Analisis Proses Entrepreneur Yayasan Kuntum Indonesia dalam

Oleh karena itu, Yayasan berperan aktif dalam memberikan pendampingan, pelatihan, serta ketrampilan, kepada para masyarakat desa tegal waru, dalam menambahkan income keluarga. Bagi Johnson 6 , pengetahuan dan ketarampilan harus sangat dikusai oleh pekerja sosial yang terlibat dalam pengembangan masyarakat. Meliputi pengetahuan dan keterampilan tersebut tentang masyarakat, dinamika kelompok, program sosial, dan yang terakhir pemasaran sosial social marketing. Keterampilan yang perlu dikuasai meliputi keterampilan interview, relasi sosial, studi sosial, pengumpulan dan pengorganisasian dana, pengembangan dan evaluasi program, serta identifikasi kebutuhan needs assessment. Dalam hal ini, Yayasan Kuntum mampu mengangkat entrepreneur dalam pemberdayaan ekonomi keluarga desa tegal waru. Dengan memberikan pendampingan usaha selama 3 tahun, seperti pembuatan tas, handycraft, brikat, herbal dan nata de coco. Saat di wawancarai Ibu Tatiek Kancaniati, Pada dasarnya entrepreneur di desa tegal waru sudah lama terbentuk, yang dibutuhkan tinggal pendampingan berupa pelatihan-pelatihan dan bantuan modal. Pada tahun 2008 bantuan modal yang diberikan kepada kelompok entrepreneur, mulai dari Rp500.000 – Rp2.000.000 untuk mengembangkan usaha. Dan Yayasan menjalin kerjasama atau lintas pelaku dengan Lembaga- lembaga Swadaya Masyarakat atau Pemerintah Daerah setempat. Untuk dapat 6 Edi Suharto, Membangun Masyarakat dan Memberdayakan Rakyat, Bandung : PT Refika Aditama, 2005, h.45 memberikan pinjaman modal kepada masyarakat desa, dan membantu ekonomi keluarga berupa entrepreneur. 7 Seperti yang dikatakan oleh Ibu Rara : 8 “Sejak dulu wirausaha di desa tegal waru sudah banyak, tapi tidak berkembang. Setelah diberikan pengarahan atau pendampingan berupa pelatihan wirasusaha oleh Yayasan, akhirnya bisa lebih maju lagi. ” Pernyataan serupa juga diutarakan oleh Bapak Jaja : “Proses program entrepreneur ini diharapkan dapat membantu warga, khususnya dalam pendapatan ekonomi keluarga, bukan hanya sosialnya saja. dan juga menambah wawasan buat saya dan para usaha agar bisa lebih pintar lagi dalam berbisnis” 9 Untuk mendukung keberlansungan program Entrepreneur, Yayasan Kuntum Indonesia bukan sekedar menciptakan laba, tetapi bagaimana mengajak orang memberikan kontribusi pada perbaikan kehidupan masyarakat. Jadi, lebih hati-hati karena harus dijaga perimbangannya yakni, tujuan finansial dan non finansial, profit dan benefit. Dengan adanya profit program kewirausahaan akan berkelanjutan kalau hanya sosial kecenderungannya tidak berkelanjutan. Pernyataan Bu Sutiah : “proses entrepreneur sangat membantu saya dalam segi ekonomi, karena pada dasarnya saya punya tanah lebar tapi tidak dipakai, sayang kan kalo tidak dimanfaatkan. dan akhirnya bu tatiek ketua Yayasan Kuntum menyarankan saya agar ditanamkan tanaman herbal dan hasil racikannya dapat dijual dipasaran dan juga memberikan saya cara-cara atau pelatihan tentang tanaman” 10 Dalam hal ini hendaknya pelaku bisnis atau entrepreneur, menyesuaikan dengan latar belakang kompetensi dan minatnya dalam berwirausaha. Misalnya dimulai dari lingkup kegiatan dan lingkungan, seperti pemberdayaan ekonomi, 7 Wawancara Pribadi dengan Ibu Tatiek Kancaniati Pendamping Program Entrepreneur 8 Wawancara Pribadi dengan Ibu Rara, Bogor, 3 November 2014 9 Wawancara pribadi dengan Bapak Jaja, Bogor 5 November 2014 10 Wawancara pribadi dengan Ibu Sutiah, Bogor 5 November 2014 kesehatan, pendidikan. Dan mengetahui kebutuhan lingkungan setempat, titik masalah masyarakat tidak mengandalkan pikirannya sendiri atau merasa tau. Bisa diambil contoh desa Tegal Waru, ibu Tatiek Kancaniati sebagai ketua Yayasan Kuntum Indonesia serta pemerhati sosial, melakukan pengamatan terlebih dahulu. Desa tegal waru memiliki potensi ekonomi yang cukup menarik, masyarakatnya cekatan hingga mampu menciptakan produk unggulan yang beragam. Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap program enterepenur Yayasan KUNTUM Indonesia dalam pemberdayaan ekonomi keluarga, di desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. diperoleh kesimpulan bahwa pada umumnya proses entrepreneur berkembang melalui tiga proses, menurut Suryana dalam buku Kewirausahaan 11 yaitu : a. Proses imitasi dan duplikasi b. Proses duplikasi dan pengembangan c. Proses menciptakan penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda. Pada tahap petama, yaitu proses imitasi dan duplikasi, para usaha mulai meniru ide dari orang lain, misalnya menciptkan jenis produk yang sudah ada, baik dari segi teknik produksi, desain, pemprosesan, organisasi usaha, ataupun pola pemasarannya. Keterampilan pada tahap awal ini diperoleh melalui magang atau pengalaman pribadi, baik dari lingkungan keluarga ataupun orang lain. Pada tahap kedua, yaitu duplikasi dan pengembangan, para entrepreneur mulai mengembangkan ide-ide barunya. Dalam tahap duplikasi mulai 11 Suryana, Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, Jakarta : Salemba Empat,2008 h. 71 mengembangkan produknya melalui diversifikasi dan diferensiasi dengan desain sendiri, begitu pula dengan kegiatan organisasi usaha dan pemasaran. Pada tahap ketiga, yaitu menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui ide-ide sendiri sampai terus berkembang. Pada tahap ini, entrepreneur biasanya mulai bosan dengan proses produksi yang keingintahuan dan ketidakpuasan terhadap hasil yang sudah ada mulai timbul sehingga tercipta semangat dan keinginan untuk mencapai hasil yang lebih unggul. Penciptaan produk sendiri berdasarkan pengamatan pasar dan kebutuhan konsumen serta ada keinginan untuk menjadi penantang, bahkan pemimpin pasar. Produk-produk unik yang digerakkan oleh pasar mulai diciptakan dan disesuaikan dengan perkembangan teknik yang ada.

2. Analisis Hasil Entrepreneur yang diperoleh Keluarga desa Tegal

Waru dalam Pemberdayaan Yayasan Kuntum Indonesia Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan, peneliti melihat bahwa, Pemberdayaan Yayasan KUNTUM Indonesia dalam meningkatkan ekonomi keluarga melalui program Entrepreneur bisa dikatakan berhasil, karena program-program pelatihan entrepreneur sudah teraplikasikan dan sudah menjadi aktivitas warga dalam sehari-hari. Dengan meningkatnya ekonomi, dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Peningkatan keberhasilan ini tidak hanya menyangkut pada finansial semata atau hanya ekonomi semata. Melainkan pula pada sebagian aspek, yaitu hubungan antara peningkatan ekonomi dengan peningkatan sosial sangat berpengaruh terhadap keluarga dan masyarakat terkait antara satu dengan yang lainnya. Perubahan peningkatan ekonomi keluarga, dalam hal ini mampu memberikan gajih terhadap orang lain, merupakan salah satu tingkat keberhasilan Yayasan dalam pemberdayaan ekonomi keluarga desa Tegal waru, seperti di kutip dari hasil wawancara Bapak Ibad Badrusalam produksi tas di desa Tegal Waru : “Alhamdulilah Bahkan semenjak desa tegalwaru di kenal sebagai kampung wisata bisnis oleh Yayasan KUNTUM Indonesia banyak para pengunjung datang dan mengajak saya untuk bermitra dengan mereka menurut saya itu cukup menguntungkan untuk meningkatkan mutu produk selain menambah wawasan juga. Saat ini pemesanan semakin meningkat, dalam jangka 1 minggu bisa menghasilkan 250 per lusin harga satu tas Rp35.000-Rp170.000 keuntungan dari satu tas Rp5.000 berarti, dalam satu minggu bila di rupiahkan bisa menghasilkan keuntungan bersih kisaran Rp15.000.000 . Bahkan suka ada pemesanan lebih kami suka kewalahan karena kurangnya pekerja, salah satu solusi kami mengajak sekitar 200 KK Kepala Keluarga yang bekerja membantu pasang-pasang besi atau accessories pada tas. Dan saat ini produksi tas kami belum ada brand atau label tersendiri, hanya kami memberi nama tas koleksi Tegal Waru. Di sini banyak yang pesan tas tapi di jual lagi ke pasaran dan bisa pake label mereka sendiri 12 12 Wawancara Pribadi dengan Bapak Ibad Badrusalam, Bogor, 03 November 2014 Serupa juga dinyatakan oleh Bapak Risna Jaya yaitu : “saya semakin semangat berwiarusaha mba, apalagi saya sering sekali mengikuti seminar wirausaha dan bazaar yang diadakan oleh yayasan yang tadinya saya tidak tau apa-apa cara pemasaran produk sekarang akhirnya bisa juga, dan Alhamdulillah ada aja yang pesan. Dan yang paling penting bisa meningkatkan kebutuhan ekonomi keluarga aja mba ”. 13 Hal ini diperkuat oleh Bapak Nanang yaitu : “ sekarang mah desa tegal waru tidak seperti dulu lagi, wirausaha sekarang lumayan pintar-pintar, karena sudah bisa dibantu sama yayasan begaimana cara memasarkan produk dan meningkatkan kualitas produk dan saya jadi kebawa semangat jualannya untuk nambah penghasilan buat bayaran sekolah anak 14 Dari hasil wawancara tersebut peneliti dapat menganalisis bahwa sebagian hasil entrepreneur yang diperoleh keluarga desa tegal waru dengan kemampuan ekonomi mampu membangun kemadirian dan kesejahteraan masyarakat desa Tegal Waru dan akhirnya masyarakat sadar akan potensi yang mereka miliki, melihat masalah sebagai peluang untuk membentuk sebuah model bisnis yang bermanfaat dapat meningkatkan kebutuhan ekonomi keluarga. Kini desa tidak lagi statis tetapi menjadi desa yang dinamis yang bisa memotivasi para entrepreneur. Seperti yang dikemukakan oleh Robert Agrene dalam Lili Bariadi : Zakat dan Wirausaha, 2005 seorang wirausaha seharusnya memiliki sifat-sifat yang dapat memotivasi kehidupannya yaitu 15 : 13 Wawancara pribadi dengan Bapak Risna Jaya, Bogor, 05 November 2014 14 Wawancara pribadi dengan Bapak Nanang, Bogor, 05 November 2014 15 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha Jakarta : CED Center for Enterpreneurship Devlopment, 2005, h. 39