidikan tersebut telah dilakukan puluhan tahun yang lalu. Sementara di Indonesia, pendidikan kewirausahaan baru dibicarakan pada era 80-an d80-an digalak80-an pada era 90-80-an. Namun demiki80-an, kita patut bersyukur karena hasilnya dewasa ini sudah mulai berdiri sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga yang berorientasi untuk menjadikan peserta didiknya sebagai calon pengusaha unggul setelah pendidikan.6

Konsep kewirausahaan sosial belakangan ini telah menjadi konsep yang populer di berbagai Negara. Berbagai kalangan akademisi, praktisi, media massa dan elite pemerintahan mulai memperbincangkan konsep kewirausahaan sosial sebagai solusi inovatif dalam menyelesaikan permasalahan sosial. Kegagalan dan lambatnya organisasi-organisasi sosial dalam menyelesaikan permasalahan sosial membuat beberapa individu, organisasi atau negara mulai memikirkan konsep

5

Helfin Frinces, Kewirausahaan dan inovasi Bisnis , ( Yogyakarta : Darussalam, 2004 ), h.4

6


(18)

kewirausahaan sosial. Organisasi sosial cenderung memberikan bantuan yang bersifat filantropi, hal inilah yang disebut-sebut sebagai pemicu ketidakberhasilan sebuah lembaga atau organisasi dalam keberlanjutan program pengembangan di masyarakat.

Tetapi dengan adanya kewirausahaan secara umum atau bisa dibilang kewirausahaan tradisional yang tujuannya untuk mendapatkan keuntungan dan kuantitas pelanggan, ini tidak bisa menjadi acuan untuk mengurangi nilai pengangguran. Dengan metode lama seperti itu, konsep negara Indonesia lebih kepada kapitalis. Dimana seorang pengusahawan maju akan semakin maju usahanya dan wirausahawan pemula akan susah untuk mengembangkan usahnya yang hasilnya bisa gagal. Dengan terbatasnya ilmu kewirausahaan yang dimiliki oleh masyarakat dengan tidak melihat kondisi pasar ataupun metode pemasarannya ini akan menjadi dampak buruk bagi para pengusaha.

Maka dari itu pemerintah dan pihak swasta meliputi perusahaan ataupun lembaga-lembaga sosial harus melakukan terobosan baru dengan memperkenalkan nilai-nilai kewirausahaan sosial yang berbasis masyarakat kepada masyarakat. Niali-nilai itu bisa dijalankan melalui program-program yang berbasis masyarakat untuk mendorong pertumbuhan social enterprise dan menciptakan social enterprise di Indonesia.7

Kewirausahaan sosial merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan sosial. Tujuan kewirausahaan sosial adalah terjadinya perubahan sosial ke arah yang lebih baik atau positif dan memecahkan masalah sosial untuk

7

Wawan Dhewanto, dkk, Inovasi dan Kewirausahaan Sosial ( Bandung, Alfabeta : 2013 ). h 17


(19)

kepentingan masyarakat atau kelompok dampingan.8 Sehingga yang dimaksud dengan kewirausahaan sosial adalah suatu bentuk usaha yang bertujuan untuk melakukan perubahan sosial dengan menyelesaikan permasalah sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip kewirausahaan.

Sekian banyak organisasi dan LSM yang muncul dan bergerak dalam bidang sosial, namun masih sedikit yang mempunyai program pemberdayaan dan program kewirausahaan sosial. Kebanyakan dari mereka hanya memberikan bantauan secara langsung dengan cara penggalangan dana atau membuka stand di berbagai tempat.

Salah satu lembaga atau yayasan yang berani mengembangkan sikap kemandirian yang menonjol adalah Yayasan Kreativitas Usaha Unit Muslimah (KUNTUM) Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari berberapa indikator yang mengarah pada terciptanya kemandirian dan profesionalisme muslimah dalam bidang ekonomi keluarga. Salah satu progamnya ialah meberikan pelatihan dan pembinaan kreativitas dan menaungi sebuah kampung wisata di Desa Tegalwaru yaitu Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru yang bergerak dibidang pelatihan bisnis Usaha Kecil Mikro. Dijadikan kampung wisata bisnis bermula dari gagasan Ibu Tatiek Kancaniati selaku ketua Yayasan KUNTUM Indonesia yang tujuan awalnya hanyalah ingin memberikan inspirasi kepada masyarakat tentang bisnis-bisnis yang berbasis home industry. Selama ini banyak pelatihan bisnis yang memberikan training berbentuk teori. Di sini Ibu Tatiek tidak hanya memberi teori melainkan menunjukan langkah yang kongkrit.

8

Budi Wibhawa, dkk, Social Enterpreneurship, Social Enterprise & Corporate Social Responsibility ( Bandung, Widya Padjadjaran:2011), h 15.


(20)

Dari sekian kaum muda maupun tua banyak yang belum sadar akan potensi yang mereka miliki. Anak–anak dan remaja adalah rentan usia yang sangat menentukan untuk masa depan. Terkadang proses pencarian jati diri yang akan menjerumuskan mereka ke dalam pergaulan yang tidak menguntungkan. Untuk itu keberadaan Yayasan Kuntum Indonesia di sebelah barat Kabupaten Bogor tepatnya di Desa Tegalwaru merupakam suatu panggilan untuk memberikan ruang kepada anak-anak remaja maupun orang tua untuk mengekspresikan diri terutama perekembangan jiwa enterpreneurnya dan juga mendongkrak pemasaran produk UKM Tegalwaru.

Penulis menilai, program Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini cukup penting untuk diteliti dari segi enterpereneurship Social, mengingat dampak positif yang bisa dihasilkan bagi pemberdayaan ekonomi umat di masa mendatang. Pemberdayaan tersebut bermakna sebagai upaya sadar yang dilakukan secara sistematik oleh Yayasan Kuntum Indonesia dalam mengenalkan, memupuk, menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nila kewirausahaan sosial,

yang di dalam penelitian ini disebut dengan “kewirausahaan sosial” di Desa

Tegalwaru Bogor. Oleh sebab itu saya merasa tertarik untuk mengangkat tema ini

menjadi sebuah skripsi dengan judul : “PERAN YAYASAN KREATIVITAS

UNIT USAHA MUSLIMAH (KUNTUM) INDONESIA DALAM

MENGURANGI PENGANGGURAN MELALUI PRAKTIK

KEWIRAUSAHAAN SOSIAL DI DESA TEGALWARU, CIAMPEA-BOGOR”


(21)

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Melihat luasnya pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis teliti, untuk itu perlu adanya pembatasan masalah yang berkaitan dengan peneliti ini, karena peniliti menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti. Pembatasan masalah dilakukan agar pengkajian dalam penelitian tidak terlampau jauh sehingga menjadi lebih fokus dan efektif terhadap apa yang akan disimpulkan. Penulis membatasi penelitian ini hanya pada praktik kewirausahan sosial yang dilakukan Yayasan KUNTUM dalam mengurangi pengangguran di Tegalwaru Bogor.

Kewirausahaan sosial meliputi berbagai macam komponen-komponen kewirausahaan sosial seperti inovation, opportunity, leadership, value creation, social benefit dan profitability. Serta rencana program Yayasan KUNTUM yang meliputi pembiayaan usaha mikro, peningkatan kapasitas, sumber daya manusia, pengembangan kelembagaan komunitas, pembangunan jaringan dan sinergi, pengembangan informasi dan teknologi tepat guna.

2. Perumusan Masalah

Melihat rujukan latar belakang di atas, bahwa Yayasan KUNTUM Indonesia berani untuk masuk dan memberikan perubahan bagi desa Tegalwaru yang memang potensi ekonomi sangat baik dan bagus untuk di berdayakan. Mulai dari masyarakatnya yang cekatan hingga mampu membuat produk yang unggulan, kemudian potensi sumber daya alam yang


(22)

sangat melimpah. Hanya saja mereka hanya terkendala oleh masalah pemodalan dan pemasaran. Oleh karena itu rumusan masalah ini dapat

disimpulkan oleh penulis dalam bentuk pertanyaan yakni “Bagaimana

Yayasan Kuntum Indonesia berperan dalam mengurangi pengangguran melalui praktik kewirausahan sosial?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana praktik kewirausahaan yang dilakukan Yayasan KUNTUM dan seberapa besar peran Yayasan Kuntum Indonesia dalam mengurangi penganguran yang ada di Desa Tegalwaru Bogor.

2. Manfaat Hasil Penelitian a. Manfaat teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama bagi penulis sendiri dalam mendalami dan mengetahui seberapa besar praktik kewirausahaan sosial dapat merubah dan menngurangi pengangguran di Desa Tegalwaru Bogor

b. Manfaat praktis

Sebagai acuan dalam pembinaan nilai kewirausahaan sosial, khususnya sikap kemandirian bagi warga Tegalwaru yang memiliki potensi SDA maupun SDM-nya. Dalam jangka panjang semoga bagi para kaum muda bisa membentuk sebuah jiwa kewirausahaan sosial


(23)

untuk melahirkan karya-karya yang mandiri, baik sebagai para wiraushawan Muslim yang handal.

D. TINJAUAN PUSTAKA

Setelah penulis melakukan studi kepustakaan, terdapat buku dan beberapa artikel dari internet yang berhubungan dengan kwirausahaan dan kewirausahaan sosial.

Penulis juga melakukan studi kepustakaan terhadap skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan terutama yang melakukan penelitian yang mengenai peran kewirausahaan dan pentingnya berwirausaha.

1. Strategi Pengembangan Kewirausahaan Pondok Pesantren Al-Ashiriyah Nurul Iman. Oleh: Nuraini, Jurusuan Perbankan Syariah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Lulusan Tahun 2009. Penelitian yang dilakukan oleh Nuraini mengenai strategi pengembangan kewirausahaan melalui usaha daur ulang sampah, pabrik roti dan percetakan. Strategi pengembangan kewirausahaan Di Pondok Pesantren Al-Ashiriyyah Nurul Iman meliputi 4 tahap. Pertama, perencanaan meliputi: menumbuhkan gagasan usaha, menetapkan tujuan, mencari data dan informasi. Kedua, pemilihan jenis dan macam usaha. Ketiga, pelaksanaan dan pengelolaan usaha. Keempat, pengembangan usaha pondok pesantren yang meliputi: pengembangan pemasaran, pengembangan dan peningkatan produksi, pengembangan dan peningkatan modal, sistem evaluasi dan pengawasan. Manajemen pengelolaan kewirausahaan pondok pesantren Al-Ashiriyyah Nurul Iman yang memberikan peran


(24)

domain kepada santri sehingga terjadi proses belajar kemandirian akan tetapi dalam hal orientasi akhir Pondok Pesantren Al-Ashiriyyah Nurul Iman tidak sesuai dengan konsep pengembangan kewiraushaan pondok pesantren secara umum karena tidak melibatkan santri putri, selain itu yang menjadi penghambat pengembangan kewirausahaan yaitu mahalnya bahan-bahan produksi sehingga dapat menghambat usaha di Pondok Pesantren Al-Ashiriyyah Nurul Iman. Saran peneliti dalam penelitian tersebut adalah Pondok Pesantren Al-Ashiriyyah Nurul Iman diharapkan dapat mengelola dengan lebih baik lagi wirausaha yang telah ada, agar suatu masa yang akan datang Pesantren Al-Ashiriyyah Nurul Iman dapat lebih berkembang dan dapat menambah lagi wirausaha yang lainnya.9 2. Sistem Pelatihan Kewirausahaan Kepada Anak Jalanan di Yayasan Bina

Insan Mandiri Depok. Oleh: Fitria Handayani. Jurusan Manajemen Dakwah. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lulusan Tahun 2013. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Handayani mengenai pelatihan dan pelaksanaan sistem pelatihan kewirausahaan pada anak jalanan yang diberikan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. Berbagai macam pelatihan yang diberikan oleh anak jalanan berupa pelatihan pembuatan kue, pelatihan perbengkelan motor dan pelatihan kewirausahaan sablon. Peneliti dapat menyimpulkan mengenai sistem pelatihan kewirausahaan pada anak jalanan Yayasan Bina Insan Mandiri Depok yakni: kegiatan pelatihan diharapkan selain untuk menambah ketrampilan pemuda namun juga

9

Nurul Iman, “Strategi Pengembangan Kewirausahaan Di Pondok Pesantren Al-Ashiriyyah Nurul Iman,” (Skripsi S1 Jurusan Perbankan Syariah, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009).


(25)

dapat memperbaiki pola hidup dan bersikap sesuai dengan ajaran Islam. untuk itu Yabim menerpakan proses pembelajaran dari hati kehati berupa diskusi , tahap perkenalan alat-alat pelatihan, cara pengolahan produk dan sampai pada tahap pelatihan pengelolaan usaha. Sehingga menciptakan pemuda yang mandiri, siap dan berakhlak dalam menghadapi dan menjalani kehidupanya. Saran dari peneliti yaitu, lebih fokus terhadap pelatihan-pelatihan yang sudah ada. Hal tersebut ditandai dengan masih belum terdapatnya nomor izin pelatihan, struktur kepengurusan, serta pembukuan anggaran. Kemudian lebih fokus untuk merangkul anak jalanan yang masih belum mengenyam pendidikan dan sebaiknya waktu pelatihan disesuaikan oleh waktu mereka biasa bekerja.10

3. Pemberdayaan Kewirausahaan Terhadap Santri di Pondok Pesantren Al-Ashiriyah. Oleh: Deden Bazar Badruzaman. Jurusan Perbankan Syariah. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lulusan Tahun 2009. Penelitian yang dilakukan oleh Deden Fajar Badruzzaman mengenai pola pemberdayaan kewirausahaan di Pondok Pesantren Al-Asyriyyah yang terdiri dari: Input yaitu, 1. Identifikasi kebutuhan pelatihan kewirausahaan, dengan melihat 3 sisi: pertama dilihat dari kebutuhan santri, kedua kebutuhan pesantren, ketiga kebutuhan organisasi. 2. Penetapan sasaran, penetapan sasaran ini dilakukan secara selektif, karena tidak keseluruhan santri bisa mengikutinya. Proses yaitu, merancang program pemberdayaan,

10Fitria Handayani,”

Sistem Pelatihan Kewirausahaan Kepada Anak Jalanan di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013)


(26)

rancangan program terdiri dari penyelenggara yaitu Pondok Pesantren Al-Ashiriyah Nurul Iman, dengan tujuan terwujudnya kemandirian dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan santri. Pelaksanaan program pemberdayaan kewirausahaan dilakukan dengan cara seminar, workshop, kemudian dipraktikan di lapangan dan unit-unit usaha yang ada. Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini yaitu, pengembangan kegiatan belajar mengajar dalam melaksanakan pemberdayaan kewirausahaan dalam upaya menumbuhkan jiwa enterptreneur santri hendaknya menyeimbangkan antara pembekalan teori dan praktek secara proposional, sehingga mereka benar-benar mempunyai bekal untuk menjadi wirausahawan kelak. 11

Penulis menyadari bahwa literatur tersebut merupakan sumber inspirasi dalam menyusun skripsi ini. berbeda dengan karya ilmiah yang menjadi gagasan tersebut, penelitian yaang penulis lakukan lebih menekankan praktik berwirausaha untuk mencapai misi sosial yaitu mengatasi pengangguran atau bisa disebut dengan kewirausahaan sosial yang dilakukan Yayasan Kuntum di Desa Tegalwaru, Ciampea Kabupaten Bogor.

E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu penelitian yang berupaya menghimpun data, mengolah dan menganalisa data secara kualitatif. Penulis dapat memiliki data yang

11

Deden Bazar Badruzaman, “Pemberdayaan Kewirausahaan Terhadap Santri di Pondok Pesantren Al-Ashiriyah,” (Skripsi S1Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009)


(27)

akurat dari pelaksanaan praktik kewirausahaan sosial di Desa Tegalwaru, Bogor. Penulis bermaksud untuk meneliti secara mendalam mengenai peran Yayasan Kuntum dalam mengurangi pengangguran melalui praktik kewiraushaan di Desa Tegalwaru Bogor.

Sebagaimana yang diungkapkan Bogdan dan Taylor yang dikutip Lexy J. Moleong bahwa pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat dialami. Sedangkan menurut Krik dan Miller seperti yang di kutip Lexy J. Moleong, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan pada orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.12

Istilah penelitian kualitatif menurut Strauss dan Corbin seperti yang dikutip Lexy J. Moleong Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).

Menurut prof. Dr. Sugiyono penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandasakan pada filsafat postpositivisme yaitu digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data

12

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif (Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2009 ), h. 4


(28)

bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.13

2. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Whitney yang dikutip oleh Moh. Nazir bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan intepretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dan situasi tertentu dalam masyarakat, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan, serta proses-proses yang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. 14

Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan, instrumen yang penulis maksud adalah berbagai bentuk alat bantu dan dokumentasi lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang hasil penelitian terkait dengan persoalan-persoalan yang berkenaan dengan objek penelitian.

3. Waktu dan Tempat penelitian

Peneliti melakukan penelitian lapangan selama 4 bulan, agar peneliti dapat menghasilkan penelitian dengan sebaik mungkin dan tidak tergesa-gesa dalam melakukan penelitian. Adapun tempat yang dijadikan penelitian ini ialah Yayasan KUNTUM Indonesia di Desa Tegalwaru Ciampea Bogor. Alasan memilih tempat di Desa Tegalwaru karena desa ini memiliki banyak potensi sumber daya alam dan banyak juga pelaku bisnis yang membuka

13

Sugiyono, Metode penelitian Kuantitaif, Kualitatif Dan R&D (Bandung : Alfabeta , 2014) h. 9

14


(29)

berbagai macam usaha. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya media yang meliput kegiatan yang ada di Desa Tegalwaru. Salah satunya pernah

masuk dalam Shooting Program “Jendela Usaha” yang ditayangkan oleh

MNC TV pada tanggal 22 November 2011. 4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data primer, yaitu berupa data yang diperoleh dari informan atau sasaran penelitian melalui wawancara mendalam, dimana penulis melakukan percakapan dua arah secara berulang dalam suasana kesetaraan, akrab, dan informal terkait proses kewirausahaan sosial.

b. Data sekunder, yaitu berupa catatan atau dokumen yang diambil melalui sumber-sumber informasi tidak langsung. Data sekunder yang penulis maksud adalah catatan atau dokumen-dokumen yang diperoleh dari berbagai literatur, buku, majalah brosur, karangan, ilmiah, arsip dan modul-modul yang berkaitan dengan penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

a. Wawancara mendalam, suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.15 Menurut Moleong yang dikutip oleh Haris Hardiansyah bahwa wawancara adalah percakapan dengan

15


(30)

maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan yaitu peneliti sendiri dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang terdiri Ketua Yayasan KUNTUM Indonesia dan 5 pelaku usaha.16 Instrumen yang digunakan dalam wawancara pedoman wawancara, handphone ataupun alat perekam.

b. Studi Dokumentasi, salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan17. Hal ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh dengan wawancara dan observasi, tetapi hanya diperoleh dengan cara melakukan penelusuran data dengan cara menelaah buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet, dan foto kegiatan yang bersumber dari lembaga dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian.

16

Haris Herdiansyah , Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta : Salemba Humanika,2012) h.118

17


(31)

6. Teknik pemilihan informan

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling yaitu memilih informan yang dipilih secara sengaja yang diambil

karena pertimbangan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.18 Pertimbangan tertentu ini, saat penulis ingin mengambil informan UKM (Usaha Kecil Menengah) penulis berdiskusi dengan ketua Yayasan KUNTUM mengenai siapa saja pelaku UKM yang bisa dijadikan informan. Hal ini disebabkan karena ada beberapa pelaku UKM yang bekerja sama dengan Yayasan KUNTUM. Oleh karena itu ketua Yayasan beberapa pelaku UKM untuk peneliti melakukan pendekatan terlebih dahulu agar bisa menimbulkan suasana keakraban. Setelah peneliti melakukan pendekatan kepada para UKM, dapatlah 5 orang pelaku UKM yang menurut peneliti mereka ini bisa memberikan informasi yang peneliti cari seputar kewirausahaan sosial di Desa Tegalwaru, dan 5 informan tersebut merupakan UKM yang memang sudah maju ketika adanya Yayasan KUNTUM.

Dalam konteks ini peneliti mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya sampai terjadi pengulangan informasi atau sudah tidak ada informasi yang terjaring lagi. Dari teknik sampling inilah peneliti kemudian bisa menentukan subjek dan objek penelitian.

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, tetapi oleh spardley dianamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri dari 3 elemen, yaitu: tempat (palce), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang

18


(32)

berinteraksi secara sinergi. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas, orang-orang yang ada pada tempat tertentu.19

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah orang atau sekelompok orang yang dapat memberikan informasi, mereka terdiri dari: 1 orang Ketua Yayasan KUNTUM Indonesia dan 5 orang pelaku UKM.

Tabel 1.1 Rancangan Informan

No. Informasi Yang Dicari Informan Jumlah

1.

Profil Yayasan KUNTUM, cara melakukan kewirausahaan

sosial

Ketua Yayasan KUNTUM

1 Orang

2.

Profil informan, perbedaan sebelum dan sesudah adanya

Yayasan KUNTUM

Pelaku UKM 5 Orang

7. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain20.

19

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 49

20

Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 244


(33)

Teknik pengelolaan data yang peneliti gunakan dalam mengelola data penelitian ini adalah dari hasil wawancara dan dokumentasi, dan bahan pustaka dengan menggunakan pola deskriptif analisis, yakni peneliti mencoba mempaparkan semua data dan informasi yang diperoleh kemudian menganalisa data dengan berpedoman pada sumber-sumber tertulis.

8. Teknik Keabsahan Data

Burhan Bungin dalam bukunya penelitian kualitatif mengatakan bahwa dalam melakukan penelitian kualitatif seringkali menghadapi persoalan dalam menguji keabsahan hasil penelitian, hal ini disebabkan banyak hal, yaitu: (1) subjektifitas penelitian merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, (2) alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi, (3) sumber data kualitatif yang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian 21. Menurut Patton dan Moleong keabsahan data dapat dicapai dengan jalan membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain. Strategi ini digunakan untuk meningkatkan kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan menggunakan teknik Triangulasi Sumber. Dalam hal ini jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil pembandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau pemikirian. Yang penting di sini ialah bisa mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut.22

21

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Ekonomi, Kebijakan publik dan Ilmu Sosial lainnya ( Jakarta : Kencana 2007 ) h. 253

22


(34)

F. Teknik Penulisan Data

Adapun teknik penulisan dalam penelitian skripsi ini adalah

menggunakan “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development And Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta , cetakan pertama, 2007.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah maka penulis membagi atas lima bab secara rinci sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mengutarakan tentang: Latar Belakang, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian, Sistematika Penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Ini mengutarakan tentang definisi masalah sosial, tahapan-tahapan penyelesaian masalah sosial, definisi pengangguran, jenis-jenis pengangguran, kemiskinan, penyelesaian masalah sosial melalui inovasi sosial, pengertian kewirausahaan, bentuk kewirausahaan secara umum, karakteristik kewirausahaan secara umum, pengertian kewirausahaan sosial, komponen kewirausahaan sosial (Inovation, Opportunity, Leadership, Value Creation, Social Benefit, Profitability), rencana program kewirausahaan,

cara menjalankan wirausaha sosial, ide dan peluang usaha serta batasan dalam kewirausahaan sosial.


(35)

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA

Bab ini membahas profil dari Yayasan KUNTUM Indonesia yang meliputi: sejarah singkat berdirinya, visi, misi, motto, tujuan, identitias lembaga, sarana dan prasarana, struktur organisasi, pembiayaan oprasional dan mitra atau kerja sama.

BAB IV ANALISI DAN TEMUAN LAPANGAN

Bab ini membahas tentang analisis peran Yayasan KUNTUM Indonesia dalam mengurangi pengangguran melalui praktek kewirausahaan sosial dan pentingnya Yayasan Kuntum Indonesia terhadap masyarakat Tegalwaru Bogor.

BAB V PENUTUP

Memberikan kesimpulan yang berisi fakta-fakta terhadap hasil penelitian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya dan menjawab rumusan masalah penelitian, guna menghasilkan masukan atau saran terhadap program lembaga tersebut agar menjadi lebih baik dan bermanfaat.


(36)

23 A. Tinjauan Peran

1. Pengertian Peran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah beberapa tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat dan harus dilaksanakan.23

Peran tidak bisa dipisahkan dengan status (kedudukan), walaupun keduannya berbeda, akan tetapi saling berhubungan dengan erat antara satu dengan yang lainnya, karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Seseorang dikatakan berperan atau memiliki peran karena dia (orang tersebut) mempunyai (status) dalam masyarakat, walaupun kedudukan itu berbeda antara satu orang dengan orang lain tersebut, akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya.

Sedangkan menurut N.Gross W Masson dan A.W. Mc Eachen sebagaimana yang dikutip oleh David Berry mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.24

Harapan tersebut, masih menurut David Berry merupakan imbangan dari norma-norma sosial. Oleh karena itu dapat dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat, artinya seseorang

23

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka,1998) h.667

24

David Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1995) cet ke-3, h.99


(37)

diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaan dan dalam pekerjaan lainnya.

Sarlito Wirawan Sarwono juga mengemukakan hal yang sama bahwa harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain pada umumnya tentang prilaku-prilaku yang pantas, yang sebaiknya ditentukan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu.25

2. Tinjauan Tentang Peran

Sebagaimana pernyataan di atas, bahwa ada hubungan yang erat antara peranan dan kedudukan, seseorang mempunyai peranan dalam lingkungan sosial dikarenakan ia mempunyai kedudukan dalam lingkungan sosialnya (masyarakat).

Tak dapat dipungkiri pula bahwasannya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan (dependent) pada mahkluk atau manusia lainnya, maka pada semacam posisi inilah peranan sangat menentukan kelompok sosial masyarakat tersebut, diharapkan masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan peranannya yaitu menjalankan hak dan kewajiban sesuai kedudukannya dalam masyarakat (lingkungan) dimana ia bertempat tinggal.26

Di dalam peranan sebagaimana dikatakan oleh David Berry terdapat dua macam harapan yaitu: harapan-harapan dari masyarakat terhadap

25

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial,(Jakarta: Rajawali,1984) Cet ke-1, h.235

26

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002), cet Ke-3, h. 243


(38)

pemegang peranan dan harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang harapan terhadap masyarakat.27

Dari kutipan tersebut nyatalah ada suatu harapan dari masyarakat terhadap individu maupun kelompok terhadap akan suatu peran, agar dijalankan sebagaimana mestinya sesuai dengan kedudukannya dalam lingkungan tersebut. Individu dituntut memegang peranan yang diberikan oleh masyarakat kepada (individu) dalam hal ini peranan dapat dilihat sebagai bagian dari struktur masyarakat, misalnya peranan-peranan dalam pekerjaan, keluarga, kekuasaan, dan perenan lainnya yang diciptakan oleh masyarakat, begitu pula dengan Yayasan KUNTUM Indonesia terdapat harapan-harapan yang sangat besar baik dari pihak lembaga selaku pengurus maupun masyarakat sehingga yayasan tersebut dapat memfasilitasi atau sebagai sarana penunjang dalam berkewirausahaan sosial.

B. Masalah Sosial

Masalah sosial merupakan fenomena yang selalu ada pada setiap masayarakat di bumi manapun. Selama masayarakat terus mengalami proses perubahan, maka masalah sosial akan terus muncul tanpa bisa dihindari serta sekaligus akan terus mempengaruhi dimensi kehidupan setiap orang. Menurut Dr Soetomo masalah sosial adalah sebuah gejala atau fenomena yang muncul dalam realitas kehidupan bermasyarakat. Pada umumnya masalah sosial ditafsirkan sebagai suatu kondisi yang tidak diinginkan oleh sebagian besar warga

27

David Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi,(Jakarta: Raja Grafindo Persada,1995), Cet ke-3, h. 101


(39)

masyarakat. Suatu kondisi juga dapat dianggap sebagai masalah sosial karena menimbulkan berbagai penderitaan dan kerugian baik fisik maupun non fisik. 28

Masalah atau problema adalah perbedaan antara das sollen (yang seharusnya, yang diinginkan, yang dicita-citakan, yang diharapkan) dengan das sien (yang nyata, yang terjadi). Dengan kata lain, masalah adalah perbedaan

antara yang ideal dan yang real. 29

Menurut Parrillo sebagaimana yang dikutip oleh Soetomo, bahwa pengertian masalah sosial mengandung empat komponen, dengan demikian suatu situasi atau kondisi sosial dapat disebut sebagai masalah sosial apabila terlihat indikasi keberadaan empat komponen tersebut yaitu30:

a. Kondisi tersebut merupakan masalah yang bertahan untuk suatu periode waktu tertentu. Kondisi yang dianggap sebagai masalah, tetapi dalam waktu singkat kemudian sudah hilang dengan sendirinya tidak termasuk masalah sosial.

b. Dirasakan dapat menyebabkan berbagai kerugian fisik atau non-fisik, baik pada individu maupun masyarakat.

c. Merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai atau standar sosial dari salah satu atau beberapa sendi kehidupan masyarakat.

d. Menimbulkan kebutuhan akan pemecahan

Masyarakat setiap saat mengalami perubahan baik itu yang direncanakan ataupun yang tidak direncanakan. Perubahan sosial terjadi ketika ada perubahan

28

Drs. Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan (Jakarta,PT Dunia Pustaka Jaya : 1995), h.1

29

Drs. Abu Huraerah, M.si, Pengorganisasian Dan pengembangan masyarakat (Bandung :Humaniora , Tahun 2011). Cet 2, h. 4

30

Drs. Soetomo, Masalah Sosial Dan Upaya Pemecahannya ( Yogyakarta, Pustaka Belajar : 2008), cet 1, h 6.


(40)

pada struktur sosial yaitu pola-pola tingkah laku dan interaksi masyarakat, perubahan pada dimensi status dan peranan, perubahan institusi, serta perubahan nilai-nilai masyarakat.

“Bagaimana seorang perempuan yang tadinya hidup sendiri harus

berperan sebagai seorang istri bagi pasangan hidupnya dan ibu bagi anak-anaknya. Begitu pula seorang pria yang semula memiliki pola hidup sendiri, maka setelah menikah harus berbagi tanggung jawab bersama pasangan hidupnya dan ayah bagi anak-anaknya.”31

Jika adapatasi dari perubahan tersebut tidak terjadi maka bisa memunculkan masalah dalam keluarga tersebut misalnya tidak mampunya suami yang harus mencari nafkah sekaligus bereperan sebagai kepala keluarga yang memimpin istri dan anak-anakya.

C. Definisi Pengangguran

Indonesia termasuk negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar. Tetapi sayangnya besarnya jumlah penduduk tidak diimbangi tersedianya lapangan pekerjaan dan peningkatan mutu atau kualitas sumber daya manusianya. Hal ini mengakibatkan masih tingginya tingkat pengangguran di Indonesia.

Pengertian dari pengangguran secara umum adalah sebuah kondisi yang membuat orang tidak dapat bekerja atau kehilangan pekerjaan karean kurangnya lapangan kerja. Menurut Sadono Sukirno Pengangguran adalah orang yang tergolong angakatan kerja ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.32 Pengangguran akan menimbulakan masalah ekonomi dan

31

Budhi Wibhawa dkk, Social Enterpreneurship, Social Enterprise & Corporate Social Responsibility,(Widya Padjajaran,2011) cet pertama, h. 58

32Sadono Sukirno. “

Pengantar Teori Makro Ekonomi”, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1996),h.1


(41)

sosial bagi individu yang mengalaminya. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari tiga golongan:

1) Golongan yang masih sekolah

2) Golongan yang mengurus rumah tangga tetapi tidak mendapatkan upah. 3) Golongan lain yaitu:

Pertama, golongan yang menerima pendapatan tetapi tidak melakukan

kegiatan ekonomi, seperti tunjangan pensiun, bunga simpanan atau sewa atas milik. Kedua, mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain, misalnya karena lanjut usia, cacat, atau dalam penjara.

Mereka (kecuali golongan lain) sewaktu-waktu dapat terjun untuk ikut bekerja, oleh karena itu kelompok ini disebut sebagai angkatan potensial. Tenaga yang tergolong bersekolah akan meninggalkan sekolahnya sementara untuk mencari kerja bila keluarga tidak mampu membiayai sekolahnya, dan ia akan kembali ke sekolah bila kondisi pekerjaan berubah menjadi tidak menarik dan keluarga sudah mampu membiayainya. Demikian juga tenaga kerja yang mengurus rumah tangga akan masuk pasar kerja bila pengasilan keluarga relatif rendah, mereka akan kemabali mengurus rumah tangga bila keadaan mencukupi. Golongan penduduk yang seperti ini dinamakan angakatan kerja sekunder33. Pengangguran akan berdampak negatif terhadap keadaan ekonomi, politik dan sosial bagi negara yang memiliki tingakat pengangguran yang tinggi. Pengangguran sangat berpengaruh terhadap pencapaian kesejahteraan masyarakat dan prospek negara yang bersangkutan.

33


(42)

1. Jenis-jenis Pengangguran Berdasarkan Penyababnya

Menurut Payman J Simanjuntak Pengangguran berdasarkan penyebabnya dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu34:

a. Pengangguran Friksional

Pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja dengan lowongan yang ada. Pengangguran friksional dapat diakibatkan oleh tiga sebab:

Pertama, waktu yang diperlukan selama prosedur pelamaran dan seleksi, atau karena jarak, juga kurangnya informasi. Kedua, kurangnya mobilisasi pencari kerja dimana lowongan pekerjaan justru terdapat bukan di sekitar tempat tinggal si pencari kerja. Ketiga, pencari kerja tidak mengetahui dimana adanya lowongan pekerjaan demikian juga pengusaha tidak mengetahui dimana tersedianya tenaga-tenaga yang sesuai.

b. Pengangguran Struktural

Pengangguran struktural yaitu pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Sebagai contoh struktur ekonomi Indonesia yang pada awalnya cenderung ekonomi agraris dewasa ini perlahan-lahan berubah menjadi negara industri. Hal ini kan berepengaruh terhadap tingkat pengangguran. Tenaga kerja yang ada dan siap bekerja sudah terpola untuk bekerja di lapangan kerja bidang pertanian, sedangkan kesempatan kerja yang tersedia bukan pertanian.

34


(43)

Dengan demikian tenaga kerja yang ada tetapi tidak memenuhi lapangan kesempatan kerja akan menjadi pengangguran struktural. 2. Jenis Pengangguran Berdasarkan Cirinya

Krisis ekonomi global yang berkepanjangan memberikan pengaruh pertumbuhan ekonomi yang kurang menguntungkan apalagi disertai dengan perkembangan penduduk yang cukup tinggi. Hal itu mengakibatkan pertumbuhan ekonomi semakin berat yang berarti tingkat investasi yang dilakukan pemerintah juga lamban. Jika jumlah pengangguran dari tahun ke tahun bertambah dan terus membengkak tentu dapat mengakibatkan kemunduran dalam perekonomian yang selama ini terus dibangun.

Berdasarkan kepada ciri pengangguran yang berlaku, pengangguran dapat pula digolongkan sebagai berikut35:

a. Pengangguran Terbuka

Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Pengangguran terbuka dapat pula wujud sebagai akibat dari kegiatan ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang mengurangi pengguanaan tenaga kerja, atau sebagai akibat dari kemunduran perekembangan suatu industri

b. Pengangguran Tersembunyi

Pengangguran ini terutama wujud di pertanian atau jasa. Di banyak negara berkembang seringkali didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang

35

Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makro Ekonomi,(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2004), h. 330


(44)

sebenarnya diperlukan supaya ia dapat menjalnkan pekerjaannya dengan efisisen. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi.

c. Pengangguran Bermusim

Pengangguran ini terutama terdapat di sektor pertanian dan perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim kemarau pula para pesawah tidak dapat mengerjakan tanahnya. Apabila dalam masa di atas para penyadap karet, nelayan, dan pesawah tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur.

d. Setengah Menganggur

Di negara-negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari desa ke kota adalah sangat pesat sebagai akibatnya tidak semua orang yang pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Mereka mungkin hanya berkerja satu hinga dua kali dalam seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai setengah menganggur atau underemployment.

D. Definisi kemiskinan

Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan


(45)

juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok.36

Istilah kemiskinan diperkenalkan oleh Grezt untuk melukiskan suatu struktur sosial berlandasan pertanian dengan jumlah orang yang ditampung makin lama makin banyak dan tinggkat hidup bertahan sedikit di atas subsitensi.37

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian miskin adalah miskin berasal dari kata kemiskinan yang memiliki arti kemiskinan tidak berharta benda, serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah).38 Secara terminologi,

kemiskinan dapat diartikan sebagai “situasi penduduk” (sebagai penduduk) yang

hanya memenuhi makanan, pakaian, dan perumahan yang sangat diperlukan untuk mempertahankan tingkat kehidupan yang minimum.39

Dalam kalangan ulama mazhab terdapat perbedaan tentang kemiskinan di antaranya: Imam Syafii memberikan pengertian tentang miskin, orang yang mempunyai harta atau usaha sebanyak seperdua kecukupannya atau lebih, tetapi tidak sampai mencukupi. Sedangkan ulama mazhab Imam Maliki memberikan pengertian miskin ialah orang yang tidak mempunyai apapun.40

E. Kewirausahaan

1. Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan sampai saat ini belum ada definisi yang telah disepakati bersama di antara para ahli. Hal ini dapat dilihat dari adanya

36

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta, Rajawali Press : 1999), h. 320

37

Said Rusli, Pengantar Ilmu Kependudukan, ( Jakarta, LP3ES: 1996 ), cet-ketujuh, h 132

38

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai pustaka, 1998), h.233

39

Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Banding: Mizan), h.448

40

H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008), cet-ke 41, h. 213


(46)

perbedaan beberapa definisi antara satu ahli dengan ahli lainnya, namun setiap definisi memiliki benang merah yang sama. Menurut Reymond W.Y. Kau sebagaimana dikutip oleh Drs. Sudrajad yang dimaksud kewirausahaan adalah suatu proses menciptakan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu y ang berbeda dari yang sudah ada (Inovasi) 41.

Kewirausahaan menurut Peter.F.Drucker yang sebagaimana dikutip oleh Dr. Kasmir adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berebeda melalui pemiikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam hal menciptakan suatu usaha. Kemampuan menciptakan memerlukan adanya kreativitas dan inovasi yang terus menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas dan inovasi tersebut pada akhirnya mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat 42.

Memahami masalah kemisikinan sering kali adanya upaya untuk mengatasi kemiskinan, banyak ilmuan sosial yang melatar belakangi keilmuan tentang kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam membahas masalah kemiskinan adalah mengidentifikasi apa sebenarnya yang dimaksud dengan kemiskinan. Konsep yang berbeda akan melahirkan cara pengukuran yang domain baik berupa kultur maupun struktural yang

41

Drs. Sudrajad,M.M, Kiat Mengentaskan Pengangguran dan Kemiskinan Melalui Wirausaha ( Jakarta: PT Bumi Askara:2011), h. 28

42


(47)

menyebabkan kemiskinan cara mengentsakan kelompok miskin dari lembah miskin. 43

2. Karakteristik Wirausaha

Sukses tidaknya seorang wirausaha dalam mengelola bisnis atau usahnya tidaknya dipegang oleh faktor banyaknya modal yang dimiliki, akan tetapi yang lebih menonjol adalah karena adanya fakta bahwa bisnis atau usaha dapat dikelola oleh orang yang berjiwa Entepreneur dan tahu persis tentang apa, mengapa dan bagaimana bisnis itu harus berjalan. David E. Rye sebagaimana dikutip oleh Saiman Leonardus merumuskan karakteristik sukses bagi seorang wirausahawan sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Karakteristik Sukses Seorang Wirausahawan Karakteristik Sukses Ciri Sukses Yang Menonjol

Pengendalian Diri Mereka ingin dapat mengendalikan semua usaha yang mereka lakukan Mengusahakan terselesaikannya

urusan

Mereka menyukai aktivitas yang menunjukan kemajuan yang berorientasi pada tujuan

Mengarahkan diri sendiri Mereka memotivasi diri sendiri dengan suatu hasrat yang tinggi untuk berhasil

43

Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarkat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar:2006) cet-IV, h.125


(48)

Mengelola dengan sasaran Mereka cepat memahami rincian tugas yang harus diselelsaikan untuk mencapai sasaran

Penganalisis kesempatan Mereka akan menganalisis semua pilihan untuk memeastikan kesuksesannya dan meminimalkan resiko

Pengedali Pribadi Mereka mengenali pentingnya kehidupan pribadi terhadap hidup bisnisinya

Pemikir kreatif Mereka akan selalu mencari cara yang lebih baik dalam melakukan suatu usaha

Pemecah masalah Mereka akan selalu melihat pilihan-pilihan untuk memecahkan setiap masalah yang menghadang

Pemikir objektif Mereka tidak takut untuk mengakui jika melakukan kekeliruan.

Sumber: Kewirausahaan: Teori, Praktik dan Kasus-Kasus44

Hal yang harus digaris bawahi pada karakteristik sukses bagi seorang wirausaha dan perlu diletakan pada benak dan dipikiran usahawan adalah

44

Saiman Leonardus, Kewirausahaan: Teori, Praktik dan Kasus-Kasus ( Jakarta, Salemba Empat: 2011), h 53


(49)

bagaimana berpikir objektif dan kreatif, sehingga mampu menganalisis setiap kesempatan bisnis yang mungkin muncul dan pengendalian diri secara matang, sehingga mampu merencanakan dan mengendalikan bisnis secara objektif dan tidak mengandalkan diri pada pertolongan ataupun fasilitas yang ada di luar kemampuannya45.

F. Kewirausahaan Sosial

Telah banyak jasa seorang wirausahawan Indonesia dalam membantu mengatasi kemiskinan, mengurangi pengangguran dan mengupayakan kesejahteraan masyarakat. Dengan cara memberikan nilai tambah ekonomi, membangun semangat kemandirian dan membantu menciptakan lapangan kerja sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat menjadi lebih baik. Upaya pemerintah dalam rangka menanggulangi kemiskinan di negara ini pun sudah sering dilakukan. Namun dalam upaya tersebut ada yang memberikan hasil taupaun dampak yang baik bagi masyarakat, selain itu ada pula yang tidak memberikan dampak bagi masyarakat sehingga tidak membantu mereka untuk keluar dari permasalahan sosial tersebut. Sehingga jumalah penduduk miskin di Indonesia pun masih berada pada angka yang cukup tinggi. Oleh karena iti perlu adanya langkah-langkah baru untuk memperbaiki kondisi masyarakat di Indonesia.

Melihat kenyataan tersebut sudah saatnya bangsa Indonesia menoleh dan mendalami kewirausahaan sosial yang sudah dikembangkan gagasannya sejak 30 tahun lalu, sebagai salah satu alternatif mengatasi masalah kemiskinan, sebab

45

Saiman Leonardus, Kewirausahaan: Teori, Praktik dan Kasus-Kasus ( Jakarta, Salemba Empat: 2011), h 52.


(50)

kewirausahaan sosial bukan hanya sebagai instrumen perubahan angka-angka ekonomi, namun lebih jauh dari itu sebagai instrumen pengubah nilai, pandangan dan jalan baru dalam kehidupan.46

1. Pengertian Kewirausahaan Sosial

Menurut Wawan Dhewanto,kewirausahaan sosial adalah suatu bentuk usaha yang bertujuan untuk melakukan perubahan sosial dengan menyelesaikan permasalahan sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip kewirausahaan sosial.47

Sedangkan kewirausahaan sosial menurut Juwaini, adalah wirausahawan sosial adalah individu yang bervisi, berjiwa pengusaha, dan beretika yang mampu menciptakan inovasi sosial dan mampu mengubah sistem yang ada di masyarakat.48 Kewirausahaan sosial merupakan suatu proses yang menciptakan nilai sosial dengan menggabungkan sumber daya yang terfokus untuk mengejar dan mencari kesempatan. Untuk menciptakan nilai sosial ini dengan mengetahui kebutuhan yang belum terpenuhi, selanjutnya dalam proses ini melibatkan adanya produk dan jasa yang dihasilkan tetapi bisa juga yang merujuk pada adanya pembentukan organisasi baru.Kewirausahaan sosial merupakan solusi untuk mengatasi permasalahan sosial.

2. Tujuan Kewirausahaan Sosial

Tujuan kewirausahaan sosial adalah terjadinya perubahan sosial ke arah yang lebih baik atau positif dan memecahkan permasalahan sosial

46

Juwaini Ahmad, Social Enterprise ( Bandung, Mizan Group: 2011) h. 11

47

Wawan Dhewanto, dkk, Inovasi dan Kewirausahaan Sosial ( Bandung, Alfabeta : 2013 ). h 43.

48


(51)

untuk kepentingan masyarakat atau kelompok dampingan. Berikut adalah tujuan dari kewirausahaan sosial secara global dapat dilihat melalui kebutuhan mendesak dan potensi pengembangan yang ingin dicapai yaitu49:

a. Pengentasan kemiskinan b. Pendidikan

c. Kesehatan

d. Kebutuhan air bersih

e. Infrastruktur dan pembangunan

f. Pengembangan lingkungan yang berkelanjutan

Wirausaha sosial berusaha memberdayakan masyarakatnya yang mengalami permasalahan sosial untuk menjalankan usaha sehingga pada akhirnya masyarakat dapat merasakan manfaat berupa peningkatan kesejahteraan karena memperoleh penghasilan dari usaha yang didirikan. 3. Komponen Kewirausahaan Sosial

Paul C. Light mengasumsikan bahwa kewirausahaan sosial terbentuk dari empat komponen besar yaitu kewirausahaan, ide / gagasan, peluang dan organisasi 50. Dari beberapa definisi yang dirangkum oleh Okpra dan Halkias ini terdapat beberapa komponen yang membentuk definisi kewirausahaan sosial. Komponen-komponen tersebut kemudian didefinisikan dalam sebuah skema seperti di bawah ini:

49

Ibid. h 84

50

Budi Wibhawa, dkk, Social Enterpreneurship, Social Enterprise & Corporate Social Responsibility ( Bandung, Widya Padjadjaran:2011), h 15.


(52)

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir dalam Kewirausahaan Sosial.51

a) Inovation: Menggunakan solusi inovatif untuk memecahkan masalah sosial masyarakat, inovasi dengan menghasilkan produk layanan, atau sesuatu yang baru dan berebeda, atau pendekatan untuk melakukan hal-hal yang bertanggung jawab secara sosial. b) Opportunity: Mengidentifikasi isu-isu sosial yang penting dalam

masyarakat, melakukan sesuatu yang realitas, terjangkau dan menguntungkan bagi masyarakat.

c) Leadership: Menciptakan nilai-nilai sosial yang lebih baik bagi masyarakat, dan terciptanya perubahan sosial yang misinya adalah untuk mengembangkan masyarakat (empowerment).

51

Wawan Dhewanto, dkk, Inovasi dan Kewirausahaan Sosial ( Bandung, Alfabeta : 2013 ). h 35


(53)

d) Value Creation: Adanya penciptaan nilai, inovasi dan kesempatan. Adanya transformasi sosial dimana terdapat perubahan yang akan memecahkan masalah sosial masyarakat.

e) Social Benefit: Melakukan sesuatu yang realitas, terjangkau dan menguntungkan bagi masyarakat.

f) Profitability: Menggunakan dan memperoleh pendapatan untuk memecahkan masalah sosial masyarakat 52.

4. Wirausaha Sosial

Menurut Light, wirausaha merupakan faktor utama dalam terjadinya aktivitas kewirausahaan sosial. Tidak akan ada aktivitas kewirausahaan sosial tanpa talenta, kreativitas dan dorongan kewirausahaan individu yang selalu ingin bergerak mendobrak kemapanan yang ada. Drayton menyatakan bahwa para wirausaha sangat mudah dikenali bahwa sebelum mereka meninggalkan tanda karya mereka. Mereka menikah dengan visi mereka dan akan bersama-sama selama bertahun-tahun sepanjang mereka membutuhkannya. Mereka digambarkan sebagai seseorang yang sangat erat memegang visinya. Mereka bergerak untuk mencapai visinya, yang seringkali dianggap aneh oleh orang-orang di lingkungannya. Namun demikian, tanpa seorang individu yang tidak kenal lelah seperti inilah, kewirausahaan sosial terjadi.53

52

Wawan Dhewanto, dkk, Inovasi dan Kewirausahaan Sosial ( Bandung, Alfabeta : 2013 ). h 34

53 Paul C Light.

The Search For Social Enterpreneurship ( Washington Dc, Brooking institution press : 2008 )


(54)

5. Ide Wirausaha Sosial

Gambar 2.3 Ide, Peluang, dan Masalah Sosial54

Ide adalah suatu pemikiran, pendapat atau gagasan dari seseorang atau kumpulan orang. Sebuah ide harusnya dapat dilanjutkan melalui tindakan yang disesuaikan dengan kebutuhan (permasalahan) yang ada. Kewirausahaan sosial berbeda dengan konsep kewirausahaan secara umum.

Ide sebagai dasar pembeda gerakan kewirausahaan sosial dan kewirausahaan umum. Secara umum walaupun tidak sepenuhnya benar, pembeda antara kedua jenis kewirausahaan adalah bahwa kewirausahaan sosial dimulai dari ide atau gagasan untuk mengurangi atau mengatasi masalah, sementara kewirausahaan sosial secara umum dapat diartikan dengan usaha yang dijalankan secara mandiri oleh individu atau organisasi untuk mendapatkan keuntungan semata 55. Sedangkan yang dimaksud dengan wirausaha sosial adalah individu atau organisasi yang melihat permasalahan yang ada di lingkungannya sebagai peluang untuk usaha

54

Wawan Dhewanto, dkk, Inovasi dan Kewirausahaan Sosial ( Bandung, Alfabeta : 2013 ). h 62

55

Budi Wibhawa dkk, Social Enterpreneurship & Corporate Social Responsibility (T.tp : Widya Padjadjaran, 2011), h 16

Peluang

Ide Masalah


(55)

bisnis, tidak hanya itu kegiatan yang dihasilkan wirausaha sosial akan memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Secara umum walaupun belum sepenuhnya benar untuk menjadi pengusaha sosial tentunya perlu memiiki misi sosial, misi sosial adalah sebuah motivasi yang digunakan oleh individu atau lembaga untuk membebaskan masyarakat dari permasalahan yang dihadapinya. Dalam menjalankan sebuah ide atau gagasan tidaklah mudah, oleh karena itu diperlukan kemampuan pengelolaan resiko, sehingga ide dan gagasan dapat dijalankan. Seperti yang diungkapkan oleh Paul C Light dalam Martin dan Osberg sebagaimana dikutip oleh Budi Wibhawa bahwa pengusaha sosial individu, kelompok, jaringan, organisasi atau aliansi yang memiliki tujuan melayani kebutuhan masyarakat. Berikut adalah peran wirausaha sosial dalam perekonomian suatu negara adalah:

a. Menciptakan lapangan pekerjaan b. Mengurangi pengangguran

c. Meningkatkan pendapatan masyarakat

d. Mengkombinasikan faktor-faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal dan keahlian)

e. Meningkatkan produktivitas nasional 6. Peluang Wirausaha Sosial

Sebuah ide harus disesuaikan dengan peluang atau kebutuhan yang tersedia. Peluang usaha sendiri dapat diartikan sebagai kesempatan atau waktu yang tepat untuk dimanfaatkan wirausaha guna mendapatkan keuntungan. Untuk menangkap peluang usaha perlu kerja keras dan


(56)

pengorbanan. Tanpa kerja keras dan keberanian mengambil resiko maka peluang itu hanya akan menjadi peluang semata tanpa menghasilkan apapun. Menurut Howorth sebagaimana dikutip oleh Wawan Dhewanto menjabarkan proses yang harus dilakukan oleh pengusaha sosial untuk menjalankan usahanya :

a. Mencari kesempatan

b. Mengembangkan konsep bisnis

c. Mencari tahu apa arti sukses dan bagaimana mengukurnya d. Memperoleh sumber daya yang tepat

e. Peluncuran dan tumbuh f. Mencapai tujuan.

Peluang usaha adalah kesempatan yang di ambil atau dimanfaatkan pengusaha/wirausaha untuk melakukan usaha yang mendapatkan keuntungan. Sedangkan bagi wirausaha sosial yang dimaksud dengan peluang adalah kesempatan yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan sosial dalam rangka membantu masyarakat.

Menurut Martin dan Osberg sebagaimana dikutip oleh Wawan Dhewanto, kewirausahaan sosial memiliki tiga komponen sebagai berikut56: a. Mengidentifikasi keseimbangan yang stabil meskipun menyebabkan pengecualian, marjinalisasi atau penderitaan kemanusiaan yang tidak memiliki sarana keuangan atau kekuatan politik untuk mencapai manfaat perubahan itu sendiri.

56

Wawan Dhewanto, dkk, Inovasi dan kewirausahaan sosial, (Bandung: Alfabeta,2013) h. 65


(57)

b. Mengidentifikasi peluang dalam keseimbangan yang salah, mengembangkan proposisi nilai sosial, dan membawa tanggungan untuk menantang hegemoni negara yang stabil.

c. Membangun hal yang baru, keseimbangan yang stabil melepaskan beban atau meredekan penderitaan kelompok sasaran, meniru pemikiran dan penciptaan ekosistem yang stabil serta memastikan masa depan yang lebih baik untuk kelompok sasaran dan bahkan masyarakat secara keseluruhan.

Dalam dunia usaha setiap pengusaha atau wirausaha harus memperhatikan peluang usaha yang ada di sekitar mereka. Peluang usaha yang telah diambil pastinya memiliki konsekuensi, jika berhasil mendapatkan keuntungan, namun jika gagal itu merupakan bagian dari yang harus dihadapi. Oleh karena itu seorang wirausaha harus benar-benar cerdas dalam melihat peluang yang ada di sekitarnya.

7. Batasan Kewirausahaan Sosial

Menurut Saifan dalam tulisannya mengusulkan batasan-batasan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan kewirausahaan sosial, yang mana definisi kewirausahaan sosial tidak mecakup dermawan , aktivis, perusahaan dengan yayasan, atau organisasi yang menjalankan tanggung jawab sosial. terdapat dua batasan yang membedakan perusahaan dalam hal motivasi bisnis yang dilakukan oleh perusahaan sebagai berikut :

a. Organisasi non-profit dengan startegi mencari pendapatan: tujuan dari usaha sosial adalah menyelesaikan permasalahan sosial dengan menggunakan kegiatan kewirausahaan, sehingga


(58)

perusahaan menghasilkan pendapatan (kemandirian perusahaan secara finansial). Seorang pengusaha sosial menjalankan usaha sosialnya untuk dikomersilkan. Pendapat dan keuntungan yang dihasilkan hanya digunakan untuk lebih meningkatkan penyampaian nilai-nilai sosial.

b. Organisasi profit dengan startegi dorongan misi: tujuan dari usaha sosial adalah dalam melakukan bisnis sosial dan komersial kegiatan kewirausahaan dilakukan secara bersamaan untuk mencapai keberlanjutan. Seorang pengusaha sosial menjalankan sebuah organisasi yang bersifat sosial dan komersial, sehingga organisasi dapat mandiri secara fianansial dan para pendiri serta investor bisa mendapatkan keuntungan dari keuntungan perusahaannya 57.

57

Wawan Dhewanto, dkk, Inovasi dan kewirausahaan sosial, (Bandung: Alfabeta,2013) h 49


(59)

46

MUSLIMAH (KUNTUM) INDONESIA DAN DESA TEGALWARU BOGOR

A. Profil Yayasan Kreativitas Usaha Muslimah (KUNTUM) Indonesia

Nama : Yayasan Kuntum Indonesia.

Alamat Sekretariat : Kampung Pulekan No 31 Desa Tegalwaru kecamatan

Ciampea Kabupaten Bogor – Jawa Barat

Kantor Pemasaran : Jl. H. Mad Nur No. 43 desa Jampang kecamatan Kemang

kabupaten Bogor – Jawa Barat

Telphone : (0251)8621751

Hand Phone : 081382433432

Situs Web : www.facebook. Kampoeng Wisatabisnis Tegalwaru

www.kampoengwisatabisnistegalwaru.blogspot.com www.tegalwarukreatif.com

Tanggal Berdiri :18 Juni 2008

UKM :

58

Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak Yayasan KUNTUM Indonesia pada tanggal 10 November 2014

- Peternakan Kelinci - Budi Daya Ikan Lele

- Peternakan Kambing - Home Industri Tas

- Sari Sehat dan Tanaman

Herbal

- Home Industri Accesoris

- Budi Daya Jamur - Home Industri Kerupuk

- Budi Daya Ikan Mas - Home Industri Nata De

Coco, Selai Kelapa, Arang

- Budi Daya Ikan Patin - Home Industri Wayang


(60)

1. Sejarah Berdirinya Yayasan KUNTUM Indonesia

Berdirinya Yayasan Kuntum Indonesia ini dipelopori oleh dua orang, salah satunya adalah seorang wanita penduduk asli yang tinggal di Desa Tegal Waru yang bernama Tatiek Kancaniati. Beliaulah yang sampai saat ini berkonsentrasi penuh dalam memajukan wisata kampung ini. Ide awal pada tahun 2008 didirikan bisnis ini adalah dimulai dari keinginan membantu masyarakat di sekitar tempat tinggalnya mendapatkan penghasilan tambahan ada harapan lain yang ingin dicapai, paling tidak daerahnya dapat menjadi desa percontohan desa yang produktif.

Obrolan dan nasehat dari beberapa teman dekatnya ditambah dengan dukungan dari Rumah Kreatifitas Ekonomi–Mekar Mitra Mandiri sebagai Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) yang fokus pada pemberdayaan ekonomi masyarakat, akhirnya tercetus ide untuk mewujudkan salah satu perkampungan yang ada di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor ini, menjadi kampung wisata bisnis sekaligus sebagai percontohan kampung produktif melalui program kewirausahaan sosial yang dapat dikembangkan di daerah lainnya.59

Yayasan KUNTUM Indonesia merupakan Yayasan yang berada di pedesaan, awal berdirinya Yayasan ini pada tanggal 18 Juni 2008 sejak itu dituntut untuk bisa berkiprah lebih banyak dalam melayani masyarakat terutama dalam membantu meningkatkan kapasitas pemberdayaan ekonomi

masyarakat melalui programnya yaitu ”Kampung Wisata Bisnis

59

Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak Yayasan KUNTUM Indonesia pada tanggal 10 November 2014


(61)

Tegalwaru”(KWBT). Potensi masyarakat yang ada di sekitar Tegalwaru

sebagian besar adalah pengrajin UMKM yang memiliki omset dan produksi yang sangat variatif dan baik merupakan nilai jual KWBT untuk mengembangkan kualitas dan pemasaran UMKM dan pencitraan Desa Tegalwaru sebagai Desa Mandiri.

Dilatarbelakangi oleh potret kemiskinan masyarakat yaitu pengetahuan mereka yang rendah, pembinaan yang kurang merata, produktifitas rendah, akses informasi dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah dan daya saing rendah. Hal itu menjadi sebuah ironi bagi negara yang sudah merdeka kurang lebih selama 67 tahun ini dan melihat kenyataan di luar sana masih banyak pula orang-orang yang membutuhkan lahan pekerjaan, sesungguhnya banyak potensi yang dimiliki seseorang namun terkadang belum tergali, baik dari kaum muda atau tua karena tak diketahui atau keterbatasan sehingga mengendap dalam diri. Anak-anak dan remaja adalah rentang usia yang sangat menentukan di kehidupan masa depan, terkadang proses pencarian jati diri itulah yang menjeremuskan seseorang ke dalam pergaulan yang tidak menguntungkan.

Berawal dari hal tersebut didirikannya Yayasan Kuntum Indonesia untuk memberikan ruang kepada anak-anak dan remaja bahkan para orang dewasa untuk mengekspresikan diri terutama untuk perkembangan jiwa entrepreneur. Dan turut serta berperan aktif dalam rangkaian kegiatan yang

mengusung kepedulian terhadap pendidikan dan perekonomian anak bangsa dengan mengadakan Program Tour Kampung Wisata Bisnis sebagai program untuk mengasah jiwa bisnis dan pemahamanya tentang sebuah


(62)

produk berbasis home industry. Untuk itu berkarya, berbudaya, dan berilmu bukan hanya menjadi sebuah slogan tapi harus diakui bahwa hal tersebutlah yang akan mengantarkan masyarakat pada tatanan kehidupan yang lebih baik dan memiliki keterampilan yang menghasilkan dari sisi financial tentunya

2. Visi Dan Misi Yayasan KUNTUM Indonesia a. Visi:

- Mengembangkan potensi Sumber Daya Masyarakat dan Alam. - Meningkatkan kemandirian masyarakat berbasis modal sosial. b. Misi:

- Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui pendampingan kewirausahaan dan leadership.

- Memberikan pembiayaan usaha dan menghilangkan ketergantungan terhadap ekonomi ribawi.

- Memberikan pelayanan sosial masyarakat.60 3. Tujuan Yayasan KUNTUM Indonesia

Yayasan Kuntum Indonesia memiliki tujuan yang selaras dengan Visi dan Misinya yaitu fokus pada pemberdayaan masyarakat, berikut tujuan Yayasan Kuntum Indonesia :

a. Meningkatkan pengetahuan seputar teknologi tepat guna dan applicable dalam keseharian masyarakat.

60

Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak Yayasan KUNTUM Indonesia pada tanggal 10 November 2014


(63)

b. Memberdayakan masyarakat Kampung Tegalwaru dengan pengenalan teknopreneurship.

c. Turut serta dalam mensukseskan program pemerintah yaitu

“Program Desa Mandiri Energi”.

d. Menciptakan lapangan pekerjaan, khususnya ibu-ibu pedesaan dalam menambah pendapatan keluarga serta memberdayakan home industri guna menciptakan kemandirian.

4. Struktur Organisasi Yayasan KUNTUM Indonesia

Gambar 3.1 Struktur Yayasan KUNTUM Indonesia61

61

Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak Yayasan KUNTUM Indonesia pada tanggal 10 November 2014

Dewan Pengawas

Romli Suja’i

Ketua Tatiek Kancaniati

Bendahara Nina

Sekretaris Saeful

Divisi Sosial Nuri

Divisi Ekonomi Amy yanti

Divisi Leadership Novie


(64)

a. Dewan Pembina : Arif Munawar b. Dewan Pengawas :

- Ketua - Anggota c. Dewan Pengurus

- Ketua : Tatiek Kancaniati - Sekertaris : Syaiful

- Bendahara : Nina - Divisi Sosial : Nuri - Divisi Ekonomi : Amy Yanti - Divisi Leadership : Novi d. Tim Project Pemberdayaan Ekonomi

- Ketua Project : Amiyanti

- Nama Anggota : - Evi Rosiantie, Sekretaris

- M. Fajri Gozali, Ahli Arang - Acim, Kerajinan Anyaman Bambu - Ajul, Pengrajin Briket Biomosa

- Taruna Petani Tanaman Hias dan Obat - Tatiek Kancaniati, Nata De Coco - Badan Amil Zakat KoKab Bogor - Media : Radar, Jurnal Bogor, Radio


(1)

Peternakan Sapi dan Domba

Salah satu inovasi produk yang dilakukan oleh peternak sapi dan domba


(2)

Bibit ikan patin yang siap di panen

Wawancara Peneliti Dengan Sekertaris Desa

Tamu Yayasan KUNTUM Indonesia Yang Berkunjung ke Sari Sehat Sedang Melakukan Sharing Masalah Penyakit dan Obatnya


(3)

Peneliti Sedang Melakukan Wawancara Dengan Pelaku Usaha Tas. Beliau ingin membuka usaha krupuk krenea banyak permintan dari pasar

Ini salah satu hasil olahan Mas “F” yang berupa kerupuk, yang nantinya akan dijual di daerah Bogor.


(4)

(5)

(6)